Hukum tertulis yang mematikan atau roh yang menghidupkan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh. (2 Korintus 3:6)

“Hukum yang tertulis” atau “Roh” adalah sebuah perbedaan lainnya dalam hal hidup dengan perjanjian lama atau baru. Sebuah pilihan lainnya yang menentukan apakah kita hidup mengandalkan kesanggupan manusia atau kesanggupan Allah.

Hidup yang dibangun berdasarkan “hukum yang tertulis” adalah hidup yang berdasarkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Kita tidak dapat menjadi anak Allah karena hukum-hukum, kita juga tidak dapat membangun kehidupan rohani dengan peraturan-peraturan. Tidak ada daftar kewajiban (termasuk hukum Taurat) yang dapat membawa kita atau membangun kita untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah. Semua hukum dan peraturan diberikan tetapi tanpa kuasa untuk menjalankannya. Semua itu adalah daftar dari kewajiban, bukan sumber kuasa yang memberi kemampuan. Hukum dan peraturan menuntut tindakan nyata, tetapi tidak menyediakan sumber daya untuk menghasilkan tindakan yang diminta.

Sebagai contoh adalah sunat, sebuah hal yang diwajibkan di dalam hukum Taurat kepada orang Israel. “Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu” (Imamat 12:3). Ritual ini dibuat supaya orang-orang Israel ingat bahwa mereka adalah milik Tuhan. Namun melakukan tradisi ini tidak serta merta membuat hidup mereka berubah. Sunat jasmani merupakan tindakan lahiriah berdasarkan hukuman yang tertulis, dan tidak menghasilkan perubahan hati kepada orang yang disunat. Untuk membuat seseorang menjadi anak Allah yang sejati harus ada karya Allah di dalam batin orang tersebut. Kitab Roma menggunakan istilah “Yahudi sejati” untuk menggambarkan anak Allah. “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah” (Roma 2:28-29). Tuhan melahirkan anak-anak-Nya dan mendewasakan mereka melalui karya Roh Kudus-Nya di dalam hati mereka.

Kerajaan Sorga adalah “Roh." Bukan daftar peraturan lahiriah, misalnya mengenai makanan yang boleh atau tidak boleh dimakan. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17). Untuk masuk ke dalam keluarga Allah dan bertumbuh sebagai anak-anak-Nya, tidak tergantung kepada mengikuti berbagai macam hukum dan peraturan. Namun, tentang bagaimana Roh Kudus yang menyediakan berkat-berkat sorgawi ke dalam hati mereka yang mengandalkan Tuhan. Hidup dalam persekutuan dengan Allah selalu di dalam “Roh,” yang mengandalkan kemampuan-Nya, bukan di dalam “hukum yang tertulis,” yang mengandalkan kekuatan manusia.

Doa

Bapa, aku mengakui bahwa aku sering kali cenderung menyamakan kehidupan ilahi dengan mengikuti berbagai macam peraturan. Tolong aku untuk hidup dengan karya Roh-Mu dalam hati ku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh. (2 Korintus 3:6)

“Hukum yang tertulis” atau “Roh” adalah sebuah perbedaan lainnya dalam hal hidup dengan perjanjian lama atau baru. Sebuah pilihan lainnya yang menentukan apakah kita hidup mengandalkan kesanggupan manusia atau kesanggupan Allah.

Hidup yang dibangun berdasarkan “hukum yang tertulis” adalah hidup yang berdasarkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan.