Article: 20221031/DV: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
(Baru)
 
k (Penggantian teks - "ml-" menjadi "ms-")
 
(7 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=devosi
{{unified info | templatetype=devosi
| namespace=   Article
| namespace= Article
| pagename=   20221031/DV
| pagename= 20221031/DV
| judul=       Keintiman dengan Tuhan (hubungan yang tidak boleh terabaikan)
| title= Keintiman dengan Tuhan (hubungan yang tidak boleh terabaikan)
| tanggal=     2022-10-31
| date= 2022-10-31
| nama=      
| name= Dony Lubianto
| namalengkap=
| completename= Pdt Dr Dony Lubianto, MTh
| readmore=   {{{readmore|}}}
| readmore= {{{readmore|}}}
| infobox=     {{{infobox|}}}
| infobox= {{{infobox|}}}
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate =  
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate =  


| ilustrasi = Devotional 2021.jpg
| illustration16x9= Devotional 2021.jpg


| ringkasan =  
| longsummary=
| summary=
| shortsummary= Hal-hal yang bersifat mendasar dalam konteks apapun biasanya menjadi sesuatu yang sangat penting, yang menjadi penopang.


| intro = Hal-hal yang bersifat mendasar dalam konteks apapun biasanya menjadi sesuatu yang sangat penting, yang menjadi penopang. Misal dalam hal membangun sebuah gedung atau bangunan, hal-hal mendasar seperti rasio perbandingan semen dengan pasir, berapa kedalaman pondasi, kerangka bangunan dan lainnya adalah hal yang mendasar namun sangat penting. Seperti juga halnya dalam konteks membangun sebuah hubungan. Keintiman, kedekatan atau keakraban menjadi hal yang mendasar dan sangat penting, sebab pada sebuah hubungan yang bertumbuh pada umumnya kita mendapati tingkat keintiman yang bertumbuh pula. Demikian pula halnya dalam hubungan kita dengan TUHAN!
| intro = Hal-hal yang bersifat mendasar dalam konteks apa pun biasanya menjadi sesuatu yang sangat penting, yang menjadi penopang. Misal dalam hal membangun sebuah gedung atau bangunan, hal-hal mendasar seperti rasio perbandingan semen dengan pasir, berapa kedalaman fondasi, kerangka bangunan, dan lainnya adalah hal yang mendasar namun sangat penting. Seperti juga halnya dalam konteks membangun sebuah hubungan. Keintiman, kedekatan atau keakraban menjadi hal yang mendasar dan sangat penting, sebab pada sebuah hubungan yang bertumbuh pada umumnya kita mendapati tingkat keintiman yang bertumbuh pula. Demikian pula halnya dalam hubungan kita dengan Tuhan!


| isi =  
| content =  
Sayangnya, tidak sedikit orang yang memandang sepele hal-hal yang sifatnya mendasar. Ketika seseorang sudah dipakai TUHAN dengan dahsyat dan memiliki jadwal pelayanan yang sangat padat, seringkali akhirnya mengabaikan waktu pribadi yang berkualitas dengan TUHAN.
Sayangnya, tidak sedikit orang yang memandang sepele hal-hal yang sifatnya mendasar. Ketika seseorang sudah dipakai Tuhan dengan dahsyat dan memiliki jadwal pelayanan yang sangat padat, seringkali akhirnya mengabaikan waktu pribadi yang berkualitas dengan Tuhan.


Atau mungkin masih meluangkan waktu, namun kualitasnya bukan bertambah melainkan berkurang dan sudah menjadi bagian dari aktivitas rutin semata. Dan pada akhirnya inilah yang menjadi penyebab kejatuhan hamba-hamba Tuhan, sebab ketika hal yang mendasar yang merupakan pondasi penopang tidak diperhatikan, maka tidak akan cukup kuat untuk menopang keberadaan ‘seluruh bangunan' diatasnya.
Atau mungkin masih meluangkan waktu, namun kualitasnya bukan bertambah melainkan berkurang dan sudah menjadi bagian dari aktivitas rutin semata. Dan pada akhirnya inilah yang menjadi penyebab kejatuhan hamba-hamba Tuhan, sebab ketika hal yang mendasar yang merupakan pondasi penopang tidak diperhatikan, maka tidak akan cukup kuat untuk menopang keberadaan ‘seluruh bangunan' diatasnya.


Dalam pesan Tuhan yang disampaikan Gembala Jemaat Induk GBI Gatsu, Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dinyatakan sebagai berikut: '''''"Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan."''''' ({{sabdaweb2v|Pengkhotbah 10:1}}). Ayat ini bisa diartikan sebagai berikut: Sama seperti lalat mati yang membusuk akan merusak sejumlah minyak wangi, demikian pula sedikit kebodohan dapat meniadakan dampak hikmat yang besar. Rencana yang bijaksana dapat dibuat tetapi seorang yang membuat sedikit kebodohan dapat merusak seluruhnya. Rencana dalam mengikut dan melayani Tuhan yang dilakukan dengan baik tetapi karena membuat sedikit kebodohan, membuat hancur secara keseluruhan. Artinya tidak sampai kepada garis akhir. Tidak finishing well.
{{pmb0|Dalam pesan Tuhan yang disampaikan Gembala Jemaat Induk [[GBI Gatsu]], [[Niko Njotorahardjo|Bapak Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo]] dinyatakan sebagai berikut:}}
Yang dimaksudkan sedikit kebodohan di sini, bisa diartikan bukan melakukan suatu pelanggaran yang besar, tetapi pada mulanya mengabaikan hubungan mereka dengan Tuhan.
{{pmb0|'''''Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan.''''' ({{sabdaweb2v|Pengkhotbah 10:1}}).|addclass=mb-1 ms-4}}
{{pmb0|Ayat ini bisa diartikan sebagai berikut:}}
* Sama seperti lalat mati yang membusuk akan merusak sejumlah minyak wangi, demikian pula sedikit kebodohan dapat meniadakan dampak hikmat yang besar.
* Rencana yang bijaksana dapat dibuat tetapi seorang yang membuat sedikit kebodohan dapat merusak seluruhnya.
* Rencana dalam mengikut dan melayani Tuhan yang dilakukan dengan baik tetapi karena membuat sedikit kebodohan, membuat hancur secara keseluruhan. Artinya tidak sampai kepada garis akhir. Tidak ''finishing well''.
* Yang dimaksudkan sedikit kebodohan di sini, bisa diartikan bukan melakukan suatu pelanggaran yang besar, tetapi pada mulanya mengabaikan hubungan mereka dengan Tuhan.


Sedikit demi sedikit merampas kasih dan keintiman yang mereka miliki, sehingga hal itu membuat mereka tidak setia kepada Tuhan. Dan tiba-tiba kehancuran datang. Pak Niko menegaskan: "Harap digarisbawahi, jangan sampai mengabaikan hubungan dengan Tuhan." Iblis kalau tidak bisa membuat kita menjadi jahat, maka dia akan membuat kita semakin sibuk. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa kesibukan menghancurkan hubungan dengan Tuhan.
Sedikit demi sedikit merampas kasih dan keintiman yang mereka miliki, sehingga hal itu membuat mereka tidak setia kepada Tuhan. Dan tiba-tiba kehancuran datang. Pak Niko menegaskan: ''"Harap digarisbawahi, jangan sampai mengabaikan hubungan dengan Tuhan."'' Iblis kalau tidak bisa membuat kita menjadi jahat, maka dia akan membuat kita semakin sibuk. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa kesibukan menghancurkan hubungan dengan Tuhan.


Jika kita lebih merasa enjoy pada waktu kita melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan daripada waktu kita berada dalam hadirat-Nya, sebenarnya kita sedang melakukan suatu kompromi meskipun kita merasa kualitas kerohanian kita hebat. Seiring waktu, kepura-puraan akan mengikat kita dan tiba-tiba kehancuran datang. Sebab pada akhirnya pekerjaan pelayanan hanya menjadi rutinitas tanpa ada sukacita, roh yang menyala-nyala, dan ini merupakan tanda bahwa kita sudah tidak mengalami kasih yang semula sebagaimana jemaat di Efesus. Kepada yang seperti itu Tuhan berkata: "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukan lagi apa yang semula engkau lakukan.
{{pmb0|Jika kita lebih merasa ''enjoy'' pada waktu kita melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan daripada waktu kita berada dalam hadirat-Nya, sebenarnya kita sedang melakukan suatu kompromi meskipun kita merasa kualitas kerohanian kita hebat. Seiring waktu, kepura-puraan akan mengikat kita dan tiba-tiba kehancuran datang. Sebab pada akhirnya pekerjaan pelayanan hanya menjadi rutinitas tanpa ada sukacita, roh yang menyala-nyala, dan ini merupakan tanda bahwa kita sudah tidak mengalami kasih yang semula sebagaimana jemaat di Efesus.}}


Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Mari kita bertobat! Dan jangan pernah lagi mengabaikan keintiman kita dengan TUHAN. Amin! (DL)
{{pmb0|Kepada yang seperti itu Tuhan berkata:}}
: '''''"Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."'''''


| showsource=       no
Mari kita bertobat! Dan jangan pernah lagi mengabaikan keintiman kita dengan Tuhan. Amin! (DL)
| sourcedate=       2022-10-31
 
| sourceurl=       https://hmministry.id/id/blog/single/article/keintiman-dengan-tuhan-hubungan-yang-tidak-boleh-terabaikan
| showsource= no
| sourcearticle=   Devotional
| sourcedate= 2022-10-31
| sourcepart=       Artikel
| sourceurl= https://hmministry.id/id/blog/single/article/keintiman-dengan-tuhan-hubungan-yang-tidak-boleh-terabaikan
| sourcepublisher= GBI Jalan Gatot Subroto
| sourcearticle= Devotional
| sourcepart= Artikel
| sourcepublisher= GBI Jalan Gatot Subroto
| sourceaccessdate= 2022-10-31
| sourceaccessdate= 2022-10-31
}}
}}

Revisi terkini sejak 3 September 2024 03.39

Hal-hal yang bersifat mendasar dalam konteks apa pun biasanya menjadi sesuatu yang sangat penting, yang menjadi penopang. Misal dalam hal membangun sebuah gedung atau bangunan, hal-hal mendasar seperti rasio perbandingan semen dengan pasir, berapa kedalaman fondasi, kerangka bangunan, dan lainnya adalah hal yang mendasar namun sangat penting. Seperti juga halnya dalam konteks membangun sebuah hubungan. Keintiman, kedekatan atau keakraban menjadi hal yang mendasar dan sangat penting, sebab pada sebuah hubungan yang bertumbuh pada umumnya kita mendapati tingkat keintiman yang bertumbuh pula. Demikian pula halnya dalam hubungan kita dengan Tuhan!

Sayangnya, tidak sedikit orang yang memandang sepele hal-hal yang sifatnya mendasar. Ketika seseorang sudah dipakai Tuhan dengan dahsyat dan memiliki jadwal pelayanan yang sangat padat, seringkali akhirnya mengabaikan waktu pribadi yang berkualitas dengan Tuhan.

Atau mungkin masih meluangkan waktu, namun kualitasnya bukan bertambah melainkan berkurang dan sudah menjadi bagian dari aktivitas rutin semata. Dan pada akhirnya inilah yang menjadi penyebab kejatuhan hamba-hamba Tuhan, sebab ketika hal yang mendasar yang merupakan pondasi penopang tidak diperhatikan, maka tidak akan cukup kuat untuk menopang keberadaan ‘seluruh bangunan' diatasnya.

Dalam pesan Tuhan yang disampaikan Gembala Jemaat Induk GBI Gatsu, Bapak Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo dinyatakan sebagai berikut:

Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan. (Pengkhotbah 10:1).

Ayat ini bisa diartikan sebagai berikut:

  • Sama seperti lalat mati yang membusuk akan merusak sejumlah minyak wangi, demikian pula sedikit kebodohan dapat meniadakan dampak hikmat yang besar.
  • Rencana yang bijaksana dapat dibuat tetapi seorang yang membuat sedikit kebodohan dapat merusak seluruhnya.
  • Rencana dalam mengikut dan melayani Tuhan yang dilakukan dengan baik tetapi karena membuat sedikit kebodohan, membuat hancur secara keseluruhan. Artinya tidak sampai kepada garis akhir. Tidak finishing well.
  • Yang dimaksudkan sedikit kebodohan di sini, bisa diartikan bukan melakukan suatu pelanggaran yang besar, tetapi pada mulanya mengabaikan hubungan mereka dengan Tuhan.

Sedikit demi sedikit merampas kasih dan keintiman yang mereka miliki, sehingga hal itu membuat mereka tidak setia kepada Tuhan. Dan tiba-tiba kehancuran datang. Pak Niko menegaskan: "Harap digarisbawahi, jangan sampai mengabaikan hubungan dengan Tuhan." Iblis kalau tidak bisa membuat kita menjadi jahat, maka dia akan membuat kita semakin sibuk. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa kesibukan menghancurkan hubungan dengan Tuhan.

Jika kita lebih merasa enjoy pada waktu kita melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan daripada waktu kita berada dalam hadirat-Nya, sebenarnya kita sedang melakukan suatu kompromi meskipun kita merasa kualitas kerohanian kita hebat. Seiring waktu, kepura-puraan akan mengikat kita dan tiba-tiba kehancuran datang. Sebab pada akhirnya pekerjaan pelayanan hanya menjadi rutinitas tanpa ada sukacita, roh yang menyala-nyala, dan ini merupakan tanda bahwa kita sudah tidak mengalami kasih yang semula sebagaimana jemaat di Efesus.

Kepada yang seperti itu Tuhan berkata:

"Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."

Mari kita bertobat! Dan jangan pernah lagi mengabaikan keintiman kita dengan Tuhan. Amin! (DL)