Kuduskanlah dirimu! (9 Weeks of Breakthroughs)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Kuduskanlah dirimu!
Buletin 9 Weeks of Breakthroughs.jpg
9 Weeks of Breakthroughs
PeriodeMinggu IV
Tanggal30 Oktober 2010
Oleh/ptk
SebelumnyaIman yang menyelamatkan (Pdt Sutadi Rusli)
SelanjutnyaSakramen Baptisan Air
Buletin #05

Tuhan terus membawa kita dalam "9 Weeks of Breakthroughs" dengan luar biasa. Demikian banyak tuntunan dan pesan Tuhan yang disampaikan baik lewat pendalaman Firman Tuhan, lewat hamba-hamba Tuhan maupun lewat kesaksian. Kita percaya bahwa Tuhan pasti akan membuat perubahan dalam hidup kita karena itulah yang menjadi janji Tuhan bagi kita. Walaupun kadang kita tidak mengerti dengan cara apakah Tuan akan membawa kita. Demikian juga yang dialami oleh Yosua dan bangsa Israel ketika mereka akan mulai memasuki Tanah Perjanjian.

Ada penghalang terakhir antara bangsa Israel dan Tanah Perjanjian yaitu sungai Yordan. Sejak zaman kepemimpinan Musa hingga Yosua, kita sudah melihat bagaimana Tuhan selalu mengingatkan kepada bangsa Israel bahwa mereka pasti akan masuk ke Tanah Perjanjian. Tetapi tentang "bagaimana caranya" mereka tidak tahu. Apalagi pada saat mereka harus menyeberang, sungai Yordan dalam kondisi meluap (Yosua 3:15b). Perlu diingat bahwa bangsa Israel juga pernah menyeberangi Laut Teberau ketika dipimpin Musa, tetapi generasi yang dipimpin oleh Yosua tidak mengalami hal tersebut secara langsung. Jadi, hal ini adalah hal yang sangat menantang bagi mereka.

Jika hanya beberapa orang yang menyeberang tentu tidak masalah, seperti dua orang pengintai yang dicatat dalam Yosua pasal 2. Namun untuk memindahkan dua juta orang Israel bersama dengan barang-barang bawaan, binatang tunggangan dan ternak-ternak mereka, melintasi sungai yang sedang meluap, tentulah sesuatu yang mustahil dilakukan tanpa pertolongan Tuhan.

Jika pada minggu yang lalu kita membahas mengenai iman satu orang yang bernama Rahab, maka minggu ini kita akan membahas iman satu bangsa. Tuhan sudah menyatakan janji-Nya, maka giliran bangsa Israel untuk menaruh iman mereka kepada Tuhan dan mulai untuk melangkah.

Tabut perjanjian

Dalam kitab Yosua, pada cerita inilah tabut perjanjian untuk pertama kalinya disebutkan, tetapi tabut perjanjian juga menjadi fokus utama dalam cerita ini hingga disebut sampai 10 kali. Selama bangsa Israel berada di padang gurun mereka selalu berjalan dipimpin oleh tabut dan berkemah di sekeliling tabut (Bilangan 10:33). Pada saat mereka di kemudian hari sudah menduduki Yerusalem, tabut perjanjian disimpan di dalam ruang maha kudus dari bait suci.

Tabut perjanjian berbicara mengenai perjanjian Allah dengan bangsa Israel (1 Raja 8:21; 2 Tawarikh 5:10; Ibrani 9:4) dan juga sebagai pernyataan kehadiran Allah (Bilangan 14:42-45) serta kemuliaan Allah (1 Samuel 4:21-22). Ada instruksi yang sangat jelas perihal tabut ini bagi orang Israel pada saat mereka akan menyeberang sungai Yordan.

Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan, dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya--hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu." (Yosua 3:2-4)

Lalu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Datanglah dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu." Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu: sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan menyeberang di depan kamu, masuk ke sungai Yordan. (Yosua 3:9-11)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menarik pelajaran mengenai hubungan antara bangsa Israel dengan Tabut Perjanjian Allah.

#1 Pandang Tuhan

Bangsa Israel harus selalu melihat kepada Tabut Perjanjian pada saat mereka akan menyeberang sungai Yordan karena mereka belum pernah melewati jalan tersebut. Dengan kata lain: lihatlah kepada Tuhan, bukan kepada masalahnya.

Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. (Kisah 2:25)

#2 Hormati Tuhan

Di antara bangsa Israel dan tabut perjanjian harus ada jarak 2000 hasta, atau sekitar 900 meter. Hal ini adalah sebagai peringatan kepada bangsa Israel akan kekudusan Tuhan. Jangan sampai mereka memandang enteng kemuliaan dan kekudusan Tuhan.

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. (Ibrani 12:28-29)

#3 Tuhan selalu menyertai kita

Yosua mengatakan: "Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu … sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan menyeberang di depan kamu." Seperti janji Tuhan kepada Yosua di awal kepemimpinannya (Yosua 1:9), demikianlah Allah menggenapi janji-Nya lewat kehadiran-Nya yang diperlihatkan lewat Tabut Perjanjian. Bahkan Allah tidak hanya hadir, tetapi juga memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan.

Kuduskanlah dirimu

Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu." (Yosua 3:5)

Selanjutnya Yosua memberi perintah kepada segenap bangsa Israel sebagai persiapan kana peristiwa besar yang akan terjadi keesokan harinya, yaitu supaya mereka menguduskan diri. Di lain pihak, selain perintah menguduskan diri, Yosua juga mengulangi janji Tuhan yang sudah pasti akan diberikan ("sebab besok Tuhan akan …"). Ada harga yang harus dibayar oleh bangsa Israel sebagai persiapan mereka untuk menerima mujizat.

#1 Pembasuhan dosa

Dalam Keluaran 19:10-15 proses menguduskan diri dalam konsep perjanjian lama adalah membersihkan tubuh dan mencuci pakaian. Dosa digambarkan sebagai sesuatu yang kotor pada diri atau pada pakaian kita sehingga lewat proses pembasuhan kita dibersihkan dari dosa. Makna yang serupa kita temukan dalam upacara baptisan dalam perjanjian baru yang dilakukan oleh Yohanes.

Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan (Matius 3:11)

Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. (Kisah 2:38)

#2 Mengenakan pakaian yang baru

Pengudusan dalam Perjanjian Lama juga berkaitan dengan mengenakan pakaian yang baru. Dalam Kejadian 35:1-3, Yakub dan seisi rumahnya menguduskan diri mereka dan mengganti pakaian mereka. Setelah mengaku dosa perzinahannya dengan Batsyeba, Raja Daud menguduskan dirinya dan mengganti pakaian dan kemudian beribadah kepada Tuhan (2 Samuel 12:20).

Mengganti pakaian melambangkan permulaan yang baru bersama dengan Tuhan. Hal ini juga sesuai dengan perlambangan masuknya bangsa Israel ke Tanah Perjanjian. Dengan menyeberangi sungai Yordan, mereka meninggalkan Mesir dan padang gurun di belakang mereka untuk masuk ke tanah yang baru, tanah yang sudah dipersiapkan Tuhan, yaitu Tanah Perjanjian.

Menjadi ciptaan baru

Konsep mengenakan pakaian yang baru adalah bayangan dari peristiwa kelahiran baru orang percaya.

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." … Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. (Yohanes 3:3, 5)

Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (Roma 6:3-4)

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. (Galatia 6:15)

Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. (Efesus 4:22-24)

Dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; (Kolose 3:10)

Menyeberangi Sungai Yordan

Dan kepada para imam itu Yosua berkata, demikian: "Angkatlah tabut perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu." Maka mereka mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan bangsa itu. (Yosua 3:6)

Kondisi sungai Yordan meluap

Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu--sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai-- maka berhentilah air itu mengalir. (Yosua 3:15-16a)

Seperti sudah disebutkan di atas, bahwa kondisi sungai Yordan pada saat itu sedang meluap. Tentunya kita berpikir mengapa Tuhan membawa bangsa Israel sampai di sungai Yordan tepat pada saat sungai tersebut dalam kondisi mustahil dilewati oleh 2 juta rakyat Israel. Tetapi apa yang mustahil bagi manusia justru dipakai oleh Allah untuk memperlihatkan kuasa dan kebesaran-Nya lewat mujizat. Pada saat seperti ini, pilihan bangsa Israel adalah mengandalkan Tuhan dan melangkah dengan iman, atau mundur dari tantangan dalam ketidakpercayaan dan tidak mengalami penggenapan janji Tuhan perihal Tanah Perjanjian.

Air sungai terbendung

Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho. (Yosua 3:16b)

Pada saat Tuhan membuka jalan, Ia tidak membukanya setengah-setengah!

Kota Adam terletak sekitar 24 kilometer di utara dari tempat mereka menyeberang. Mengapa Tuhan membendung air sungai Yordan begitu jauh di utara? Yang pasti hal ini memungkinkan dua juta orang bangsa Israel untuk menyeberang dengan cepat melewati daerah kering yang luas di dasar sungai Yordan. Pada saat Tuhan membuka jalan, Ia tidak membukanya setengah-setengah!

Masalah adalah sarana pertumbuhan iman

Tuhan menggunakan peristiwa penyeberangan sungai Yordan untuk membuat bangsa Israel melangkah dalam iman.

#1 Fokus kepada Tuhan

Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu. (Yosua 3:14)

Kita tidak akan pernah bisa melewati rintangan dalam hidup kita jika fokus kita hanya kepada rintangan, bukan kepada jawaban rintangan. Ketika murid-murid Yesus diperintahkan untuk memberi makan 5000 orang dalam Lukas 9:10-17 mereka semua terfokus kepada masalahnya, bukan kepada jawabannya yaitu Yesus!

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. (Efesus 3:20-21)

#2 Melangkah dalam iman

Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu--sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai-- (Yosua 3:15)

Mujizat tidak akan pernah terjadi kalau para imam tidak mengambil langkah pertama untuk mencelupkan kaki mereka ke dalam air Sungai Yordan.

Bayangkan apa yang ada dalam pikiran para imam pengangkat tabut. Mereka harus melangkahkan kaki ke dalam Sungai Yordan, yang sedang dalam kondisi meluap. Memang mereka sudah mendengar dari Yosua bahwa Tuhan akan membuat mujizat, tetapi mujizat tidak akan terjadi kalau mereka tidak mengambil langkah pertama untuk mencelupkan kaki mereka ke dalam air sungai Yordan.

Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. (Keluaran 14:21)

Menarik untuk dicatat, bila dalam peristiwa penyeberangan di Laut Teberau, tangan pemimpinlah (Musa) yang memiliki peran utama. Maka pada peristiwa penyeberangan di Sungai Yordan, kaki dari rakyat Israel yang memiliki peran utama.

#3 Imam membuahkan jawaban

Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan. (Yosua 3:17)

Sungai Yordan yang sedang meluap ternyata sama sekali tidak menjadi masalah bagi mereka yang percaya. Seluruh bangsa Israel berhasil menyeberangi Sungai Yordan. Sungai yang tadinya meluap sekarang menjadi tanah yang kering. Masalah kita yang terlihat begitu besar dengan iman akan menjadi hal yang tidak berarti.

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (1 Yohanes 5:4)

Kesimpulan

Dalam minggu keempat dari "9 Weeks of Breakthroughs" mari kita mengambil keputusan untuk melakukan perubahan dalam hidup kita. Jika kita sudah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka kita sudah dilahirkan kembali menjadi manusia baru. Kita sudah dipisahkan dari dunia ini walaupun kita masih ada di dunia ini. Kita dimampukan untuk hidup bebas dari kuasa dosa. Oleh karena itu, mari kita ambil langkah iman untuk masuk dalam hidup yang baru di dalam Kristus. Tuhan sudah berjanji dalam kitab suci bahwa kita pasti mengalami terobosan dalam hidup kita, tetapi hal itu tidak akan terjadi jika kita tidak mengambil langkah pertama.