Perjanjian lama menuntut ketaatan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu. (Ulangan 10:12-13)

Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. (Ulangan 26:16)

Seperti kita sudah melihat dalam renungan sebelumnya, kasih karunia Allah menyediakan apa yang kita butuhkan untuk hidup dalam ketaatan. Sekarang kita akan melihat bagaimana Taurat Tuhan menuntut ketaatan yang sepenuh hati, tetapi tidak menyediakan kuasa rohani yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Ketika bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, Musa mengulang kembali tuntutan hukum Taurat Allah. “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari … hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya … berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN … melakukan ketetapan dan peraturan ini… dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu." Ingatlah bahwa perintah-perintah Allah mengharuskan kita untuk hidup dalam kekudusan. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Imamat 19:2). Ukuran kekudusan yang digunakan adalah Allah sendiri. Hal ini merupakan sebuah standar yang sangat tinggi, jauh di atas kemampuan manusia.

Sebagai tambahan, Tuhan tidak menuntut hal-hal tersebut sebagai sikap ibadah lahiriah, tetapi sesuatu yang muncul dengan segenap hati dan segenap jiwa kita: “Melakukan ketetapan dan peraturan ini… dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu." Orang Israel harus taat kepada Allah dari dasar hati mereka yang paling dalam. Mereka harus melakukannya dengan ketulusan dan kemurnian. Tidak boleh ada hambatan atau keraguan di dalam hati mereka.

Apa yang dituntut oleh hukum Taurat adalah baik. “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik” (Roma 7:12). Namun, hukum Taurat tidak memberikan kuasa yang diperlukan untuk melaksanakannya. Manusia tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Lebih dari itu, hukum Taurat yang sempurna ini tidak memberikan pertolongan untuk mengubah orang agar bisa menjadi seperti yang dituntut. “Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan” (Ibrani 7:19). Hanya kasih karunia Allah satu-satunya harapan manusia.

Doa

Allah yang maha kudus, aku tahu bahwa Taurat Kudus-Mu itu baik dan benar. Aku ingin untuk hidup sesuai dengan tuntutan hukum-Mu. Namun aku mengakui kegagalanku, juga ketidakmampuan untuk mengubah diriku sendiri agar bisa melakukan tuntutan hukum-Mu. Aku bersuka cita untuk pengharapan yang lebih baik. Biarlah kasih karunia-Mu mengubah hatiku untuk hidup semakin taat kepada-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu. (Ulangan 10:12-13) Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. (Ulangan 26:16)