Pantang menyerah sampai menang (Pdt Hengky So, MTh)
| Ringkasan Khotbah | |
|---|---|
| Ibadah | Ibadah Raya |
| Tanggal | Minggu, 30 November 2025 |
| Gereja | GBI Danau Bogor Raya |
| Lokasi | Grha Amal Kasih |
| Kota | Bogor |
| Video | YouTube |
| Khotbah lainnya | |
| |
| |
Kemenangan dalam hidup bukan ditentukan oleh kekuatan, kepandaian, atau dukungan manusia, tetapi oleh sikap pantang menyerah seperti yang dicontohkan Elyasar bin Dodo. Orang yang pantang menyerah tetap berdiri teguh walaupun tidak ada dukungan, terus berjuang walaupun tubuh lelah, dan tetap melakukan bagiannya sehingga Tuhan dapat mengerjakan bagian-Nya, yaitu memberikan kemenangan. Sikap pantang menyerah bukan hanya membawa kemenangan pribadi, tetapi juga menjadikan kita berkat bagi orang lain melalui hati yang setia, kuat, tidak dendam, dan tetap mulia meski pernah ditinggalkan.
Shalom, setiap kita pasti ingin mengalami kemenangan dalam hidup kita. Amin!
Kita mau menang atas masalah, menang atas dosa, menang atas kelemahan, menang atas ketakutan dan kekhawatiran kita. Dan tahukah Saudara bahwa ternyata Alkitab memberikan banyak sekali contoh kepada kita: orang-orang yang menang bukanlah yang terkuat, terpintar, atau tercerdas, tetapi orang-orang yang tidak kenal kata menyerah.
Hari ini kita mau belajar dari seorang tokoh Alkitab yang bernama Elyasar bin Dodo, salah seorang dari Triwira, tiga perwira utama Raja Daud yang memimpin 30 tentara elit. Mereka adalah pahlawan-pahlawan gagah perkasa yang memberikan banyak kemenangan penting kepada Daud dan bangsa Israel. Salah satunya adalah Elyasar bin Dodo, seorang yang tidak kenal menyerah dalam hidupnya.
- Dan sesudah dia, Elyasar anak Dodo, anak seorang Ahohi, ia termasuk ketiga pahlawan itu. Ia ada bersama-sama Daud ketika mereka mengolok-ngolok orang Israel yang telah berkumpul di sana untuk berperang, padahal orang-orang Israel telah mengundurkan diri.
- Tetapi ia bangkit dan membunuh demikian banyak orang Filistin sampai tangannya lesu dan tinggal melekat pada pedangnya. Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar. Rakyat datang kembali mengikuti dia hanya untuk merampas.
Dua ayat ini menceritakan kepada kita kepahlawanan Elyasar bin Dodo ini—seorang yang pantang menyerah. Dari Elyasar kita belajar beberapa hal penting tentang sikap pantang menyerah.
#1 Pantang menyerah membuat kita berdiri teguh walaupun tidak ada dukungan
Kalau kita punya sikap pantang menyerah, maka walaupun tidak ada dukungan, kita akan tetap maju menghadapi peperangan kita. Ini yang terjadi pada Elyasar. Dalam ayat 9 dijelaskan bahwa ketika mereka menghadapi orang Filistin, orang-orang Israel yang tadinya bersama-sama dengan Elyasar tiba-tiba mengundurkan diri. Mungkin mereka takut. Dan tinggallah Elyasar seorang diri menghadapi orang-orang Filistin.
Apakah Elyasar mundur? Ternyata tidak.
Walaupun seorang diri, ia tetap berperang menghadapi orang-orang Filistin dan mendapatkan kemenangan penting pada hari itu.
Banyak orang bisa maju dalam hidupnya selama ada dukungan: dukungan keluarga, dukungan gereja, dukungan kelompok sel, dukungan teman-teman dekat, dukungan orang-orang seiman. Tapi sedikit sekali orang yang masih bisa bertahan ketika dukungan itu hilang.
Dukungan memang penting. Semua kita membutuhkan dukungan. Tetapi kita tidak bisa terlalu berharap pada dukungan orang sekitar kita, karena ada saat-saat di mana orang-orang bisa bosan mendukung kita, menyerah, atau tidak lagi mau membantu.
Kalau kita tidak punya sikap pantang menyerah ketika tidak ada dukungan, kita pasti mundur. Itulah sebabnya penting sekali kita punya sikap pantang menyerah.
Mengapa orang yang pantang menyerah bisa tetap maju tanpa dukungan?
Karena fokus hidupnya bukan pada dukungan atau pujian, tetapi pada bagaimana ia bisa menyelesaikan peperangannya dan memenangkan pergumulannya.
Orang yang pantang menyerah itu:
- tidak butuh apresiasi,
- tidak butuh tepuk tangan,
- tidak butuh pujian.
Kita ini seringkali butuh diapresiasi. Ada orang yang ketika jerih lelahnya tidak dihargai oleh suaminya atau istrinya, dia kecewa dan memilih mundur. Ada anak muda yang tidak dipuji orang tuanya lalu jadi tidak mau kuliah. Ada pelayan gereja yang sudah berkorban banyak, tetapi ketika tidak dipuji atau tidak dihargai, dia mundur.
Saudara-saudara, jangan punya mental manja. Jangan punya mental cengeng. Kita harus punya mental petarung—mental fighter. Walaupun tidak dihargai, walaupun jerih lelah dan pengorbanan tidak diapresiasi, orang yang pantang menyerah tetap maju. Kenapa? Karena fokusnya adalah menyelesaikan pergumulannya.
Kadangkala Tuhan izinkan kita menghadapi pergumulan seorang diri. Ada masa ketika:
- suami atau istri tidak lagi mendukung,
- keluarga menyerah,
- orang-orang tidak melihat harapan,
- bahkan pendoa-pendoa gereja pun merasa tidak mungkin terjadi.
Tetapi karena Saudara tahu ini adalah perkara yang Tuhan taruh di depan Saudara, Saudara tetap maju menyelesaikannya.
Kalau Saudara punya sikap pantang menyerah, Saudara tidak akan mundur. Walaupun suami, istri, anak-anak, atau orang tua tidak mendukung, Saudara tetap menghadapi masalah itu.
Mungkin hari ini Saudara sedang menghadapi penyakit. Orang-orang berkata tidak ada harapan, dokter berkata sudah tidak ada obatnya. Tapi kalau Saudara pantang menyerah, Saudara tetap berdoa, tetap berharap kepada Tuhan, tetap berjuang, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
#2 Pantang menyerah membuat kita bertahan walaupun lelah
Coba kita baca ayat 10 dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari. Ayat ini berkata begini:
- Elyasar terus berjuang menumpas orang Filistin sampai ia lelah sekali. Tangannya menjadi kejang, kram sehingga ia tidak dapat melepaskan pedangnya.
Artinya apa? Elyasar ini terus berjuang sampai lelah sekali, sampai capek banget, tapi dia tidak melepaskan pedangnya. Saking capeknya, tangannya sampai kram dan kejang sehingga pedang itu melekat di tangannya. Artinya, walaupun dia sudah sangat capek, dia masih terus berjuang, masih terus berperang.
Bapak, Ibu, capek dan lelah kalau kita bekerja atau berusaha itu hal yang wajar. Itu sangat manusiawi sekali. Sebenarnya, kalau tubuh kita capek setelah kerja keras, itu adalah warning dari tubuh, sinyal bahwa kita perlu istirahat untuk memulihkan tenaga.
Tetapi saya mau bilang kepada Saudara-saudara: orang yang punya sikap pantang menyerah, walaupun dia sudah capek sekali, dia tetap akan terus berjuang sampai masalah selesai. Dia akan terus mengerjakan tugasnya, terus bekerja, menembus rasa capeknya. Kenapa? Karena sikap pantang menyerahnya.
Sebaliknya, orang yang tidak punya sikap pantang menyerah, ketika capek, ketika letih, dia akan berhenti, mundur, menyerah, kecewa. Memang beda orang yang punya sikap pantang menyerah dengan yang tidak punya.
Saudara, selama kita hidup di dunia ini, kita pasti akan mengalami capek, lelah, letih. Karena memang dunia ini bukanlah surga. Dunia bukan firdaus—dunia adalah tempat kita bergumul, berjuang.
Kalau Saudara ingin tinggal di dunia ini tapi tidak mau berjuang, tidak mau berusaha, maka Saudara salah tempat; Saudara harus pindah alam. Tetapi selama kita hidup di dunia, kita harus berjuang. Siapapun Saudara, apapun profesimu, kita harus berjuang karena dunia bukan firdaus.
Makanya ada lagu lama yang berkata:
Dunia ini bukan firdaus
Dunia ini bukan firdaus
Hanya di kaki Tuhanku, di sini hatiku teduh
Yesus juga memberi undangan: Marilah kepada-Ku kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Kenapa Yesus memberi undangan ini? Karena Yesus tahu, selama kita hidup di dunia, kita pasti akan capek, letih, lesu menghadapi apapun.
Karena itu, kalau kita tidak punya sikap pantang menyerah, kita gampang mundur. Tapi kalau kita punya sikap pantang menyerah, walaupun capek, kita tetap berjuang.
Saya kasih hormat kepada setiap bapak yang bekerja dari pagi sampai tengah malam, banting tulang untuk mencari nafkah bagi keluarga. Dia sadar bahwa ia harus mencari nafkah supaya anak sekolah, supaya uang kontrakan terbayar, supaya ada beras di rumah. Saya hormat kepada bapak-bapak seperti ini yang pantang menyerah mengerjakan tugasnya.
Saya juga hormat kepada ibu-ibu yang walaupun capek setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah, membesarkan anak, membereskan rumah, masak, gosok baju, melayani suami, menemani anak belajar. Sebenarnya capek sekali, tulang-tulang sudah mau rontok, tapi masih terus bekerja, terus berusaha. Saya salut kepada ibu-ibu seperti ini. Kasih tepuk tangan kepada ibu-ibu!
Memang kita harus punya sikap pantang menyerah seperti ini. Kalau ibu-ibu punya mental manja, baru gosok satu baju sudah bilang capek dan berhenti main HP, tidak akan selesai pekerjaannya. Tapi ibu-ibu yang punya tanggung jawab dan sikap pantang menyerah akan tetap bekerja walaupun lelah.
Kenapa orang yang pantang menyerah bisa tetap berjuang walaupun capek? Karena sikap pantang menyerah itu tidak bicara tentang fisik, tetapi tentang hati.
Walaupun fisiknya sudah capek, letih, tetapi karena hatinya besar, hatinya kuat, hatinya setia kepada keluarga, hatinya tidak menyerah, maka ia terus berjuang.
Makanya kita perlu menjaga hati kita. Hati itu penting.
Saudara masih ingat waktu Yosua memimpin bangsa Israel masuk Kanaan? Tuhan datang kepada Yosua di tepi sungai Yordan dan memberi pesan: Kuatkan dan teguhkan hatimu.
Tiga kali Tuhan berkata begitu. Kenapa? Karena Tuhan tahu peperangan itu tidak mudah. Kalau hati Yosua lemah, hati manja seperti banyak anak muda zaman now, dia tidak akan bisa merebut tanah perjanjian.
Dia butuh hati yang kuat, hati yang teguh, hati yang tangguh. Bapak, Ibu, mari kita belajar: jaga hati kita supaya tetap kuat dan tidak menyerah menghadapi apa pun.
#3 Pantang menyerah membuat kita mengalami kemenangan dari Tuhan
Coba kita baca ayat 10:
- Tetapi ia bangkit dan membunuh demikian banyak orang Filistin sampai tangannya lesu dan tinggal melekat pada pedangnya. Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar.
Saya mau tanya kepada Saudara: siapa yang berperang sampai tangannya lelah? Elyasar. Dan siapa yang memberikan kemenangan? Tuhan. Artinya apa? Tuhan memberikan kemenangan ketika kita mengerjakan bagian kita.
Apa bagian kita? Bagian kita adalah bekerja, berusaha, berdoa, berpuasa, berjuang, dan tidak menyerah. Itu bagian kita.
Ketika kita mengerjakan bagian kita, Tuhan mengerjakan bagian-Nya, yaitu memberikan kemenangan.
Dengar Bapak-Ibu: kita tidak pernah bisa memberikan kemenangan kepada diri kita sendiri. Walaupun kita bekerja keras, berusaha sungguh-sungguh, kita tidak bisa memberi kemenangan pada diri sendiri. Kemenangan itu bagian Tuhan, dan hanya Tuhan yang bisa memberikannya. Karena itu kita harus mengandalkan Tuhan!
Sepintar apa pun kita, seulet apa pun kita, segiat apa pun kita, kita tetap harus andalkan Tuhan. Tanpa Tuhan semua jerih lelah kita akan sia-sia. Ada ungkapan berkata: “Do your best and God will do the rest.” Kerjakan bagianmu, kerjakan yang terbaik, dan Tuhan akan menyelesaikan sisanya.
Banyak orang menuntut Tuhan memberikan kemenangan, tetapi ia tidak melakukan bagiannya. Kalau Saudara tidak mengerjakan bagianmu, jangan minta Tuhan melakukan bagian-Nya. Kerjakan dulu bagianmu—sebaik-baiknya, sekuat tenaga, sampai capek pun tidak apa-apa. Kerjakan dengan sepenuh hati, all-out. Dan lihat bagaimana Tuhan menyelesaikan sisanya dan memberikan kemenangan.
Mengapa banyak orang Kristen tidak mengalami kemenangan? Bukan karena Tuhan tidak berkuasa memberikan kemenangan. Tetapi karena mereka terlalu gampang menyerah. Capek sedikit, mundur. Kena masalah sedikit, mundur. Kena tantangan sedikit, berhenti. Ada orang Kristen seperti tukang gali berlian.
Waktu awal dia menggali, semangat sekali. Tapi ketika belum juga menemukan berlian, dia menyerah. Dan ironisnya, dia berhenti hanya beberapa senti sebelum tumpukan berlian itu berada.
Ada orang yang berdoa—doa dengan sungguh-sungguh—tetapi karena belum ada jawaban, dia berhenti. Padahal ia berhenti hanya beberapa jam atau beberapa menit sebelum Tuhan menjawab doanya. Sangat disayangkan.
Karena itu kita harus punya sikap pantang menyerah. Selesaikan sampai akhir. Berjuang sampai akhir. Sampai Tuhan memberikan kemenangan.
Haleluya!
#4 Pantang menyerah membuat kita menjadi berkat
Kalau kita pantang menyerah, bukan hanya kita yang ditolong—tetapi juga orang-orang di sekitar kita.
Contohnya: Seorang bapak bekerja keras, pantang menyerah membangun karir atau usaha. Ketika dia berhasil, pantang menyerah itu bukan hanya menolong dirinya, tetapi juga menolong keluarganya, istrinya, anak-anaknya, karyawannya, bahkan orang-orang di sekitarnya. Artinya, sikap pantang menyerah membuat kita menjadi berkat.
Sekarang kembali lihat ayat 10:
- Tuhan memberikan kemenangan yang besar. Rakyat datang kembali mengikuti dia hanya untuk merampas.
Rakyat yang datang kembali itu adalah rakyat yang meninggalkan Elyasar saat ia berperang. Ketika Elyasar sedang bergumul, mereka kabur. Tetapi ketika Elyasar menang, mereka muncul lagi.
Dan saya mau bilang: dalam hidup ini selalu ada orang-orang seperti itu. Waktu kita susah—hilang. WA diblok. Telepon tidak diangkat. Seperti hilang ditelan bumi.
Tapi waktu kita berhasil—wus!—tiba-tiba muncul lagi, senyum-senyum, menyapa seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan bisa sambil bilang: “Bro… Ses… pinjam uang dong.”
Di gereja juga banyak yang seperti itu. Saya sebut mereka: orang Kristen model kura-kura ninja. Hilang tiba-tiba, muncul tiba-tiba. Tapi Saudara, jangan jadi orang seperti itu. Mari kita jadi orang yang setia kawan. Waktu teman kita susah, jangan tinggalkan dia.
- Kalau tidak bisa tolong secara materi, tolong dengan doa.
- Kalau keluarga sedang susah, jangan ditinggalkan.
- Kalau suami sedang banyak hutang, istri jangan tinggalkan suami. Dampingi dia, doakan dia.
- Kalau anak sedang bermasalah, jangan dibiarkan—dampingi mereka.
Amin!
Lihat Elyasar: rakyat yang meninggalkannya itu ikut menikmati kemenangannya. Dan Elyasar tidak melarang. Dia membiarkan mereka ikut menikmati. Luar biasa. Ini hati yang besar. Hati yang mulia. Hati seperti ini adalah barang langka. Tapi kita pasti bisa—katakan Amin!
Khususnya sebagai orang percaya, hati kita harus menjadi hati yang mulia. Kalau ada orang yang meninggalkan kita di masa sulit lalu muncul lagi saat kita sudah berhasil, jangan dibenci, jangan ditolak. Punya hati yang mulia. Berikan berkat, tersenyumlah, berikan kesempatan kepada mereka untuk berubah.
Sampai kapan? Sampai Yesus datang kembali.
Kita harus punya hati yang mulia supaya nama Tuhan ditinggikan, gereja dipuji, dan hidup kita menjadi kesaksian. Haleluya!
Karena itu jangan balas dendam. Jangan simpan kepahitan. Orang Kristen tidak boleh menyimpan dendam. Kita harus penuh kasih—seperti Tuhan mengasihi kita. Mari kita belajar memiliki hati yang seperti Tuhan mengasihi kita. Tuhan tolong kita, Tuhan berkati kita.
Selamat menjadi pemenang dalam kehidupan Saudara. Miliki sikap pantang menyerah! Haleluya! Puji Tuhan!
