Sakramen
Sakramen, menurut Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia, memiliki makna misteri (mengandung rahasia) yang tidak dapat dijelaskan secara nyata dan rasional, tapi diterima sebagai kebenaran secara iman, semacam aksioma.[1] Menurut definisi Gereja Reformasi abad ke-16, sakramen adalah tanda dan materai yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya.[2]
Gereja Reformasi hanya mengenal dua Sakramen yaitu baptisan air (Matius 28:16) dan Perjamuan Kudus (1 Korintus 11:23), dengan alasan hanya dua sakramen inilah yang ditentukan oleh Tuhan sendiri.
Komponen sakramen
Sakramen memiliki tiga komponen:[1]
- Tanda lahiriah, tanda yang kelihatan (visible sign)
- Tanda “di dalam”, sebagai anugerah spiritual dan dimateraikan
- Penyatuan antara tanda (sign) dengan benda yang mewakilinya
- Menyatu dalam isi dari sakramen
- Tidak berubah secara fisik
- Diterima secara iman
Baptisan air
- Artikel utama: Baptisan air
Kata baptis berasal dari bahasa Yunani, baptizo, yang artinya dibenamkan ke dalam air. Dalam Alkitab terdapat banyak penggunaan kata baptizo dan tidak semuanya berkaitan dengan tindakan baptisan air.
Baptisan air dilakukan oleh seorang hamba Tuhan sebagai sebuah sakramen, yaitu tanda yang suci, amanat Tuhan sendiri. Syarat dari baptisan air adalah sudah lahir baru. Kita dibaptis karena sudah lahir baru, kita tidak lahir baru karena dibaptis.
Perjamuan kudus
- Artikel utama: Perjamuan Kudus
Dalam Perjamuan Kudus terjadi persekutuan antara orang percaya dengan kematian Yesus di kayu salib, juga antara orang percaya dengan sesama anggota tubuh Kristus lainnya, Perjamuan Kudus juga memiliki nilai peringatan akan karya penebusan Allah bagi setiap orang yang percaya, Perjamuan Kudus mengandung arti pemberitaan kematian Yesus kepada semua orang, Perjamuan Kudus mengajar agar kita selalu mengucap syukur akan karya Allah bagi manusia.
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Sinode Gereja Bethel Indonesia (2004). Pengajaran Dasar GBI. hal. 95.
- ^ Sinode Gereja Bethel Indonesia (2004). Pengajaran Dasar GBI. hal. 106.