Pandemi sebagai bagian dari tanda kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali (Sikap teologis)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Logo OSP.png
Sikap teologis
GBI Jalan Gatot Subroto
Tanggal06 September 2020
PenulisPdt Chris Silitonga, MEd
Video Voice of Pentecost 16 (Stephen Kurniadi )
Unduh Unduh OSP

Pembicaraan mengenai kedatangan Tuhan Yesus untuk yang kedua kali telah menjadi pembicaraan selama berabad-abad dalam dunia Kekristenan, baik diantara para teolog maupun kalangan jemaat.

I. Latar belakang

Ini adalah hal yang wajar oleh karena pertanyaan yang sama juga diajukan oleh para murid-murid Tuhan Yesus sendiri kepada-Nya di dalam Matius 24:3 dan Lukas 21:7. Perihal ini pun dibahas dalam surat-surat yang ditulis oleh Paulus, Petrus dan Yohanes. Setiap kali dunia menghadapi badai/goncangan besar, seperti perang dan wabah/pandemi, maka ketertarikan akan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan akhir zaman akan selalu mencuat. Berbagai pandangan dan analisa akan diajukan dari berbagai macam pihak. Guna memberikan pemahaman yang sama dan jawaban kepada jemaat yang bernaung di dalamnya, GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta, memandang perlu untuk mengeluarkan sikap/pandangan mengenai pandemi sebagai bagian dari tanda kedatangan Tuhan Yesus.

II. Dua tahapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali

Membicarakan mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dapat menjadi bahan yang sangat panjang dan lebar. Mengenai hal ini dapat dilihat di dalam KOM 100: Mengenal Allah dan Tinggal di Dalam Kristus, yaitu di modul 130.6: Kedatangan Kristus yang Kedua.

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dapat dibagi dalam 2 (dua) tahapan atau selang waktu yang berbeda[1]. Pemahaman akan hal ini perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas tanda-tanda kedatangan-Nya, oleh karena seringkali yang menjadi faktor kebingungan adalah tanda-tanda mana yang muncul sebelum kedatangan-Nya pada tahap pertama dan tahap kedua. Adapun dua tahapan kedatangan-Nya adalah:

  1. Pengangkatan Gereja (rapture atau parousia)
  2. Penampakan Kristus (revelation/apocalypse atau epiphany atau glorious coming)
    • Zakharia 14:4; Wahyu 16:16; 20:1-6, 10; Yudas 1:14; Yesaya 24:21
    • Tuhan Yesus datang kembali ke dunia dan menjejakkan kaki-Nya di Bukit Zaitun.
    • Antikristus dan pengikutnya berperang berhadapan dengan Tuhan Yesus dan orang-orang kudus-Nya di Harmagedon. Antikristus dan pengikutnya dikalahkan.
    • Tuhan Yesus mendirikan Kerajaan 1000 tahun damai.

Artikel Sikap/Pandangan ini akan membahas mengenai tanda-tanda menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali tahap pertama, yaitu sebelum pengangkatan gereja. GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta, mempercayai bahwa hal tersebut akan terjadi sebelum masa aniaya/masa Antikristus dan sebelum masa Kerajaan 1000 tahun, yaitu pandangan pre-tribulation pre-millennium rapture[2].

Berdasarkan posisi inilah maka artikel ini akan menjawab pertanyaan:

“Apakah pandemi (seperti COVID-19 saat ini) bisa dikatakan sebagai tanda bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali, yaitu tahap satu/pengangkatan, sudah dekat?”

III. Sudut pandang Matius 24 dan Lukas 21

A. Matius 24

Dalam Matius 24:3 tercatat murid-murid Yesus bertanya: “apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia”. Struktur dalam bahasa Yunani menunjukkan bahwa para murid-murid melihat bahwa kedatangan (“parousia”) dan kesudahan dunia sebagai kesatuan peristiwa yang tak terpisahkan[3] . Murid-murid mengira bahwa kehancuran Bait Allah sebagaimana yang Yesus nubuatkan di ayat 2 akan menjadi satu-satunya tanda kedatangan-Nya. Namun Yesus menjawab di ayat 4-12 bahwa menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali banyak tanda-tanda yang akan terjadi, yaitu yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Goncangan-goncangan terhadap orang-orang percaya.
  2. Goncangan-goncangan terhadap semua orang di bumi.
  3. Pemberitaan Injil di seluruh dunia.

Tuhan Yesus pun menjelaskan di ayat 37-44 bahwa kedatangan-Nya untuk menjemput hamba-hamba-Nya yang setia (24:46) adalah sesuatu yang mendadak, yaitu pada waktu-waktu yang tidak dapat kita duga (24:42,44).

Perlu diperhatikan adalah dalam Matius 24:7, Yesus mengungkapkan beberapa tanda yang akan dirasakan oleh semua orang secara obyektif:

Bahasa Indonesia (TB-LAI)
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.
English (King James Version)
For nation shall rise against nation, and kingdom against kingdom: and there shall be famines, and pestilences, and earthquakes in divers places.

Kata “pestilences” dalam bahasa Yunani adalah “loimos” (Strong’s Dictionary G3061) artinya wabah sakit penyakit (Eng. “plague”). Kata ini juga terdapat dalam beberapa Alkitab versi bahasa Inggris seperti Literal Translation of Holy Bible, Young’s Literal Translation Bible maupun versi bahasa Latin seperti Latin Vulgate (Lat. “pestilentiae”).

B. Lukas 21

Pertanyaan murid-murid dan jawaban Yesus yang serupa juga dicatat oleh rasul Lukas dalam Lukas 21:7. Sama seperti di Matius 21, murid-murid mengira bahwa nubuatan Yesus akan kehancuran Bait Allah menjadi tanda utama kedatangan-Nya. Sama seperti dicatat Matius, Yesus tidak menggunakan kehancuran Bait Allah sebagai tanda utama kedatangan-Nya, namun Yesus memberikan tanda-tanda yang akan menunjukkan bahwa kedatangan-Nya tahap pertama sudah semakin mendekat[4] . Tanda-tanda yang Ia ungkapan setara dengan apa yang dicatat rasul Matius.

Patut diperhatikan bahwa dalam Lukas 21:11 dicatat sebagai berikut:

Bahasa Indonesia (TB-LAI)
dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga tanda-tanda yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.
English (King James Version)
and great earthquakes shall be in divers places, and famines, and pestilences and fearful sights and great signs shall there be from heaven.

Kata Yunani yang digunakan untuk “pestilences” pun adalah “loimos”. Kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penyakit sampar atau dengan kata lain wabah sakit-penyakit (termasuk pengertian pandemi). Tanda-tanda yang Tuhan Yesus ungkapkan adalah kejadian-kejadian yang harus terjadi (dei, divine necessity) karena itu adalah bagian dari rencana-Nya.[5] Tanda-tanda lain yang tercatat di Lukas 21:8-19 akan terjadi berulang-ulang di dalam sejarah manusia sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.[6]

C. Wabah/pandemi sebagai bagian dari tanda kedatangan-Nya

Goncangan-goncangan yang terjadi terhadap orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sudah terjadi semenjak gereja Tuhan berdiri, yaitu karena pencurahan Roh Kudus di Kisah Para Rasul 2, sampai sekarang. Faktanya masih banyak orang-orang Kristen yang menderita dan dianiaya oleh karena percaya kepada nama Yesus Kristus, sampai hari ini. Tetapi Gereja tetap bertumbuh dan berkembang oleh karena Roh Kudus masih tercurah, Injil tetap diberitakan dan semakin banyak orang menjadi murid-murid Kristus.

Goncangan-goncangan juga terjadi kepada semua orang di bumi, tidak peduli suku bangsanya, tua-muda, laki-laki dan perempuan, atau agamanya. Semenjak dahulu berbagai macam goncangan, seperti bencana alam, krisis ekonomi, perang, bahkan merebaknya sakit-penyakit, terjadi dalam sejarah manusia di bumi. Sejarah juga mencatat, bahwa setiap bencana, perang dan penyakit yang dihadapi manusia justru semakin membesar sejalan dengan berjalannya waktu. Hal ini sudah Tuhan Yesus sendiri peringatkan, sebagaimana dicatat dalam Matius 24 dan Lukas 21.

Efek dari semua goncangan-goncangan ini adalah meluasnya pemberitaan Injil. Goncangan-goncangan biasanya diikuti dengan terjadinya kebangunan rohani, karena orang semakin mencari Tuhan di tengah-tengah semua penderitaan yang mereka alami. Injil justru relatif lebih mudah dibagikan di saat situasi-situasi susah seperti ini, termasuk dalam situasi penyakit merebak ke mana-mana (pandemi). Goncangan-goncangan juga mendorong orang-orang percaya untuk segera melakukan apa yang Tuhan perintahkan, khususnya Amanat Agung yaitu mengabarkan Injil keselamatan dan menjadikan banyak orang murid-murid Kristus.

Dari pengertian di atas, maka COVID-19 sebagai pandemi dapat dikatakan sebagai bagian dari tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kali. Pandemi ini menjadi goncangan bagi semua orang, termasuk terhadap orang-orang percaya. Pandemi ini juga berakibat meningkatnya kehausan rohani banyak orang hari-hari ini.

D. Pandemi sebagai kesiagaan kedatangan-Nya sudah dekat

Yang perlu diingat, kita tidak mengatakan bahwa setelah pandemi ini Tuhan Yesus pasti akan datang. Dalam hal ini kita tidak akan pernah tahu. Tetapi kita juga tidak bisa berkata bahwa sesudah pandemi ini Tuhan Yesus pasti tidak datang. Dalam hal ini pun kita tidak akan pernah tahu (Matius 24:36, 42). Tuhan Yesus jelas mengajar bahwa orang percaya yang hidup sebelum masa aniaya/masa Antikristus tidak dapat menghitung bahkan menduga saat kedatangan-Nya untuk mengangkat mereka di angkasa (Matius 24:42-44). Tetapi sebelum pengangkatan tersebut, akan muncul banyak tanda-tanda dari masa ke masa untuk memperingatkan jemaat-Nya bahwa waktu pengangkatan (rapture/parousia) sudah semakin mendekat[7].

Jika kita berkata bahwa pandemi ini bukan bagian dari tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, maka kita memungkiri bahwa pandemi ini adalah goncangan, sementara Tuhan Yesus ungkapkan di Matius 24 dan Lukas 21 bahwa goncangan-goncangan akan mendahului kedatangan-Nya untuk mengangkat Gereja-Nya. Jika setelah pandemi ini Tuhan Yesus belum datang, maka pandemi ini pun masih dalam rangkaian goncangan-goncangan yang terjadi sebelum kedatangan-Nya.

Tetapi bagaimana jika ternyata sesudah pandemi ini Tuhan Yesus datang? Maka orang-orang yang menganggap pandemi ini bukan bagian tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua kali, tidak akan siap untuk menyongsong Tuhan Yesus di awan-awan. Semua goncangan-goncangan yang terjadi kepada banyak orang, apalagi terjadi secara global/mendunia, hendaklah kita lihat sebagai bagian dari tanda-tanda kedatangan-Nya sudah dekat.

IV. Sudut pandang Pentakosta Ketiga

(Mengenai penjelasan Pentakosta Ketiga, dapat dipelajari selengkapnya dalam artikel “What Qualifies as Pentecost?” yang disusun oleh Tim Teologia, GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta).

Perihal kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali sudah amat dekat, sudah disampaikan oleh Roh Kudus semenjak lama, khususnya di tahun 2009, yaitu “Aku datang segera” (Wahyu 3:11) kepada Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo (‘Ps Niko”). Roh Kudus mengarahkan kita untuk mendalami pesan-pesan Tuhan Yesus kepada ketujuh jemaat, yang tercatat dalam Wahyu 2 dan 3.

Lebih lanjut Roh Kudus menunjukkan kepada kita Yoel 2:28-32.

  • Dalam ayat ini kita melihat bahwa Tuhan menjanjikan pencurahan Roh Kudus yang luar biasa (Yoel 2:28-29).
  • Melalui ayat-ayat ini pun kita mendapatkan pengertian bahwa goncangan-goncangan luar biasa akan terjadi, tetapi melalui hal itu maka akan banyak orang berseru kepada Tuhan dan diselamatkan (Yoel 2:30-32).
  • Ini sejalan dengan pengertian yang sudah kita pelajari di bagian pertama di atas, berdasarkan Matius 24 dan Lukas 21.

Pencanangan Empowered21, yang merupakan forum dunia para hamba-hamba Tuhan berkumpul untuk mencari tahu apa yang Roh Kudus lakukan ke depan ini, juga melihat adanya pencurahan Roh Kudus yang besar-besaran di depan ini. Empowered21 dimulai 2010 di Oral Roberts University, Amerika Serikat, dan telah merebak ke berbagai benua, termasuk Asia. Tahun 2011 kongres Empowered21 Asia yang pertama diselenggarakan di SICC.

World Prayer Assembly II di selenggarakan di SICC pada tahun 2012. Bertemakan “A New Wave is Coming” pertemuan ini mengambil ayat dari Habakuk 2:14. Terdapat suatu pesan yang dalam mengenai gerakan Roh Kudus yang akan melanda seluruh dunia. Salah satu pernyataan yang terungkap dalam pertemuan ini adalah bahwa WPA kedua ini adalah pendahuluan untuk penuaian jiwa secara global.

Adalah saat pelaksanaan kongres Empowered21 Asia tahun 2013 di SICC, Tuhan memberikan kita suatu pernyataan melalui Ps. Niko: “Niko, yang Aku maksudkan selama ini dengan Pencurahan Roh Kudus itu adalah Pentakosta Ketiga.” Semenjak itu, pesan Pentakosta Ketiga dikumandangkan di mana-mana. Pastor Russel Evans dari PlanetShakers Church, Australia, mendapatkan penglihatan bahwa Roh Kudus sedang dicurahkan di Indonesia; muncul awan-awan lalu ada angin yang bertiup membawa awan-awan dari Indonesia, yaitu awan kemuliaan Tuhan keluar dari Indonesia dan bergerak ke bangsa-bangsa. Beliau juga melihat jutaan anak-anak muda berkobar dalam api Roh Kudus dan mereka cinta mati-matian akan Tuhan, dan melayani bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain dengan cara yang luar biasa/belum pernah dilihat sebelumnya. Penglihatan ini adalah jawaban dari doa kepada Tuhan bagaimana Pentakosta Ketiga ini akan terjadi di Indonesia.

Dalam Empowered21 Asia tahun 2018 di SICC, pesan Pentakosta Ketiga ini juga kembali diteguhkan oleh banyak para Hamba Tuhan, khususnya oleh Cindy Jacobs, yang berkata bahwa kegerakan ini akan lebih besar daripada pencurahan Roh Kudus di Azusa Street, dan akan bergerak dari timur ke barat dan kembali ke Yerusalem.

Selanjutnya Roh Kudus memberi pengertian bahwa Pentakosta Ketiga akan menuntaskan Amanat Agung dan setelah Amanat Agung itu dituntaskan maka Tuhan Yesus akan datang kembali. Perlu diingat, bahwa kapan hal itu terjadi atau berapa lama Pentakosta Ketiga akan berlangsung, kita tidak tahu, tetapi kita percaya bahwa ini segera terjadi.

Tahun 2020, setelah pelaksanaan The Send di Brazil, Tuhan meneguhkan bahwa Pentakosta Ketiga ini akan dimotori oleh anak-anak muda. Anak-anak muda di Indonesia dan Brazil akan menjadi motor utama. Tak lama setelah itu COVID-19 menjadi pandemi dunia dan Maret 2020 resmi berjangkit di Indonesia. Keadaan yang diakibatkan pandemi ini cukup besar, salah satunya adalah begitu banyak kegiatan yang harus beralih dari offline ke online, termasuk peribadahan. Anak-anak muda menjadi penggerak yang luar biasa di tengah-tengah pandemi, karena merekalah yang paling “melek teknologi online”. Bilangan Research Center (BRC) menunjukkan hasil survey bahwa gereja yang memiliki anak-anak muda yang aktif di gerejanya, adalah juga yang paling aktif dan eksis melakukan pelayanan secara online di tengah-tengah pandemi ini[8].

Dari pengertian sudut pandang ini, maka kita pun dapat mengambil kesimpulan bahwa pandemi yang sedang terjadi hari-hari ini adalah bagian dari tanda penggenapan Pentakosta Ketiga, di mana pencurahan Roh Kudus dan goncangan-goncangan yang terjadi akan mengakibatkan banyak orang berseru kepada Tuhan dan diselamatkan. Itu artinya Amanat Agung sedang digenapi, yaitu banyak orang akan bertobat dan menjadi murid Kristus.

Pandemi ini juga mengakibatkan bangkitnya anak-anak muda yang cinta mati-matian kepada Tuhan, di mana-mana. Mereka membagikan firman Tuhan dan men-sharing hidup mereka di media-media online, yang justru semakin menguat penggunaannya di masa pandemi seperti ini. Ini juga adalah bagian dari visi Pentakosta Ketiga.

Yang harus kita ingat, Pentakosta Ketiga akan menuntaskan Amanat Agung, yang artinya Tuhan Yesus akan segera datang untuk kali yang kedua. Mengatakan pandemi COVID-19 bukan sebagai bagian dari tanda kedatangan Kristus yang kedua adalah memungkiri realita yang terjadi hari-hari ini bahwa Pentakosta Ketiga sedang terjadi.

V. Mempersiapkan diri menyambut pengangkatan-Nya

Rasul Petrus dalam suratnya 2 Petrus 3 mengingatkan jemaat agar tidak mengambil sikap seperti yang dilakukan beberapa orang yang telah melihat dan merasakan beberapa tanda-tanda/goncangan malah mempertanyakan atau meragukan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa Ia akan segera datang sebanyak 4 (empat) kali kepada ketujuh sidang jemaat dalam Wahyu 2 dan 3. Jika 2000-an tahun yang lalu Yesus telah menyatakan demikian, terlebih lagi hari-hari ini tentu kedatangan-Nya semakin mendekat.

Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya menjemput kita di angkasa? 4 (empat) hal yang harus dilakukan:

  1. Hidup berjaga-jaga (Matius 24:42), artinya hidup kudus di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia. Rasul Petrus bahkan mengingatkan dalam 2 Petrus 3:11-12, “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.”
  2. Hidup siap sedia (Matius 24:44), artinya siap menyambut kedatangan Tuhan Yesus kapan saja.
  3. Hidup setia melakukan perintah Tuhan (Matius 24:46), artinya melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus dengan Pentakosta Ketiga.
  4. Hidup intim dengan Tuhan (Yudas 20-21), artinya banyak membaca, merenungkan, melakukan Firman Tuhan, banyak memuji dan menyembah Tuhan dan banyak berdoa berbahasa roh.

Di dalam Alkitab, sebelum sesuatu yang besar dari Tuhan terjadi, maka goncangan-goncangan mendahuluinya. Demikian juga sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali terjadi, maka goncangan-goncangan akan terjadi. Dunia sudah melihat dan merasakan berbagai macam goncangan semenjak kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Semua goncangan-goncangan itu semakin membesar, yang artinya kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, yang juga adalah hal yang sangat penting dan besar, semakin mendekat. Pandemi COVID-19, sekalipun menghasilkan efek yang negatif bagi dunia, tetapi bagi kita yang percaya, adalah bagian dari tanda-tanda bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk mengangkat Gereja-Nya akan segera terjadi. Dan kedatangan Tuhan Yesus adalah hal yang paling besar yang kita nantikan. (CS)

Catatan kaki

  1. ^ Ini sejalan dengan penegasan ulang Departemen Teologia, Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia dalam buku resmi Sikap Teologis Gereja Bethel Indonesia (2018).
  2. ^ Patut dicatat bahwa Sinode GBI tidak menentukan sikap mana dari beberapa pandangan pengangkatan (rapture/ parousia) yang ada yang menjadi sikap GBI. Terdapat 4 (empat) pandangan berbeda mengenai pengangkatan: pre- tribulasi, mid-tribulasi, post-tribulasi dan parsial. Sinode GBI percaya bahwa pengangkatan pasti terjadi, namun tidak memilih teori manapun dan menekankan bahwa jemaat harus siap menyambut kedatangan-Nya setiap saat. Di dalam tidak ditentukannya sikap ini, maka GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta, setelah menelaah dan menimbang segala segi pandangan mana yang akan digunakan, percaya bahwa pandangan pretribulasi adalah yang tepat dan memiliki makna tinggi terhadap aspek penggembalaan/pastoral.
  3. ^ James B. Shelton, Life in The Spirit New Testament Commentary: Matthew (French L. Arrington & Roger Strongstad, Editors), Tulsa, OK: Empowered Life Academics, 1999, h.269
  4. ^ Hayford, Jack W., New Spirit-Filled Life Bible (NKJV), Nashville, TN: Thomas Nelson Inc, 2002, h.1334
  5. ^ Arrington, French L, Luke, Life in The Spirit: New Testament Commentary, Tulsa, OK: Empowered Life Academics, 1999, h.578
  6. ^ Ibid.
  7. ^ Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2013, h.1553.
  8. ^ Sebagaimana disampaikan dalam Seminar Online/Zoom Webinar Bilangan Research Center: “Pelayanan dan Dinamika Gereja Selama Pandemi COVID-19” pada bulan Juni 2019. Data menunjukkan bahwa Gereja yang persentase generasi muda di bawah usia 20 tahun, lebih siap untuk melakukan pelayanan secara online. Hanya 28% dari Gereja di Indonesia yang memiliki 0-10% jemaat berusia <20 tahun yang melakukan pelayanan online sebelum masa pandemi COVID-19. Tetapi 52,7% Gereja di Indonesia yang memiliki lebih dari 30% jemaat berusia <20 tahun bahkan telah memiliki pelayanan online sebelum masa pandemi.

Lihat pula