Keluarlah dari Babel dan larilah dari Kasdim! (Pdt Ir Sutadi Rusli)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Yesaya 48:17-20,

"Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." Keluarlah dari Babel, larilah dari Kasdim! Beritahukanlah dengan suara sorak-sorai dan kabarkanlah hal ini! Siarkanlah itu sampai ke ujung bumi! Katakanlah: "TUHAN telah menebus Yakub, hamba-Nya!"

Pada ibadah raya 1 Januari 2002, ayat-ayat ini juga menjadi ayat pembukaan yang berbicara mengenai bagaimana orang Kristen harus membentuk tanah Gosyen di dalam kehidupan pribadi dan keluarga mereka. Pada waktu Mesir ditimpa tulah dahsyat, selama 430 tahun justru bangsa Israel sungguh aneh tidak mengalami tulah itu. Demikian hari-hari ini orang Kristen harus megalami Gosyen secara rohani yang melindungi dan menyelamatkan mereka karena ada tulah sangat dahsyat yang sedang dicurahkan atas dunia sekarang ini.

Keluar dari Babel dan Kasdim

Pagi ini kita dapat mempunyai sungai damai sejahtera yang tidak pernah kering dan anak cucu kita seperti kersik. Hanya keluarlah dari Babel dan larilah dari Kasdim yang menggambarkan tentang dunia. Ciri-ciri orang yang keluar dari Babel dan Kasdim adalah:

  1. Mencari Tuhan, bukan yang lain
  2. Memikirkan perkara yang diatas, bukan yang di bumi
  3. Memakai senjata Allah, bukan senjata duniawi

Mencari Tuhan, bukan yang lain

Matius 6:33,

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Kalau kita menyimak ayat-ayat sebelumnya, perikop ini berbicara tentang jangan kuatir, tetapi ditutup oleh ayat ini. Kekuatiran adalah satu beban. Makin kita kuatir, makin kita ketakutan, makin beban itu dirasa berat dan menghimpit. Untuk menanggalkan beban itu ada resepnya yaitu carilah dahulu Kerajaan Allah dan segala kebenarannya, maka kita akan ditambahkan dan ditolong.

Ada 2 macam beban, beban yang pertama tidak ada jalan keluar bahkan jalan ini makin hari makin menuju kebinasaan. Contohnya adalah orang yang hobi main judi, setiap hari kerjanya ada di belakang meja judi. Dari suatu kebiasaan menjadi hobi menjadi beban. Dari uang kecil sampai dia mulai menjual barang-barang rumahnya. Lalu setelah keluarganya hancur dia mulai merampok dan mencuri harta orang. Contoh lainnya mungkin ada yang mempunyai beban narkoba, isteri banyak, ingin kaya, dan sebagainya.

Tetapi Tuhan memberikan satu beban yang ada jalan keluarnya, inilah beban yang kedua. Pada waktu kita mengambil beban ini, beban ini akan membawa kita kepada jalan keluar damai sejahtera bahkan berkat-berkat yang berkelimpahan.

Matius 11:28-30,

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Ada kuk yang Tuhan pasang di dalam kehidupan kita yang mau, Dia tidak memaksa. Kuk ini untuk mereka yang berbeban berat dan ingin mendapat kelegaan, pertolongan, dan jalan-jalan dibuka. Kita harus memasang kuk ini karena kuk ini enak dan ringan. Pada waktu kita mengalami apapun juga, carilah dahulu Kerajaan Allah, itulah kuk Tuhan. Dalam dunia ini penuh kegoncangan dan keluarga morat-marit, carilah dahulu Kerajaan Allah, pasang kuk Tuhan, ikut dalam doa puasa, beribadah, SOM, atau kegiatan lainnya, maka akan ada jalan keluar, sukacita, dan pertolongan Tuhan. Waktu kita ada di dalam masalah, mungkin usaha hancur, pintu berkat tertutup kuat, dan usaha kita jatuh, ada banyak orang yang mencari koneksi, menggunakan otak dan kepandaiannya supaya perusahaan bisa diselamatkan yang justru malah makin terpuruk, tetapi kita harus mengambil kuk ringan Tuhan yang membawa kelegaan. Kalau hari ini kita menhadapi apapun juga, carilah dahulu Kerajaan Allah sekalipun itu menjadi satu beban tetapi beban itu membawa kita pada pertolongan yang kekal.

Nomor 1 carilah Tuhan, jangan cari yang lain.

Memikirkan perkara yang diatas, bukan yang di bumi

Kolose 3:2,

"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."

Pikiran yang di atas adalah pikiran sorgawi, dan pikiran sorgawi dimiliki oleh Tuhan. Berarti kita harus memiliki pikiran yang Bapa miliki, pola pikir Tuhan Yesus, yaitu senantiasa membangun, mempersatukan keluarga yang pecah, rekonsiliasi yang bercerai, mempersatukan pertengkaran orang tua dan anak-anak, menciptakan sesuatu yang belum ada. Tetapi pola pikir yang di bumi dikuasai oleh iblis yang pekerjaannya hanyalah memecah-belah keluarga, usaha, pekerjaan, gereja.

Bagaimana pikiran dan pandangan kita untuk tahun 2002 yang tidak lebih baik dari 2001, bahkan tahun-tahun depan juga tidak akan lebih baik seperti Firman Tuhan katakan?

Kejadian 35:16-20,

"Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas--sebab ia mati kemudian--diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang."

Rahel dan Yakub ada di dalam kesukaran tetapi cara pandang mereka berbeda, Rahel memberi nama Ben-Oni (anak kesusahan) tetapi Yakub menamai Benyamin (anak pengharapan). Bagaimana kita memandang keluarga, pelayanan, usaha kita sekarang, apakah tidak ada pengharapan atau terus berharap kepada Tuhan? Keberhasilan kita memasuki 2002 tergantung dari bagaimana kita memandang persoalan yang kita hadapi.

Satu waktu ada seorang salesman sepatu dikirim ke satu daerah yang penduduknya tidak memakai sepatu. Segera dia mengirim telegram kepada bosnya minta ditarik pulang. Lalu salesman yang lain dikirim menggantikan dia dengan kondisi daerah yang tidak berbeda. Segera dia mengirim telegram juga ke bosnya tetapi dengan pesan berbeda memberitahukan prospek besar penjualan sepatu. Akhirnya salesman ini sukses. Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, tetapi orang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan. Kita akan menuai jiwa beribu laksa di tengah kesulitan dunia sekarang ini.

Kejadian 30:25-43 bercerita tentang Yakub ketika telah memiliki Lea dan Rahel, dia ingin pulang kembali ke negerinya dan meminta ternak yang berbintik-bintik kepada Laban. Laban memberikannya karena dia melihat ternak yang berbintik-bintik hanya sedikit. Tetapi Yakub tidak kehilangan akal, dia memasukkan getah pohon berwarna pada tempat minum kambing domba yang kuat. Segera Yakub memperoleh keuntungan karena kambing domba yang kuat banyak lahir yang berbintik-bintik, sedangkan kambing domba yang lemah tetap berwarna putih. Ini menjadi gambaran bagaimana kita memandang sesuatu. Jika kita memandang dengan positif bersama dengan Tuhan, maka kita akan mengalami kemenangan.

Filipi 4:8,

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Pakailah pikiran Kristus. Jika kita memikirkan hal-hal yang positif maka akan mempengaruhi cara pandang kita di dalam satu keadaan dan persoalan yang akan menentukan keberhasilan kita bersama dengan Tuhan.

Memakai senjata Allah, bukan senjata duniawi

2 Korintus 10:3-4,

"Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng."

Kita harus keluar dari Babel yang adalah gambaran dunia, jangan lawan kejahatan dengan kejahatan, tetapi firman Tuhan mengatakan lawanlah kejahatan dengan kebaikan. Pakai senjata utama Kristus dan orang percaya yaitu kasih. Waktu kita dalam keluarga menghadapi suami, isteri, anak-anak, atau orang tua yang nakal, apa yang akan kita pakai: senjata dunia yang membalas kejahatan dengan kejahatan dan saling menuntut atau memakai senjata Tuhan yaitu kasih.

Definisi kasih adalah 1 Korintus 13:1-7,

"Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." Kalau hari-hari ini kita mengalami pergumulan, mari keluarkan senjata Tuhan yaitu kasih.

Ada seorang anak yang nakal sekali dan bapaknya berusaha mendisiplinkannya. Satu waktu dia berbuat salah dan dimarahi tetapi keesokan harinya anak itu berbuat lagi kesalahan yang sama. Akhirnya mau tidak mau sang bapak harus mendisiplin anaknya dengan mengunci anak itu di gudang bawah tanpa lampu. Anak itu kedinginan dan ketakutan dan mulai menggedor-gedor pintu. Pada jam makan bapak tersebut mengambil makanan anaknya dan dibawa masuk ke gudang bawah, ikut duduk bersama anaknya dalam kegelapan dan kedinginan sambil memeluk anak itu. Itulah kasih Tuhan. Waktu kita seharusnya mati karena dosa kita, Dia temani kita di dalam segala perkara.

Pada waktu suami, isteri, anak-anak mengalami hal-hal seperti ini, bagaimana kita mengimpartasi kasih Tuhan, saling memaafkan dan mengampuni dan memberkati. Sebagai orang Kristen kita harus bisa mengimpartasi kasih Allah menjadi sesuatu dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita yang hari-hari ini sedang digoncangkan.

Di toko obat Cina ada banyak rempah-rempah yang tidak bisa dicampur untuk penyakit yang berlainan. Setiap penyakit mempunyai campuran rempah-rempahnya sendiri. Hanya ada 1 macam rempah-rempah yang bisa dicampur dengan rempah-rempah manapun untuk dibuat obat, yaitu kayu manis. Orang Kristen harus bisa menjadi seperti kayu manis, menjadi pemanis di tengah orang yang sedang marah-marah, menjadi pemanis di tengah orang yang sedang stres, menjadi pemanis di tengah orang yang sedang sakit. Jangan sampai malah menjadi perusuh.

Penutup

Pada waktu ibadah raya 1 Januari 2002 kemarin, saya meminta maaf kepada seluruh jemaat atas nama keluarga dan seluruh pengerja jika kami telah berbuat hal-hal yang kurang menyenangkan. Permintaan maaf ini harus dimulai dari para pemimpin terlebih dahulu. Doakanlah kami supaya kami makin hari makin benar di hadapan Tuhan dan makin sungguh-sungguh melayani Tuhan sehingga kemuliaan Tuhan turun atas Rayon 7.

Pranala luar