Mengukur kemajuan rohani (Pdt Markus Sudarji, STh)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Mari kita evaluasi kemajuan kerohanian kita: Apakah kita memiliki rohani yang sehat? Apakah ibadah kita sehat? Apakah kita terus bersaksi? Apakah hidup kita jadi teladan?

1 Timotius 4:15,

Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.

Ayat ini merupakan ayat kunci dari keseluruhan pasal 1 Timotius 4:1-16.

Allah bekerja 100% buat kita, tapi Tuhan mau kita juga 100% bekerja untuk menghasilkan sesuatu bagi kemuliaan Tuhan. Jangan berkata Tuhan 50%, aku 50%. Yang Tuhan mau, Dia mengerjakan 100% bagi kita, dan kita 100% bagi Tuhan, dan hasilnya 100% bagi kemuliaan Tuhan.

Kita mau mengevaluasi yang sudah kita kerjakan, khususnya selama tahun 2009 ini. Kita selalu bersyukur bahwa Tuhan menuntun hidup kita, tapi pernahkah kita mengevaluasi hidup kita. Yang berbisnis pasti akan mengevaluasi usahanya, mengakhiri 2009, ada kemajuan di mana? Mungkin ada kemunduran di suatu produk, apa penyebabnya, apakah faktor internal atau eksternal. Atau sebagai seorang karyawan, mengevaluasi tahun 2008 saya masih jadi karyawan, sekarang 2009 jadi karyawan biasa, sampai kapan saya jadi karyawan luar biasa? Lalu, saya jadi orang Kristen ada progress apa? Coba, kita mau lihat progress kita, kemajuan kita nyata atau tidak dalam hidup ini?

Ada cerita, Acong dengan Amat, 10 tahun lalu sama-sama lulus SMA. Rupanya si Amat tidak bisa melanjutkan sekolah, dan bekerja di sebuah perusahaan mebel yang besar. Acong masih sempat kuliah hingga lulus dan kemudian bekerja. 10 tahun kemudian mereka bertemu, Acong menjadi Direktur, sementara ternyata Amat pertama kerja menjadi pengumpul paku dan sampai 10 tahun kemudian masih mengurusi paku. Tidak ada kemajuan. Saya percaya Saudara mau punya progress dalam hidup ini!

Dalam ayat ini, mari kita evaluasi kemajuan iman kita:

  1. Apakah kita memiliki rohani yang sehat?
  2. Apakah ibadah kita sehat?
  3. Apakah kita konsisten, terus-menerus, memberitakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita kepada orang-orang lain?
  4. Apakah hidup kita jadi teladan?
  5. Apakah kita konsisten membaca firman Tuhan?
  6. Apakah kita konsisten menggunakan karunia/talenta/memaksimalkan potensi diri kita?

Apakah kita memiliki rohani yang sehat?

1 Timotius 4:6

Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.

Apakah kita terdidik dengan pokok iman yang sehat? Bukan berarti kita harus kuliah teologi formal, tapi apakah kerohanian kita makin sehat atau makin tidak sehat. Banyak orang Kristen bertahun-tahun menjadi orang yang tidak sehat, masih percaya dongeng nenek tua, percaya tahayul, pantang makan ini-itu, masih ikut pola lama.

Akhir tahun ini, biasanya palng laris di televisi adalah ramalan nasib untuk tahun depan. Kalau orang Kristen masih terpaku pada ramalan nasib, ngeri, hari-hari ini orang tidak punya pegangan hidup. Apakah kita ketika menghadapi masalah dalam rumah tangga atau pekerjaan, masih menghitung-hitung shio atau ciong? Coba cek, kerohanian kita sehat atau tidak. Kalau kerohanian kita tidak sehat, kita jadi orang Kristen capek-capek saja pergi ke Gereja. Ayo ukur, kalau kita belum sehat, tahun 2010 kita mau kerohanian kita lebih sehat.

Saya berasal dari latar belakang orang tua dukun. Papa saya dukun putih di Banyuwangi, kakek-nenek saya juga dukun. Tapi bagaimanapun juga, white magic tetaplah kekuatan jahat. Ketika keluarga kami bertobat, jimat-jimat Papa saya dibuang semua. Tapi kadang itu masih melekat ketika menghadapi masalah. Saya waktu itu sudah pelayanan, mengalami kesulitan, saya ingat Mama Angkat saya bilang kalau saya ketemu biji sukun disuruh simpan, bisa kaya. Saya simpan ternyata toh tidak kaya-kaya. Kemudian saya putus dan lepaskan kutuk turun temurun nenek moyang saya, dan saya menjadi pelayan Tuhan yang radikal.

Hati-hati, ketidaksehatan rohani bisa menjadikan ketidaksehatan jasmani kita juga.

Apakah ibadah kita sehat?

1 Timotius 4:7-8,

Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

Mari kita cek ibadah kita. Ibadah memiliki 2 pengertian, yang pertama "ibadah" itu sendiri dan yang kedua adalah ibadah yang bahasa aslinya "abodah" (Ibrani):

  1. Ibadah
    Apakah kita konsisten, tidak pernah berhenti, dan progressnya makin tinggi. Contoh ibadah adalah ibadah hari minggu, ibadah kategorial (ibadah wanita, remaja, sekolah minggu). Coba dalam setahun ini ada bolongnya tidak? Atau datang dan pergi sesuka hati?
    Di gereja lokal kami ada salah satu pemerhati, merekap setiap triwulan siapa-siapa yang tidak hadir, jadi setiap Senin bisa dikunjungi. Ternyata jemaat tidak hadir karena ada di rumah atau lebih suka jalan-jalan. Jalan-jalan boleh, tapi ibadah jangan bolong-bolong.
    Tahun 2009 mungkin kita bolong-bolong, tahun 2010 komitmennya apa? Ini sederhana, tapi perlu. Kita harus mengukur kemajuan rohani kita. Kita tidak bisa menghakimi, tapi mengukur itu memang yang terlihat, tapi semua itu keluar dari dalam hati. Jadi, ibadah kita seperti apa?
  2. Abodah (bahasa Ibrani), berarti bekerja, melayani, menyembah, proskuneo
    Proskuneo artinya menyembah hingga sujud di kaki.
    Penyembahan yang benar adalah kita menyembah Tuhan di mana pun dan Tuhan selalu ada bersama-sama kita. Dua tahun lalu saya khotbah di sini mengenai "Kingdom". Ke mana pun kita pergi, Dia adalah Raja atas hidup kita. Ke mana pun kita pergi, kita menyembah, baik di rumah, di tempat kerja, di mana pun. Kenapa kita menyembah? Karena Tuhan selalu ada bersama kita. Menyembah itu bukan cuma di Gereja!
    Beberapa waktu lalu kami ikut sebuah retret. Kira-kira jam 4 pagi kami dibangunkan tiba-tiba. Saya ketinggalan kumpul sehingga dihukum, disuruh tengkurap di atas rumput basah, disuruh merenungkan kasih Tuhan di situ. Dingin sekali. Saya menangis di situ, saya dilawat Tuhan. Ternyata lawatan Tuhan juga ada di rumput yang becek. Tuhan terima kasih, dulu saya orang kampung, dulu saya kerjaannya angkat kayu. Saya dilatih Papa saya pertukangan. Dulu di kampung saya tidur, Papa saya membuat alas tidur dari daun pisang, di atas papan. Tahun 1985, saya mulai diberkati secara jasmani, tidak bisa tidur kalau tidak ada AC, padahal dulu di kampung full angin. Saya tengkurap di situ, saya merenungkan betapa baiknya Tuhan. Di situ saya mendapatkan, menyembah Tuhan bisa di mana saja. Menyembah Tuhan artinya Tuhan selalu berada bersama kita. Ada kalanya kita merenungkan peristiwa-peristiwa tertentu, kita bisa terharu, merenungkan kebaikan Tuhan, karena Tuhan hadir.
    Kita harus merasakan Tuhan hadir dalam ibadah kita.
    Pertumbuhan gereja salah satu syaratnya adalah ibadah yang inspiratif: ada sesuatu yang baru setiap kalinya yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
    Ibadah hari ini berbeda dengan ibadah yang minggu depan. Bukan rutinitas. Kalau cuma rutinitas, kita tidak akan mendapatkan sesuatu. Kita harus buka hati, ibadah yang inspiratif, Tuhan akan bekerja dan kita pulang dari gereja, bawa sesuatu yang baru dari Tuhan.

Apakah kita konsisten, terus-menerus, memberitakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita kepada orang-orang lain?

1 Timotius 4:11,

Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu.

Injil seharusnya tersebar ke mana-mana oleh karena hidup kita! Hati Tuhan adalah untuk jiwa-jiwa. Saya dalam ibadah Natal kemarin, mengambil contoh dari seorang misionaris John Sung. Dia seorang yang lulus cum laude, lalu ambil S2 dan bisa selesai dengan cepat hanya dalam waktu 9 bulan.

John Sung bertobat pada usia sekitar 18-19 tahun. Ia mendapatkan penghargaan-penghargaan, bahkan ditawari untuk masuk di berbagai universitas dengan beasiswa. Tapi dia malah memilih sekolah Alkitab dan meraih gelar Doktor. Ketika dia pulang menuju Cina, di atas kapal dia membuang semua ijazah dan penghargaannya ke laut. Baginya itu semua tidak ada artinya, karena hatinya berkobar-kobar. Dia hanya membawa pulang ijazah Doktor Alkitabnya. Ketika satu orang punya hati untuk Tuhan, banyak orang di panen. Di Cina, karena ada seorang John Sung, 30.000 orang setiap hari bertobat dalam gereja bawah tanah.

Di Bali, ada seorang tukang nasi campur pinggir jalan yang ingin ikut Camp, tapi tidak bisa bayar, dan akhirnya dibayari temannya. Di sana dia dilawat luar biasa. Dia berjanji di hadapan Tuhan, untuk membawa jiwa lagi dalam Camp berikutnya dan akan dia bayari. Dari hasil berjualan nasi campur di pinggir jalan, dia menabung sedikit demi sedikit dan berhasil membayari satu jiwa lagi untuk ikut Camp.

Sebuah kesaksian lain. Ada seorang yang begitu kepahitan dengan Pendeta, tapi temannya ingin mempertemukan dia dengan saya. Dia punya banyak uang tapi tidak bisa tidur. Ketika kami bertemu, dia tampak antipati dengan saya. Dia bercerita panjang lebar dari jam 2 sampai jam 5, 3 jam saya mendengarkan. Saya baru mau doakan, dia menuding-nuding lagi. Saya bilang, saya datang ke sini sebagai Pendeta, bukan sebagai dukun, saya datang tidak memberikan jaminan untuk keluar dari masalah, tapi saya menawarkan satu pribadi, Yesus, yang bisa menolong hidupnya. Ketika saya mendoakan, dia tunduk dan menangis, saya tumpangi tangan dalam nama Tuhan Yesus, dia menangis keras. Saya ajak dia untuk mengeluarkan lagi semua kekesalan hatinya di hadapan Tuhan. Saya ajak untuk buka hati menerima Yesus, ternyata mau. Saya ajak ikut Camp, dia mau, dan dalam Camp itu dia mulai bisa tidur. Sekarang dia sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan merasa suka cita bahagia.

Mari kita menangkap isi hati Tuhan untuk jiwa-jiwa.

Apakah hidup kita jadi teladan?

1 Timotius 4:12,

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Kami Natal pada tanggal 24 Desember 2009 yang lalu, dan karena aula yang sedang kami bangun seluas 26x14m2 belum selesai, kami harus menyewa tempat dan segala pernak-perniknya mulai dari AC dan genset. Masalahnya usaha penyewaan AC dan genset itu tidak mau mengirim karena maunya sewa di muka. Ternyata mereka punya pengalaman, sebelumnya pernah ada Gereja yang tidak membayar sewa kepada mereka. Gereja sering direndahkan karena tidak menjadi teladan. Seringkali Gereja belum ditawari fasilitas, malah minta fasilitas. Kalau diberi fasilitas ya kita ambil, tapi kalau tidak ada fasilitas yang jangan meminta. Gereja harus menjadi contoh, masalah uang itu bahaya.

Keberhagaan kita karena hidup kita jadi teladan. Ayo kita menjadi teladan. Saya pernah sampakan dahulu, George Barna di Amerika pernah buat penelitian, ternyata karakter orang Kristen dan Non-Kristen ternyata sama saja, beda tipis, tidak jadi teladan.

Ada teman saya di daerah, suka menjemput saya kalau sedang pelayanan ke daerahnya. Suatu ketika, mereka mau datang ke Jakarta, saya jemput mereka pakai mobil Carry, AC-nya mati, padahal mereka kalau jemput saya pakai mobil mewah. Mereka heran dengan mobil saya. Ada yang menawari untuk mengganti mobil saya, tapi menolak karena saya pikir saya belum memerlukan semua itu, keberhargaan saya bukan mobil tapi keteladanan hidup saya.

Keberhargaan kita adalah kalau kita menjadi teladan dalam hidup kita.

Apakah kita konsisten membaca firman Tuhan?

1 Timotius 4:13,

Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.

John Sung pernah dimasukkan rumah sakit jiwa, karena dikira gila. Tapi justru RSJ itu selama 6 bulan dia membaca Alkitab 40 kali.

Apakah kita konsisten menggunakan karunia/talenta/memaksimalkan potensi diri kita?

1 Timotius 4:14,

Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.

Bukan cuma di Gereja, apakah kita sudah memaksimalkan potensi kita? Dalam setiap kita menurut penelitian, dari banyak karunia yang ada di Alkitab, ada setidaknya 3 karunia yang menonjol dalam hidup kita. Tuhan mau kita maksimalkan karunia itu. Kalau kita tidak kembangkan, Tuhan akan mengambil itu kembali. Kalau Tuhan beri potensi, itu artinya berharga.

Satu bulan lalu saya ke Balikpapan, pelayanan Camp di sana. Saya kontak hamba Tuhan yang saya kenal di sana 5 tahun lalu. Dulu 5 tahun lalu saya pernah memberi jam tangan ke hamba Tuhan itu, karena Tuhan suruh saya memberikan jam tangan saya kepada dia. Waktu dia terima, dia terharu sekali. Lima tahun kemudian dia meminta maaf karena jam itu diminta oleh ayahnya dan diberikannya ke ayahnya. Herannya, setelah jam itu diberikan ke ayahnya, dia malah diberkati lagi 2 buah jam oleh orang lain.

Kalau Tuhan memberi kita potensi, kita harus memaksimalkan pemberian Tuhan itu. Jangan sampai kaki dian itu diambil kembali oleh Tuhan dan diberikan kepada orang lain. Tuhan akan tambah-tambahkan lagi kalau kita sudah memaksimalkan potensi kita. Ada kesaksian, seorang ibu yang tekun menjual kue, semakin bertambah-tambah dari mulai lingkup tetangga, ke kantor-kantor, akhirnya sekarang jadi bos kue. Kenapa? Karena dia setiap dengan perkara kecil yang Tuhan berikan.