Bercermin kepada kasih karunia: iman dan kerendahan hati

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. (2 Korintus 8:9)

Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (2 Korintus 3:5)

Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23)

Mari kita bercermin pada iman dan kerendahan hati. Alkitab berulang kali menulis tentang kedua hal ini. Hal ini memang merupakan kebenaran yang penting, karena “Allah memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6). Dan “Kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia” (Roma 5:2).

Dalam ayat Firman Tuhan yang pertama dalam renungan ini, iman dan kerendahan hati jelas terlihat, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Untuk dapat menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, Yesus harus menjadi miskin. Ketika Yesus tergantung di kayu salib menggantikan kita, Ia memikul kemiskinan rohani kita yaitu dosa-dosa kita. Betapa suatu gambaran yang luar bisa mengenai kondisi rohani kita sebenarnya. Kita juga harus menjadi seperti Dia, merendahkan hati kita di hadapan Allah, memohon kepada-Nya untuk menolong kita. Iman juga ambil bagian, karena kita percaya bahwa lewat kematian-Nya, kita akan menjadi kaya secara rohani, yaitu menerima pengampunan dosa dan pembenaran.

Iman dan kerendahan hati sangat penting untuk perjalanan hidup kita di dalam Kristus. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” Kesanggupan kita untuk hidup sebagai orang percaya tidak berasal dari diri kita sendiri. Bahkan sesuatu pun tidak bisa kita kerjakan oleh kemampuan kita sendiri. Betapa kebenaran yang membuat kita sadar, sekalipun sudah lahir menjadi manusia baru, kita tetap membutuhkan Allah dalam segala aspek kehidupan kita. Lalu bagaimana caranya kita bisa menerima kesanggupan itu? Dengan iman! Kita percaya pada kebenaran bahwa “kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah.”

Dalam kehidupan kita sebagai murid Kristus, iman dan kerendahan hati kembali muncul. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Panggilan Yesus untuk datang dan mengikuti Dia hanya dapat dijawab oleh mereka yang akan berkata “tidak kepada diri mereka sendiri” dan “mematikan ego mereka.” Hal ini artinya mengakui bahwa diri sendiri tidak sanggup bahkan bahwa ego mereka harus disalib. Dan butuh kerendahan hati untuk bisa mengakui hal ini setiap saat dalam kehidupan kita. Langkah berikutnya dari kehidupan sebagai murid Kristus adalah dengan iman, yaitu mengandalkan Yesus dalam setiap langkah hidup kita.

Doa

Allah Bapa yang bertakhta di dalam Sorga. Ajar aku dan sentuh hatiku supaya aku belajar untuk hidup dengan kerendahan hati di hadapan Engkau setiap hari. Tumbuhkan imanku, Tuhan, supaya aku mengandalkan Engkau dalam setiap langkahku. Terima kasih untuk kesetiaan-Mu. di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. (2 Korintus 8:9) Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (2 Korintus 3:5) Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23)