Berani lawan standar dunia: Tidak cari aman — cari Tuhan!

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 7 Desember 2025 08.50 oleh Leo (bicara | kontrib) (fmt)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Hidup orang percaya tidak boleh mengikuti budaya “cari aman”, tetapi harus berani mengikuti standar Tuhan dalam pergaulan, karakter, dan tindakan. Daud menjadi teladan karena ia berani hidup tulus di hadapan Tuhan, menjauh dari pengaruh yang merusak, dan menyerahkan pembelaannya kepada Tuhan. Ketika kita menolak kompromi dunia, Tuhan sendiri yang akan membenarkan, mengangkat, dan menunjukkan perkenanan-Nya atas hidup kita.

Dalam keseharian kita—di rumah, sekolah, kantor, atau pelayanan—sering kali kita melihat budaya “cari aman” dalam aturan dan sistem yang membuat kita mengikuti arus dunia. Banyak orang ikut-ikutan karena takut tidak populer, takut dikucilkan, takut kehilangan jabatan, atau takut tidak memiliki apa yang lazim ditawarkan dunia.

Namun firman Tuhan mengajak kita untuk tidak sekadar cari aman, tetapi cari Tuhan. Karena ada tiga sikap berani yang harus kita ambil.

#1 Berani ikuti standar Tuhan

Mazmur 26 memperlihatkan prinsip hidup Daud.

Daud menetapkan kriteria tegas dalam pergaulannya. Ia memilih siapa yang boleh berada dalam lingkaran (circle) pertemanannya, karena ia sadar bahwa dirinya adalah raja yang diurapi Tuhan.

Mazmur 26:4-5,

Aku tidak duduk dengan penipu dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat dan dengan orang fasik aku tidak duduk.

Daud menjaga hatinya dari pengaruh yang dapat merusak ketulusannya kepada Tuhan. Ia tidak mau bergaul dengan penipu, orang munafik, orang yang penuh rancangan jahat, atau yang berlaku fasik. Ia menjauh dari toxic people yang bisa meracuni hati dan menghancurkan hidupnya.

#2 Berani hidup tulus dan terbuka di hadapan Tuhan

Daud berani meminta Tuhan memeriksa hidupnya:

Mazmur 26:1-3,

Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.

Mari kita bertanya kepada Tuhan: Apakah hati kita tulus seperti Daud?

Atau justru kita menjadi bagian dari golongan yang tidak layak dijadikan sahabat?

  • Menipu: manipulatif, suka berpura-pura, penuh drama
  • Munafik: bermuka dua
  • Berbuat jahat: fitnah, iri hati
  • Fasik: berdosa tetapi tidak mau mengakui

Daud tidak mencari aman—ia hidup terang-terangan di hadapan Tuhan dan manusia.

#3 Berani percaya hidup dalam kasih setia dan kebenaran Tuhan

Dalam dunia usaha, sering muncul tawaran yang bertentangan dengan Firman Tuhan: suap untuk jabatan, kompromi demi popularitas.

Kesaksian pribadi:

Ketika kami menolak semua praktik kotor itu, akibatnya, kami tidak diperhitungkan untuk sebuah event bergengsi di perusahaan kami—hanya karena kami tidak bisa disogok dan tidak mengikuti permainan kotor. Kami kehilangan hak kami.

Namun Tuhan bertindak!

Kami tiba-tiba mendapat undangan langsung dari petinggi perusahaan di Amerika Serikat untuk menjadi pembicara di Jepang karena prestasi kami memenangkan kampanye sosial media internasional. Bahkan kami diundang lagi ke Taiwan dan Jepang untuk event berikutnya.

Kami tidak mengejar pujian manusia. Tuhanlah yang membenarkan dan mengangkat. Ini menjadi bukti nyata bagi kami seperti doa Daud dalam Doa memohon dibenarkan Tuhan (Mazmur 26).

Penutup

Mari introspeksi diri:
Apakah hidup kita membawa perubahan yang lebih baik?
Atau kita justru mencari pembenaran diri dan menyeret orang lain jatuh?

Hari ini, ambillah keputusan:

  • Hidup tulus dan jujur di hadapan Tuhan
  • Naikkan standar hidup kita
  • Berani melawan arus dunia
  • Biarkan Tuhan yang menyelidiki dan membela kita

Amin.