Oleh iman Abraham sabar menantikan pengharapan sorgawi (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. (Ibrani 11:15-16)

Abraham dan keluarganya tinggal sebagai “orang asing dan pendatang di bumi ini” (Ibrani 11:13). Ia hidup dengan taat sebagai orang asing di bumi ini, mengandalkan Tuhan untuk memimpin hidupnya. Abraham juga hidup dengan sabar sebagai orang yang melakukan perjalanan sorgawi, mengandalkan Tuhan untuk memimpin hidupnya agar tiba di tanah air yang kekal yang tersedia bagi semua orang yang memiliki iman yang menyelamatkan kepada Allah. Kita memiliki panggilan yang serupa dari Tuhan. “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Petrus 2:11).

Abraham mengerti bahwa secara rohani ia juga sebagai orang asing dan dalam perjalanan sorgawi, sehingga ia harus menjauhkan diri dari keinginan- keinginan duniawi yang dapat melemahkan imannya. “Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.” Abraham dan keturunannya mengalami banyak ujian dan cobaan sepanjang perjalanan mereka bersama Tuhan. Jika mereka memusatkan perhatian mereka kepada negeri yang mereka tinggalkan, mereka pasti akan tergoda untuk kembali ke sana. Musuh rohani kita juga berusaha menjebak kita untuk kembali ke dunia yang sudah kita tinggalkan: “Kamu dahulu… hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa” (Efesus 2:1-2). Semua orang rentan terhadap serangan tersebut. Bahkan salah satu rekan pelayanan Paulus jatuh ke dalam godaan ini. “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku” (2 Timotius 4:10). Oleh karena itu, Tuhan memperingatkan kita untuk menjauhi segala toleransi dengan keinginan duniawi. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yohanes 2:15).

Sebaliknya, kita harus memiliki kerinduan seperti Abraham dan keturunannya. “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.” Walaupun tanah perjanjian suatu saat akan mereka warisi, mereka merindukan tanah air yang sebenarnya di sorga nanti. Iman yang tertuju kepada sorga inilah yang berkenan kepada Tuhan. “Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Dalam kota sorgawi ini, “kota Allah yang hidup” (Ibrani 12:2), kita akan tinggal dalam hadirat dan kemuliaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Doa

Ya Allah, satu-satunya Allah yang benar dan yang hidup, aku menyesali saat-saat di mana dunia sudah menarik perhatianku menjauh dari tanah air sorgawiku. Aku berseru kepada-Mu, tambatkan hatiku kepada tanah air sorgawi, supaya aku menyenangkan Engkau dalam perjalananku di bumi ini. Amin.

Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. (Ibrani 11:15-16) Abraham dan keluarganya tinggal sebagai “orang asing dan pendatang di bumi ini” (Ibrani 11:13). Ia hidup dengan taat sebagai orang asing di bumi ini, mengandalkan Tuhan untuk memimpin hidupnya.