Teladan Yesus dalam hal kasih karunia yang membentuk hidup kita

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Lukas 2:40)

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas 2:52)

Dalam renungan kita yang sebelumnya, kita melihat bagaimana penderitaan mempersiapkan kita untuk menerima karya kasih karunia Allah di dalam hidup kita. Yesus menjadi teladan utama dari kebenaran tersebut. Dalam ayat renungan kita hari ini, kita melihat Yesus sebagai contoh dari kasih karunia yang membentuk hidup kita sepenuhnya.

Ketika Anak Allah datang ke dunia sebagai manusia, Ia menanggalkan kealahan-Nya: “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:6-7). Yesus bertumbuh selayaknya seorang manusia biasa (namun, Ia tidak berdosa). “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat." Kekuatan rohani Yesus semakin bertumbuh, hal ini juga yang Allah inginkan dari kita. “Dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar” (Kolose 1:11). Hikmat Allah Bapa mulai masuk ke dalam hidup-Nya, demikian pula Ia rindu agar hal tersebut terjadi dalam hidup kita: “Supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar” (Kolose 1:9). Ketika Yesus berumur dua belas tahun, kedewasaan rohani-Nya sudah tampak, ketika ia berdiskusi dengan para pemuka agama Israel. Orang tuanya "menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Lukas 2:46-47).

Yesus terus bertumbuh dalam kedewasaan rohani, menyenangkan Bapa-Nya di Sorga dan memberikan dampak kepada orang-orang di sekitar-Nya. “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 17:5). “Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!” (Yohanes 7:14-15). Tuhan ingin perjalanan kita bersama dengan Dia dan kesaksian kita di hadapan orang lain mengalami pertumbuhan, sama seperti kehidupan Yesus. “Hiduplah sebagai anak-anak terang… dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Efesus 5:8, 10). “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15).

Dalam kehidupan Yesus, kemajuan ilahi ini dimungkinkan karena karya kasih karunia Allah: “Dan kasih karunia Allah ada pada-Nya." Demikian juga untuk kehidupan kita.

Doa

Ya Allah sumber segala kasih karunia, bekerjalah di dalam hidup ku, sama seperti Engkau bekerja di dalam Anak-Mu, Yesus. Kuatkan aku secara rohani dan penuhi aku dengan hikmat-Mu. Eratkan perjalanan hidupku bersama Engkau dan kuatkanlah dampak rohani ku kepada orang lain, untuk perkenanan dan kemuliaan-Mu. Amin.

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Lukas 2:40) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas 2:52) Dalam renungan kita yang sebelumnya, kita melihat bagaimana penderitaan mempersiapkan kita untuk menerima karya kasih karunia Allah di dalam hidup kita.