Article: 20190804/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| nama=" menjadi "| name=")
k (Penggantian teks - "| ilustrasi =" menjadi "| illustration=")
Baris 10: Baris 10:
| readmore = {{{readmore|}}}
| readmore = {{{readmore|}}}
| infobox = {{{infobox|}}}
| infobox = {{{infobox|}}}
| ilustrasi = MorningDevotion.jpg
| illustration= MorningDevotion.jpg


| ringkasan = '''''“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya <u>kuasa</u> supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”''''' ({{sabdaweb2v|Yohanes 1:12}})
| ringkasan = '''''“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya <u>kuasa</u> supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”''''' ({{sabdaweb2v|Yohanes 1:12}})

Revisi per 12 November 2022 03.45

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal04 Agustus 2019
PenulisPdp Rudy Limuria, MA, CFP
Renungan khusus lainnya

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yohanes 1:12)

“Sesungguhnya aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” (Lukas 10:19)

Kedua ayat di atas memuat kata “kuasa” yang jika dilihat dalam bahasa Inggrisnya adalah “authorithy” atau “otoritas”. Dalam penggunaannya sehari-hari kata “otoritas” sering tertukar-tukar dengan kata “kuasa”. Sehingga arti kata “otoritas” menjadi samar. Jika dilihat dalam bahasa Yunaninya kata otoritas di sini diterjemahkan dari kata “exousia” yang mempunyai arti yaitu “memiliki hak untuk melakukan atau mengatur sesuatu dan harus ditaati”. Sementara kata “kuasa”, bahasa Inggrisnya “power” diterjemahkan dari bahasa Yunani yaitu “dunamis” yang artinya sebuah kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu yang diingini.

Jadi jelas bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus mengenai kata kuasa dari kedua ayat di atas adalah “exousia” atau “otoritas”.

Otoritas diberikan oleh suatu yang lebih tinggi berdasarkan posisi dan hubungan khusus. Sifatnya situasional dan relational. Otoritas tidak bisa kita peroleh sendiri. Sementara sebuah kuasa bisa saja diperoleh seseorang dengan melakukan latihan-latihan tertentu. Seseorang bisa memiliki kuasa tanpa memiliki otoritas. Tetapi seseorang pasti mempunyai kuasa jika dia telah memiliki sebuah otoritas.

Sebagai contoh: seringkali kita mengendarai mobil melintas di persimpangan jalan dan di situ ada 2 atau 3 orang yang mengatur simpang siur nya kendaraan agar tidak mengalami kemacetan. Orang-orang tersebut kita panggil ‘Pak Ogah’ yang mengharapkan para pengendara memberi tip kepada mereka agar bisa diprioritaskan untuk melintas. Terkadang ada kendaraan yang bersedia berhenti dan menunggu aba-aba dari para ‘Pak Ogah’ atau ada juga yang sengaja menerobos karena merasa ‘pak ogah’ tidak punya otoritas untuk mengatur jalanan ini. Sehingga tidak bisa dihindari kemacetan tetap terjadi. Para pengendara tidak mau mengalah.

Namun di sisi lain, saya pernah mengendarai mobil melintasi zebra cross penyeberangan di sebuah sekolah di Jakarta Timur. Tiba-tiba seorang siswa SD yang bertugas sebagai PKS (Patroli Keamanan Sekolah) dengan gagah mengangkat tanda STOP dan meniup panjang peluitnya. Serentak kendaraan saya dan semua kendaraan lainnya yang mau melintas di zebra cross tersebut berhenti untuk membiarkan siswa-siswa menyeberang jalan. Mengapa bisa demikian? Anak SD kecil petugas PKS tersebut, ketika dia bertugas dan memakai atribut berupa manset biru-putih dan baret putih nya, otomatis dia memiliki otoritas yang diberikan oleh kepolisian dan dilindungi oleh undang-undang untuk mengatur lalu-lintas. Semua kendaraan harus mentaati perintahnya. Bahkan truk trailer besar sekalipun harus berhenti jika distop oleh nya. Jika mereka melanggar, maka akan kena sanksi oleh Polisi.

Oleh karena sifatnya yang positional dan relational, otoritas yang diberikan oleh sebuah badan yang lebih tinggi itu bisa saja hilang jika siswa SD tersebut tidak lagi menjadi anggota badan PKS dan tidak lagi memakai atribut-atributnya. Dia tidak mempunyai otoritas untuk mengatur lalu lintas. Otoritas juga bisa tidak berfungsi dan tidak menghasilkan kuasa apapun jika siswa SD tersebut tidak mau bertindak menggunakan otoritas nya dengan freewill-nya.

Alkitab mengatakan bahwa Yesus telah menerima segala otoritas (exousia) di sorga dan di bumi.

“Yesus mendekati mereka dan berkata: kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18)

Orang yang telah percaya kepadanya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat maka orang tersebut dipindahkan posisinya dari zona dosa ke zona berkat. Di sini status kita berubah menjadi orang yang telah lahir baru. Kita telah menjadi anak-anak Alah, dan menerima otoritas untuk menggunakan nama Yesus. Setelah itu kita harus dibaptis dan dipenuhi oleh Roh Kudus agar mempunyai kuasa untuk melakukan kehendak Bapa dan mendatangkan kehidupan yang penuh kemenangan dan damai sejahtera. Alkitab katakan:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu. Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah 1:8)

Selama Saudara berada dalam hubungan intim dengan Yesus dan mau melakukan perintah-perintah-Nya dengan ketaatan dan hati yang tulus, maka otoritas dan kuasa tersebut akan terus mengikuti kita. Otoritas akan tidak efektif tanpa ketaatan. Yesus bisa melakukan apa saja dengan otoritas-Nya dari Bapa oleh karena dia juga mempunyai ketaatan kepada Bapa yang luar biasa.

Tetapi sebaliknya yang terjadi, jika hidup kita sudah tidak sesuai lagi dengan Firman Tuhan, malas berdoa, malas baca Alkitab, maka rohani kita menjadi kering, dan akan menjadi orang Kristen yang mudah dikalahkan oleh situasi dan kondisi kehidupan kita. Mudah untuk dilemahkan oleh sakit penyakit, masalah keuangan, masalah keluarga, dan seterusnya. Sepertinya nama Yesus tidak mempunyai kuasa untuk mengalahkannya. Masalahnya adalah bukan pada nama Yesus nya. DIA tidak berubah dari dulu, sekarang dan selamanya. Masalahnya adalah kita tidak punya hubungan intim dengan Dia, sehingga cenderung lebih mengandalkan cara-cara dunia. Jika otoritas sudah tidak ada bagaimana mungkin mempunyai kuasa? Sama seperti cerita anak SD yang mengatur lalu lintas di sekolahnya itu, jika dia tidak mau memakai atribut-atribut PKS nya, maka dia tidak akan memiliki otoritas untuk memberhentikan mobil-mobil yang lewat bahkan sepeda motor pun dia tidak bisa berhentikan. Untuk dapat berjalan dari satu kemenangan kepada kemenangan lainnya, kita perlu mengetahui otoritas apa saja yang Tuhan Yesus berikan kepada orang-orang yang telah lahir baru dan menjadi anak-anak Alah.

  1. Memenangkan jiwa
  2. Untuk menjadi ambassador-nya Tuhan kita harus melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus.

    “Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)

    Anak-anak Tuhan dengan otoritas ilahi memiliki kuasa untuk membebaskan jiwa-jiwa yang terikat oleh kuasa dosa. Doa atas orang-orang tersebut akan menggerakkan Roh Kudus untuk bekerja dan menempelak mereka akan dosa-dosa mereka. Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Upah dosa adalah maut. Kesaksian hidup kita akan membuat mereka mengerti bahwa tidak cukup hanya menjadi orang baik saja, tetapi butuh kasih karunia keselamatan dari Allah melalui Tuhan Yesus.

  3. Menuntun seseorang kepada Baptisan Roh Kudus
  4. “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: Saulus saudaraku Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” (Kisah 9:17)

    Otoritas yang kita miliki juga bisa digunakan untuk meminta Tuhan Yesus membaptis orang dengan baptisan Roh Kudus. Mereka akan dipenuhi dengan Roh Kudus dan berbahasa Roh.

  5. Mengusir setan
  6. “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dengan bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.” (Markus 16:17)

    Kuasa gelap yang mengakibatkan ketakutan, kekhawatiran, perselisihan, dan dakwaan akan enyah atas perintah kita. Roh yang ada dalam diri kita yaitu Roh Kudus; lebih besar daripada roh-roh setan.

  7. Menyembuhkan penyakit
  8. “Mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka meminum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Markus 16:18)

Otoritas anak-anak Allah adalah memiliki kuasa mengalahkan segala kuasa-kuasa santet dan guna-guna dari Iblis. Peperangan rohani akan kita menangkan. Bahkan kita akan mempunyai kuasa mujizat kesembuhan. Kesembuhan yang sifatnya fisik maupun roh. Roh Kudus akan bekerja atas otoritas kita, sehingga firman Tuhan yang kita perkatakan tidak keluar dengan sia-sia, tetapi ada konfirmasinya dan kuasanya. (RL)

Sumber

  • Pdp Rudy Limuria, MA, CFP (04 Agustus 2019). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 14 Agustus 2019.

    “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yohanes 1:12)