Selalu dalam penggembalaan-Nya (Pdt Drs Daniel Arief Sugianto, DPM)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom Bapak/Ibu/Saudara, di tengah masa Pandemi kita masih harus sadari bahwa keadaan masih mengkhawatirkan bagi kita semua yang perlu diingat adalah kita punya gembala yang baik dan hidup kita ada dalam penggembalaannya. Biarlah kesadaran ini menetralisir setiap ketakutan dan kekuatiran yang mungkin sedang menguasai hidup kita.

Mazmur 23:1-2,

Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang.

Dua ayat pertama ini memberikan gambaran yang indah dan menyenangkan bagi setiap kita.

  • Siapa yang tidak suka Tuhan akan pelihara kita dari kekurangan?
  • Siapa yang tidak suka kita dibawa ke padang yang berumput hijau?

Itulah sebabnya majalah populer dunia yang namanya Reader’s Digest Magazine itu di-Indonesiakan namanya Intisari, pernah menyebutkan bahwa Mazmur 23 adalah mazmur yang paling populer dan paling menenangkan hati manusia. Itulah sebabnya saya ingin ingatkan mazmur ini kepada semua Bapak/Ibu/Saudara yang hari-hari ini banyak khawatir oleh berita tentang pandemi dan COVID. Biarlah Mazmur 23 memberikan ketenangan untuk hati kita.

Tetapi masih ada ayat 3 dan 4:

  • Mazmur 23:3,
  • Ia menyegarkan jiwaku, Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

    Tuhan akan menuntun kita di jalan yang benar, bukan di jalan yang enak, bukan di jalan yang gampang. Yang benar mungkin tidak nyaman, yang benar mungkin tidak enak.

  • Mazmur 23:4,
  • Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak akan takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku.

    Jadi kalau kita digembalakan oleh Tuhan sebagai gembala yang baik, maka bukan hanya padang rumput yang kita akan jumpai, bukan hanya sungai yang berair tenang, tapi kita juga harus siap melewati lembah kekelaman!

    Jadi Bapak/Ibu/Saudara jangan cuman berpikir kalau Tuhan menyertai kita, Tuhan memimpin kita, maka hanya ada ayat satu dan dua dalam hidup kita. Sebagai Gembala yang baik, maka Dia juga akan menuntun kita melewati lembah kekelaman (bahasa Inggris: lembah bayang-bayang maut)

    Saudara, lembah kekelaman bukan berarti Gembala tersesat memimpin domba-domba-Nya. Tapi karena Gembala mengerti, bahwa untuk membawa dombanya ke padang rumput yang hijau maka harus melalui jalan yang sulit. Di lembah kekelaman, domba harus tetap tenang dan percaya kepada tuntunan Gembalanya. Gembala tidak akan mencelakakan dombanya sendiri. Domba adalah harta utama bagi para gembala.

    Pandemi ini mungkin adalah lembah kegelapan bagi kita. Mari kita tetap belajar tenang dan tetap bersama dengan gembala kita. Biasanya, Saudara, gembala sudah mengerti rutenya, gembala sudah survei dan melewati jalan itu. Gembala tidak mungkin membawa domba-dombanya ke jalan yang dia sendiri belum pernah lewati. Tidak ada gembala yang gambling. Kalau begitu, berarti Tuhan pernah melewati lembah kekelaman, bahkan lebih kelam daripada lembah yang harus kita lewati! Bapak/Ibu/Saudara, saya mau tunjukkan lembah kekelaman dari Tuhan Yesus, Dia pernah melewati lembah itu dan menang. Maka Dia dapat memimpin kita di lembah kelam kita masing-masing, karena Tuhan Yesus adalah Gembala yang sudah pernah mengalahkan dan melewati semua lembah kekelaman yang ada.

Tuhan Yesus sudah melewati lembah kekelaman

Inilah yang terjadi di Taman Getsemani, di mana malam itu Yesus harus ditangkap, dan dari Getsemani itulah lembah kekelaman Tuhan Yesus dimulai.

Lukas 22:53,

Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu dan inilah kuasa kegelapan itu.

Sekalipun kalau Dia mau melawan Dia bisa, tapi Yesus tidak melawan karena Dia tahu inilah lembah kekelaman yang harus dilewati-Nya. Selama di dunia, Yesus adalah domba yang digembalakan oleh Bapa di sorga. Makanya Dia selama di dunia hanya melakukan apa yang Bapa perintahkan.

Malam itu, Dia tahu Bapa akan mulai membawa Dia melewati lembah kegelapan. Dari Getsemani sampai Golgota, dan ketika itu mulai terjadi Yesus tidak berontak, Yesus tidak marah kepada Bapa-Nya. Yesus tidak memberikan respons yang negatif. Dia berserah, Dia tetap mempercayakan hidup-Nya dituntun oleh Bapa di Sorga sebagai Gembala-Nya pada saat itu. Kita tahu Dia mulai dihakimi, Dia diadili dengan tidak adil, Dia disiksa, bahkan Dia mati di kayu salib. Kalau saya dapat simpulkan, apa yang Yesus alami di lembah kekelaman-Nya terdapat dalam Lukas 23:25b,

Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

Jadi itulah yang terjadi. Semua orang ingin diperlakukan dengan baik, tapi di lembah kekelaman, Yesus rela diperlakukan semau-maunya orang lain. Dia sadar ini adalah rute yang memang harus Dia lewati dan itulah lembah kekelaman bagi Dia. Seperti pandemi ini, dunia sepertinya memperlakukan kita semau-maunya sendiri. Kalau memang harus terjadi, kita tidak dapat mengelak. Mari kita belajar apa yang Yesus sikapi dalam kondisi seperti itu.

Saudara, apa yang terjadi dari Getsemani ke Golgota ternyata telah dinubuatkan oleh Pemazmur, mari kita lihat di:

  • Mazmur 22:1,
    Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar, Mazmur Daud. Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
  • Mazmur 22:18,
    Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka. Dan mereka membuang undi atas jubahku.

Mazmur 22 adalah nubuatan dari apa yang akan dialami Tuhan Yesus, karena di Golgota pun jubah Yesus diperebutkan dan diundi di antara para tentara Roma. Jadi Yesus tahu, memang ini rute telah ditetapkan sejak semula. Dia tahu apa yang Dia alami bukanlah sebuah kebetulan. Hari ini juga saya ingin katakan, pandemi ini kalau memang harus terjadi berarti ada dalam rancangan Tuhan untuk kita. Tidak ada yang kebetulan sekalipun itu lembah kekelaman. Rute yang Bapa sudah tentukan untuk kita semua harus melewatinya.

Sikap Tuhan Yesus melewati lembah kekelaman-Nya

Mari kita lihat bagaimana sikap Tuhan Yesus ketika harus melewati lembah kekelaman-Nya.

Mazmur 22:6a,

Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.

Mazmur ini berbicara mengenai penderitaan Tuhan Yesus. Ulat di sini dalam bahasa aslinya digunakan kata towla`, yaitu jenis ulat pada zaman Alkitab yang diternakkan di lingkungan istana. Ketika dewasa, ulat ini akan dihancurkan dan mengeluarkan cairan berwarna merah keunguan, warna crimson atau scarlet. Cairan inilah yang dikumpulkan lalu dijadikan bahan pewarna untuk jubah para raja. Karena itulah orang dapat dikenali dari jubah yang dipakainya. Jika warnanya scarlet maka mereka dari kalangan atas. Itulah yang terjadi pada Yesus ketika lembah kekelaman harus dilewati. Memang di lembah itu Dia seperti ulat towla` yang harus ditindas, dihancurkan. Tapi ketika dihancurkan, bukan kotoran yang keluar, melainkan warna yang indah yang keluar. Ketika Yesus dihancurkan, anugerah dan kasih karunia Allah keluar mengalir, bukan sesuatu yang buruk yang keluar. Biarlah ini juga menjadi sikap kita!

Lihat pandemi ini seperti apa yang Yesus alami. Kita tidak dapat mengendalikan keadaan kita sendiri. Tapi jangan berontak. Ingat, domba harus mau dituntun melewati lembah terlebih dahulu untuk sampai ke padang rumput yang hijau. Selama di lembah itu, jadilah seperti ulat towla`. Kalau hidupku ditekan, yang keluar bukan kotoran, tapi yang keluar adalah sesuatu yang indah. Itulah sebabnya Yesus mengalahkan lembah kekelaman-Nya. Dia dapat sampai kepada kemuliaan karena Dia menjadi domba yang taat, tetap memberi respons yang baik.

Penutup

Saudara, saya dorong kita untuk tidak menyerah di lembah kekelaman kita.

Karena kita tahu kita tetap dalam penggembalaan-Nya, dan gembala kita sudah melewati lembah kekelaman bahkan yang terburuk sekalipun makanya kita akan dalam pimpinan-Nya. Kita dipimpin oleh gembala yang sudah tahu rutenya. Jadilah domba yang tenang dan tetap percaya. Jika harus ada tekanan tetap hasilkan yang baik, keluarkan yang indah. Ada gembala yang akan mengamankan hidup kita, memimpin hidup kita. Jadi tidak perlu membela diri. Segelap apapun hari-hari yang kita lewati hari ini, ingat Yesus adalah terang dunia bagi kita.

Yohanes 8:12,

“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Yesus bukan hanya berkata Akulah gembala yang baik, tapi Dia juga berkata Akulah terang dunia, karena Dia akan memimpin kita di lembah kekelaman. Jadi Saudara, tidak ada kegelapan yang dapat menggelapkan hidup kita selama kita hidup dalam pimpinan terang dunia. Mungkin situasi saat ini sepertinya gelap. Saudara, yang gelap hanya masa kini, tapi masa depan kita tetap terang bersama dengan Dia.

Kuatkan hatimu Bapak/Ibu/Saudara, jangan cari jalan kita masing-masing, tetaplah dalam tuntunan dan penggembalaan dari Yesus Tuhan kita.

Tuhan Yesus memberkati Bapak/Ibu. (MGT)

Video