Pengurapan dalam pelayanan dan kehidupan orang percaya (Sikap teologis)
Sikap teologis GBI Jalan Gatot Subroto | |
---|---|
Tanggal | 29 November 2020 |
Penulis‑1 | Pdm Dr Dony Lubianto, MTh |
Penulis‑2 | Pdt Dr Rudi Darmawan |
Video | Voice of Pentecost 25 ( Gisela Kilisya Tasmalia ) |
Unduh | Unduh OSP |
Hadirat Tuhan, pengurapan dan bahasa roh. Ketiga hal ini adalah fokus utama dalam setiap ibadah yang dilaksanakan di keluarga besar GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, di bawah penggembalaan Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo.
I. Pendahuluan
Ketiga hal tersebut di atas bukan hanya slogan semata, namun sangat kental terasa di dalam setiap pelaksanaan ibadah yang terselenggara di 1.200 gereja cabang baik dalam dan luar negeri yang berada dalam lingkup keluarga besar GBI Jalan Jendral Gatot Subroto saat ini[1]. Ini bukan saja merupakan warna khas ibadah melainkan juga sebuah anugerah khusus yang diberikan Tuhan dalam pelayanan Gembala Sidang/Pembina. Hadirat Tuhan, pengurapan dan bahasa roh telah menjamah jemaat, menghasilkan dampak pertumbuhan rohani serta pertumbuhan gereja baik secara kualitas maupun kuantitas.
Penekanan pada hadirat Tuhan menjadikan pelayanan doa, pujian dan penyembahan dalam ibadah sama sekali tidak berfokus sebagai entertainment bagi jemaat dengan sekelompok orang yang mahir memainkan alat musik, mahir menyanyi dengan suara yang merdu ditambah dengan sound system serta sistem pencahayaan dan layar LED yang besar, melainkan membangun mezbah, membangun ‘takhta’ bagi Tuhan hadir bersemayam diantara umat-Nya. (Mazmur 22:4)
Penekanan pada bahasa roh terlihat dengan intensitas penggunaan bahasa roh sebagai sarana penyembahan kepada Tuhan secara korporat dalam ibadah, sekalipun praktik seperti ini belum dapat diterima sepenuhnya oleh sebagian orang baik dari luar maupun dari dalam Gereja Bethel Indonesia namun hal ini tidaklah bertentangan dengan Sikap GBI mengenai Baptisan Roh Kudus dalam buku ‘Sikap Teologis Gereja Bethel Indonesia” yang diterbitkan oleh Departemen Teologi BPH GBI[2]. Penekanan pada pengurapan bukan hanya jemaat merasakan pengurapan Roh Kudus melalui kehadiran-Nya, melainkan juga pengurapan yang diimpartasikan melalui hamba Tuhan baik secara korporat maupun secara penumpangan tangan dan pengolesan minyak urapan. Apakah yang dimaksud dengan pengurapan? Seberapa pentingkah pengurapan bagi orang percaya? Berikut adalah pandangan Sikap/Pandangan GBI Jalan Jendral Gatot Subroto terkait dengan Pengurapan.
II. Pengurapan dalam hidup orang percaya
A. Pengurapan merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup orang percaya
Salah satu yang membedakan antara orang percaya dengan orang yang belum percaya adalah adanya pengurapan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai pengikut Kristus, seyogyanya pengurapan bukanlah menjadi sesuatu yang asing, melainkan menjadi bagian yang penting dalam perjalanan iman dan keseharian kita mengiring Dia.
Kata Kristus itu sendiri sebenarnya memiliki arti “Yang Diurapi”, hal ini juga selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus:
- "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:18-21).
Dengan demikian orang yang percaya kepada Kristus sudah seharusnyalah menjadikan pengurapan sebagai bagian yang penting dan tidak terpisahkan dari hidup mereka.
B. Pengurapan di dalam Alkitab
Di keluarga besar GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, pengurapan benar-benar bukanlah sesuatu yang baru. Tindakan pengurapan juga tidak jarang dilakukan oleh para pemimpin rohani kepada pelayan jemaat maupun jemaat. Selain itu, tindakan pengurapan juga sering dilakukan kepada orang sakit, pengurapan pada rumah, kantor, usaha baru, dan yang lainnya. Namun, sebenarnya apa itu pengurapan dan bagaimana pandangan Alkitab terhadap pengurapan. Melihat pada Oxford dictionary, pengurapan berasal dari kata Anoint, to put oil on somebody or on part of somebody’s body as part of a religious or other ceremony." Di dalam Alkitab, perihal pengurapan juga beberapa kali dapat dijumpai, baik itu pengurapan yang dilakukan atas manusia ataupun pengurapan atas benda. Paper ini akan berfokus pada pengurapan yang dilakukan atas manusia.
Di dalam Perjanjian Lama, tindakan pengurapan dilaksanakan pada:
- acara ritual keagamaan (untuk menyucikan item-item keagamaan)
- penahbisan Imam Besar, imam-imam yang melayani (Keluaran 40:15)
- pengangkatan seorang Raja (1 Samuel 16:1, 12-13), serta
- pengangkatan seorang Nabi (1 Raja 19:16).
Dalam Perjanjian Lama, memang hanya orang-orang khususlah yang dapat menerima pengurapan. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, pengurapan diberikan kepada orang percaya yang adalah milik Yesus dan memiliki Yesus (2 Korintus 1:21-22; 1 Yohanes 2).
Di dalam Alkitab jika bicara pengurapan, seringkali instrumen yang dipakai adalah minyak. Minyak sering digunakan sebagai:
- lambang persetujuan Allah
- kehadiran Allah
- berkat
- kuasa
- penghiburan
- kesembuhan
- sukacita
- perkenanan
- kesejahteraan, dan
- otoritas (Warren, 2019).
Penggunaannya pun dapat ditaruh di:
- kepala (Mazmur23:5; Pengkhotbah 9:8),
- kaki (Lukas 7:38; Yohanes 12:3),
- mata (Wahyu 3:18), dan
- muka (Mazmur 104:15).
Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru, tidak terlalu ditekankan tentang minyak, tetapi Roh Kudus menjadi instrumen pengurapan itu sendiri (2 Korintus 1:21-22). Roh Kudus yang memenuhi/menguasai seringkali mengiringi tindakan pengurapan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Prinsip apakah yang mendasari pengurapan minyak? Prinsip Konsekrasi, yaitu memisahkan atau mengkhususkan sesuatu atau seseorang kepada Tuhan. Dalam beberapa contoh di pembahasan sebelumnya terlihat bahwa prinsip ini menjadi bagian dari praktek kehidupan rohani umat Tuhan di Perjanjian Lama.
Di zaman Perjanjian Baru, prinsip ini juga dipraktekkan oleh umat Tuhan seperti dalam Yakobus 5:14,
- “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan."
Kalimat “mengoles dengan minyak” dalam ayat ini memiliki maksud agar orang yang sakit dibawa kepada Tuhan untuk mendapatkan belas kasihan-Nya[3]. Pemahaman ini mengandung makna konsekrasi di dalamnya. Prinsip konsekrasi yang dilambangkan dengan pengolesan minyak tetap berlaku pada era Perjanjian Baru.
C. Maksud dan tujuan dari pengurapan
Setiap tindakan pengurapan selalu membawa pesan khusus di dalamnya. Pengurapan bukan sembarangan diberikan atau dilakukan tanpa maksud dan tujuan. Yesus Kristus pun sebagai “Yang Diurapi” dalam Lukas 4:18-19 dijelaskan bahwa,
- “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Oleh karena itu, pengurapan yang diterima oleh orang percaya harus disadari sebagai bagian dari perjalanan orang percaya dalam panggilan-Nya, seperti Yesus berjalan selama Ia ada di bumi ini, Kisah 10:38 mencatat, “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan keliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." Jikalau Yesus saja menerima pengurapan dari Allah, terlebih lagi orang percaya. Dalam hidup setiap hari, sebagai umat gembalaan-Nya, Tuhan pun telah berkata bahwa Ia sebagai gembala yang baik akan mengurapi kepala orang percaya dengan minyak (Mazmur 23:5b).
Pengurapan yang diberikan kepada orang-orang percaya dalam era Perjanjian Baru bukanlah untuk tujuan keselamatan dan berkat-berkat secara jasmani, namun untuk tujuan pelayanan yaitu pemberitaan Injil dan menyatakan kuasa Allah. Orang yang diurapi misalnya dengan penumpangan tangan oleh pemimpin rohani untuk mengobarkan karunia rohani yang Allah anugerahkan kepadanya (2 Timotius 1:6).
D. Pengurapan “double portion”
Pengurapan dua kali ganda atau lebih dikenal dengan istilah double portion anointing sangat dikenal dalam gereja aliran pentakosta dan kharismatik. Istilah ini mengacu kepada peristiwa Elia dan Elisa yang dicatat dalam 2 Raja-raja 2:1-14. Ketika sudah waktunya Elia terangkat ke Sorga, ia bertanya kepada Elisa, "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."
Permintaan Elisa bukanlah permintaan duniawi, melainkan perkara rohani, sama seperti Salomo ketika ditanya Tuhan dan memilih meminta hikmat daripada kekayaan. Elisa meminta dua bagian dari roh Elia[4].
Sebuah permintaan yang baik dan disampaikan dengan kesungguhan hati. Salah satu dampak dari pengurapan double portion yang diterima Elisa, mukjizat-mukjizat yang Tuhan kerjakan melalui pelayanan Elisa dua kali lipat lebih banyak dari Elia, hal ini tidak membuktikan bahwa Elisa lebih hebat dari Elia, justru lebih membuktikan bagaimana pembinaan (mentoring) yang dilakukan Elia kepada Elisa berhasil.
Peristiwa yang senada juga terjadi pada zaman Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya,
- “Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12)
Maksud perkataan Yesus ini bukan berarti orang percaya lebih hebat dari Tuhan Yesus, melainkan secara ruang lingkup geografis yang lebih luas, pelayanan yang menjangkau jauh lebih banyak orang, serta pelayanan kepada bangsa-bangsa non Yahudi. Semuanya dimungkinkan karena Tuhan Yesus mengutus Roh Kudus memenuhi dan mengurapi orang percaya, ditambah dengan perkembangan teknologi transportasi, teknologi informasi, internet dan media sosial. Pengurapan double portion, pelayanan yang lebih besar umumnya terjadi dalam konteks bapa rohani dengan anak rohani. Orang percaya yang merindukan pengurapan double portion tentu harus membangun hubungan bapa-anak dengan pemimpin rohani yang Tuhan Yesus tempatkan di atasnya.
III. Penutup
Sekarang adalah era pentakosta yang ketiga di mana orang percaya menjadi messenger of the third Pentecost, pengurapan sungguhlah sangat diperlukan untuk menuntaskan amanat agung-Nya. Pekerjaan kerajaan-Nya tidak dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri karena keterbatasan manusia. Orang percaya sungguh membutuhkan pengurapan dari-Nya yang Ia berikan melalui para pemimpin rohani. Jangan lewatkan kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan untuk menerima pengurapan dari Dia melalui para pemimpin rohani. Terima pengurapan-Nya dengan iman dan mulai melangkah mengerjakan apa yang Roh Kudus tuntun. Jangan ragu pula untuk berdoa setiap pagi hari pada saat teduh, meminta pengurapan dari Tuhan yang akan memampukan orang percaya menjalani hari seturut kehendak-Nya. (DL/RD)
Catatan kaki
- ^ Data jumlah gereja berdasarkan yang disampaikan dalam materi khotbah Bapak Pdt Dr Ir Niko Njotorahadjo dalam ibadah online 20 September 2020
- ^ GBI percaya dalam ibadah bersama boleh digunakan bahasa roh beramai-ramai, bila itu adalah bahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus seperti yang dialami 120 orang percaya dalam Kisah 2:1-4 atau 12 orang dalam Kisah 19:6-7. Ini adalah bahasa roh untuk tujuan penyembahan. Itu berbeda dengan karunia bahasa roh yang harus ditafsirkan untuk membangun jemaat, yakni bahasa roh untuk tujuan nubuatan, yang dibahas Paulus dalam I Kor. 14:27 28, di mana hanya 2-3 orang saja yang boleh berbahasa roh, seorang demi seorang, dan harus ada yang menafsirkannya. (hal.20)
- ^ NIV Zondervan Study Bible Notes: James 5:14
- ^ "Porsi ganda" menunjukkan proporsi harta benda ayah yang merupakan hak waris bagi anak tertua (Ulangan 21:17). Karena itu, Elisa meminta roh Elia dua kali lebih banyak daripada yang diwariskan kepada para nabi yang merupakan anak rohani Elia lainnya. Dengan demikian Elisa mengklaim untuk diakui sebagai putra rohani sulung Elia. (Albert Barnes’ Notes on The Bible).