Not only surviving but also thriving (Pdt Nathan Subroto, MDiv)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom Bapak/Ibu Saudara, saya mau sharing sebuah kejadian yang terus terang membuat saya sedih bukan secara daging, tapi sedih secara spiritual saya mengalami sebuah kesedihan.

Kejadiannya terjadi di akhir tahun lalu, mungkin ini sebuah kejadian biasa bagi banyak orang, nothing special about it. Tapi melalui kejadian ini Tuhan bicara pada saya jelas sekali. Jadi di akhir tahun lalu tanggal 27, 28, 29 jika Saudara memperhatikan berita baik yang ada di TV, radio, apalagi yang ada di social media, berita resmi ini menyampaikan bahwa akhir tahun akan terjadi hujan lebat bahkan BRIN menyampaikan akan terjadi badai, tapi besoknya di ralat oleh BMKG “bukan badai, tapi hujan lebat”. Waktu saya mendengar berita itu, hujan lebat akan terjadi di Jabodetabek. Tapi kita tahu ceritanya akhir tahun itu tidak ada hujan lebat. Hanya anginya lebih kencang sedikit. Ketika melihat TV saat tidak sengaja ada berita di satu channel, ternyata hujannya di buang ke laut. Pemerintah mengadakan rekayasa atau modifikasi cuaca sehingga hujannya di buang ke laut. Di situ saya sedih. Pemerintah mengatakan hujannya dibuang ke laut supaya tidak terjadi banjir di Jabodetabek.

Saya sedih karena saya belajar dan saya percaya bahwa Bapak/Ibu/Saudara pernah mendengar khotbah seperti itu. Hujan itu adalah representasi dari berkat Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama seringkali kita baca ayatnya, “Aku akan memberkatimu seperti hujan turun dari langit.” Waktu kejadian itu terjadi seakan-akan Tuhan bicara pada saya, karena lingkungannya tidak siap, hujannya dibuang ke laut. Yang jadi masalah bukan hujannya, tetapi yang jadi masalah adalah lingkungannya tidak siap!

Di tengah keadaan seperti itu, saya mendapatkan sebuah hikmat dan pewahyuan dari Tuhan, kadang-kadang Tuhan melakukan hal yang sama. Tuhan sudah mau memberkati anak-anak-Nya, berkat-Nya sudah on the way. Tapi karena Tuhan melihat anak-anak-Nya tidak siap makanya berkatnya dialihkan atau ditunda.

Waktu saya dapat itu saya sedih sekali. Sebenarnya jika bicara hujan, hujan yang turun penting bagi bumi. Untuk membasahi tanah yang kering, jika hujannya lebat tanah yang tandus dan keras akan dilembutkan. Hujan bukan hanya bicara tanah tetapi juga polusi udara. Polusi akan masuk ke tanah, jadi udaranya bersih. Jadi ini sesuatu yang penting, saya merasakan mengakhiri tahun 2022, tahun yang katanya tidak enak, uncertainty, Tuhan mau membersihkan semuanya itu. Memulai tahun yang baru tahun 2023, Tuhan mau membekali kita dengan hujan yang lebat tapi sayangnya lingkungannya tidak siap. Makanya oleh pemerintah hujan dibuang ke laut.

Saya menangkap hujan bukan sesuatu yang biasa, sesuatu yang luar biasa. Pertanda dari Tuhan. Tuhan sudah mau memberkati anak-anak-Nya tapi unfortunately anak-anaknya tidak siap, supaya tidak kacau berkatnya ditunda atau dialihkan ke tempat lain. Pelajaran akhir tahun itu membuat saya teringat terus. Harus selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Supaya nanti ketika berkat Tuhan benar-benar dicurahkan, Tuhan tidak menunda dan mengalihkan karena Tuhan tahu kita sudah siap diberkati Tuhan. Kita harus mempersiapkan diri.

Tahun 2023, Pak Niko menyampaikan tema Bangkit, Jadilah Pemenang. Berhubungan dengan cerita saya tadi jika Bapak/Ibu/Saudara perhatikan sebuah pertandingan, hanya pemenang yang dapat hadiah. Jika kita mau mendapat hadiah dari Tuhan kita harus menjadi pemenang. Tema tahun ini jelas sekali, hanya pemenang yang dapat hadiah dan orang yang bangkit yang dapat jadi pemenang. Dapat hadiah harus menang, ingin menang harus bangkit. Orang-orang yang menang terbukti adalah orang-orang yang paling siap, skillful, ada keberuntungan sedikit. Bicara tentang tema ini, to rise up, be victorious, ada sebuah tagline not only surviving, but also thriving.

Not only surviving but also thriving

Bicara tentang surviving, saya bertemu banyak orang Kristen puas hanya jadi survivor. Kata-kata surviving artinya hidupnya tertatih-tatih. Survivor yang penting bertahan hidup. Bicara survive, di saat orang mengalami resesi, yang penting masih tetap bisa makan. Banyak orang sakit yang penting bisa hidup. Orang sekolah katakan tidak penting naik nilai yang penting lolos, bahkan tidak memikirkan lulus. Mereka lupa Tuhan memanggil kita bukan menjadi survivor, Tuhan memanggil kita menjadi orang yang thriving. Kata-kata thriving ini menarik. Thriving adalah sesuatu yang grow well, develop well, prosper, flourish.

Jadi berhubungan dengan tema yang kita dapat, Tuhan mau kita menjadi orang yang thriving, tidak hanya survive. Di masa sulit, kita baca berita tahun 2023 adalah tahun Prolong Uncertainty, tahun yang penuh dengan ketidakpastian yang diperpanjang. Itu kata dunia, Firman Tuhan memanggil kita menjadi orang-orang yang thriving. Di tengah keadaan dunia seperti ini Tuhan mau kita tetap bertumbuh, berkembang, dan berlimpah-limpah.

Yohanes 21:1-6,

Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, terjemahan lain mengatakan all night, sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa. Aplikasi dalam kehidupan manusia ada yang mengatakan it’s been days kita tidak dapat apa-apa. Bahkan berminggu-minggu, berbulan-bulan, selama 2022 aku tidak dapat apa-apa, selama musim pandemi aku tidak dapat apa-apa.

Yohanes 21:11,

Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.

Saya percaya waktu Tuhan kasih ayat ini, kasih cerita ini hari ini. Tuhan mau kita juga mengalaminya. Kita mengalaminya. Mungkin ada yang mengatakan it’s been days, it’s been weeks, berhari-hari dan berminggu-minggu. Saya berdoa mulai hari ini kita mengalami apa yang diceritakan ini. Jika kemarin kita tidak dapat apa-apa, mulai hari ini kita akan mengalami kelimpahan yang dari Tuhan. Berlimpah-limpah. Karena saya percaya tidak mungkin Tuhan kasih Firman tanpa bukti dan hasilnya. Jika Tuhan menyampaikan sesuatu, karena Tuhan mau kita siap. Ada sesuatu yang besar dan dahsyat yang Tuhan sediakan buat kita. Kita siap tidak menerima itu? Jangan sampai seperti pemerintah mengatakan Jabodetabek jika terima hujan banjir, maka dipinggirkan hujannya.

Mengalami kelimpahan dan keajaiban

Cerita ini bicara tentang murid-murid mengalami kelimpahan, keajaiban dalam hidup mereka. Bagaimana caranya?

#1 Melekat dengan Tuhan (intim)

Amos 3:7,

Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.

Terjemahan lainnya berkata revealing His secret. Tuhan rela membocorkan rahasianya kepada orang yang dekat dengan Tuhan. Orang yang melekat pada Tuhan, Tuhan berikan bocoran. Salah satu contoh yang paling nyata waktu Tuhan mau menghukum Sodom dan Gomora. Tuhan sudah jalan, siapa Abraham, sampai-sampai waktu Tuhan mau menghukum Sodom dan Gomora Tuhan merasa perlu bicara dengan Abraham. Tuhan tahu ada ikan berkumpul di situ. Tuhan membocorkan rahasia itu kepada murid-murid. Jadi jika kita sungguh-sungguh melekat dengan Tuhan saya mengalami dan saya berdoa kita semua mengalami Tuhan akan bicara pada kita secara pribadi ada suatu rahasia yang disampaikan yang orang lain tidak tahu, tapi waktu kita dengar itu keren sekali.

Yohanes 15:7,

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Sayangnya, orang Kristen suka kalimat yang kedua “minta apa saja” tapi lupa kalimat yang pertama. Padahal kalimat pertama lebih penting, kalimat kedua adalah hasil kalimat pertama. Jika kita melekat, kita intim, kita manunggal dengan Tuhan di situ dikatakan minta apa saja.

Yohanes 15:5,

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Ini bicara tentang melekat, jadi kesimpulannya yang pertama kita mau semakin hari semakin melekat, dekat, intim dengan Tuhan. Khusus di poin ini saya mau bicara lebih serius lagi. Intim dan melekat bukan hanya di gereja. Kita orang GBI, sangat menitikberatkan pada doa, pujian, dan penyembahan, pada saat teduh, itu penting. Tetapi seseorang dikatakan intim atau tidak bukan hanya saat doa, pujian, penyembahan, saat teduh. Tetapi Roma 12:1 bicara seluruh hidup kita adalah ibadah kepada Tuhan.

Doa, pujian, penyembahan, saat teduh penting. Tapi mari kita belajar dari orang Israel di jaman nabi Amos. Nabi Amos dipakai Tuhan untuk menegur orang Israel keras sekali. Tuhan berkata, “Aku muak dengan ibadahmu.” Mereka beribadah tetapi kelakuannya tidak seperti menunjukkan orang-orang yang beribadah. Jadi jika kita mau sungguh-sungguh menikmati rahasia Tuhan. Mari kita melekat, caranya doa, pujian, penyembahan, saat teduh, ibadah yang sungguh, seluruh hidup kita harus menunjukkan bahwa kita memang pihaknya Tuhan. Misalkan ada seseorang bekerja di sebuah perusahaan besar, tapi dia mengeluh tentang produknya, jika bicara dengan temannya dan orang lain, mengeluh “bosnya jahat, perusahaannya sadis.” Jika mendengar kata-kata itu membuktikan dia mendukung perusahaannya atau tidak? Walaupun statusnya kerja tetapi dia mengeluh, komplain, saya sering dengar ngakunya Kristen, pelayan Tuhan, hamba Tuhan, tapi mengeluh mengapa hidupku seperti ini. Membuat orang yang dengar kesannya, “Anda orang Kristen, hidupnya lebih susah dari saya, ngapain saya ikut Anda?” Melekat pada Tuhan kita, pro dengan Tuhan, kita menjadi timnya Tuhan.

Seumur hidup, sehari-hari kita tunjukkan kepada orang lain atau tidak kalau kita timnya Tuhan? Pro dengan Tuhan? Jika kita melekat pada Tuhan seharusnya tidak ada keluh kesah, sungut-sungut yang keluar dari mulut kita. Orang Kristen pertama kali disebut pertama kali di Antiokhia. Jika Bapak/Ibu periksa ayatnya mereka disebut, orang-orang Antiokhia yang melihat dengan mata kepala mereka ini Kristen karena hidup mereka membuktikan mereka timnya Tuhan Yesus. Karena mereka mengikuti Kristus maka disebut Kristen. Itu yang menjadi tantangan buat saya dan kita semua. Jangan sampai isteri dan anak saya mengatakan, “Daddy kalau khotbah, nyanyi pintar, sehari-harinya tidak seperti itu.”

#2 Memiliki kepekaan (sensitive)

Yohanes 21:6,

Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Murid-murid peka, ini petunjuk, bimbingan dari Tuhan. Jadi mereka mau melakukan itu.

Dalam Matius 2:12, orang majus ketika mereka mencari bayi Yesus mereka mampir ke Herodes minta petunjuk. Tetapi ketika mereka sudah bertemu bayi Yesus mereka bermimpi dan di situ dikatakan karena mereka mimpi mereka tidak kembali ke Herodes. Kita harus tahu kadang-kadang Tuhan bicara pada kita dengan bahasa yang tegas. Tuhan dapat kirim Hamba-Hamba-Nya untuk bicara pada kita. Tapi Tuhan juga dapat bicara dengan kita dengan suara yang lembut. Makanya dibutuhkan namanya kepekaan supaya kita tahu tuntunan Tuhan. Peka atau sensitif ada 3 yaitu:

  • Peka kepada suara Tuhan
  • Peka terhadap keadaan orang lain
  • Peka terhadap sekeliling

#3 Taat

Ada suatu cerita terjadi di Atlanta, seorang bapak middle age, dia punya pekerjaan dan keluarga yang baik, tapi entah kenapa hidupnya merasa ada sesuatu yang kurang. Dia orang Kristen. Tapi orang Kristen Amerika lebih parah dari orang Kristen di Indonesia, mereka bukan hanya ke gereja setahun 2 kali yaitu Natal dan Paskah, orang Kristen di Amerika ke gereja hanya ada 2 kemungkinan, jika ada yang menikah dan meninggal. Jadi dia merasa ada yang kosong. Dia katakan, “Tuhan jika memang Engkau ada, buktikan Engkau ada. Bicara sesuatu padaku, buktikan.” Setiap hari dia katakan seperti itu. Setiap dia kerja dia melewati rumah-rumah, dia tidak tahu penghuninya siapa pintunya tertutup rapat. Di saat yang bersamaan ada seorang ibu yang setiap hari berdoa pada Tuhan. Ibu ini tidak seperti bapak tadi yang tidak punya penghasilan, ibu ini keadaannya minus. Setiap hari berdoa pada Tuhan, “Tuhan kalau engkau ada, kirim orang untuk berikan aku susu, telur, dan roti.” Bapak ini tadi yang setiap pagi, siang, sore bicara, tiba-tiba bapak ini pulang dari kantor merasa tergerak untuk ke supermarket, padahal biasanya yang ke supermarket istrinya. Suara di kepalanya membimbing dia memberi susu, telur, dan roti. Dia masuk ke mobil, dia perjalanan pulang tiba-tiba ada suara di kepalanya berkata, “Berhenti, berikan susu, telur, dan roti ke rumah itu”. Bapak ini mengatakan “Bu, maaf saya tidak tahu kenapa saya disuruh bawa susu, telur, dan roti ke rumah ibu itu.” Waktu saya dengar cerita ini satu hal yang terjadi 2 keluarga diselamatkan karena ada satu bapak yang peka terhadap suara Tuhan dan peka terhadap kebutuhan orang lain.

Yang terakhir Tuhan mengatakan pada murid-murid dan mereka taat. Just do it. Seringkali kita sudah mendengar suara Tuhan, tapi kita tidak mau taat. Jika Tuhan sudah bicara sesuatu taat. Akibatnya, murid-murid Tuhan Yesus menuai berkat yang besar.

Penutup

Yesaya 58:11,

TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun 2023, tapi saya percaya Firman Tuhan adalah ya dan amin. Tuhan akan menuntun kita dan memuaskan hidup kita walaupun ada di tanah yang kering. Amin. (MGT)

Video