Tertindas itu baik

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Desember 2025 17.12 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Pemazmur mengajarkan bahwa penindasan tidak selalu merugikan, karena melalui tekanan hidup kita justru dapat belajar ketetapan-ketetapan Tuhan dengan lebih dalam. Ada pelajaran, hikmat, dan pembentukan karakter yang hanya dapat ditemukan di tengah masa sulit, bukan ketika hidup berjalan mulus. Karena itu, ketika berada dalam kesesakan, kita diajak untuk bertanya kepada Tuhan apa yang ingin Ia ajarkan, sebab setiap proses yang Ia izinkan bertujuan menguatkan langkah kita selanjutnya.

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

Mazmur 119:71

Di dalam setiap keadaan ketika seseorang mengalami kesesakan dan penindasan, acapkali kita mendengar ucapan, “Kenapa hal ini terjadi padaku?” atau “Mengapa Tuhan ijinkan ini terjadi padaku?”

Ada satu kenyataan hidup yang jarang kita akui: tidak semua hal yang baik terasa menyenangkan, dan tidak semua hal yang menyakitkan berarti merugikan.

Pemazmur mengucapkan sebuah kalimat yang mengejutkan:

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku.

Pernyataan ini bukan datang dari seseorang yang baru saja ditolong keluar dari masalah, melainkan dari seseorang yang sudah mengerti nilai dari proses itu sendiri.

Mari kita masuk lebih dalam, kata demi kata dari Mazmur 119:71:

  • Kata tertindas menggambarkan sebuah tekanan yang membuat seseorang merunduk—tekanan yang mematahkan rasa aman, rencana, dan kenyamanan hidup. Namun justru di tempat yang retak itulah pemazmur menemukan sesuatu: pelajaran dari Tuhan yang tidak akan ia dapatkan jika hidupnya lurus dan lancar.
  • Yang membuat penderitaan itu “baik” bukan rasa sakitnya, melainkan tujuannya:
    supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

Dalam tekanan, Firman Tuhan menjadi lebih nyata. Nilai-nilai-Nya bukan hanya informasi, tetapi menjadi panduan. Ketetapan-Nya bukan hanya teks, tetapi terang yang menuntun di tengah kekacauan jiwa. Sebagaimana logos menjadi rhema, Firman yang tertulis menjadi hidup bagi mereka yang mengalaminya.

Renungan ini mengajak kita melihat bahwa dalam hidup:

Penderitaan tidak selalu musuh; kadang ia adalah guru yang dipakai Tuhan.
Guru yang keras, tetapi jujur. Guru yang tidak menyenangkan, tetapi membawa kita kembali ke inti hidup: mendengar, belajar, dan kembali berjalan dalam jalan Tuhan.

Mungkin hari ini Anda berada dalam masa “tertindas”. Rasanya berat, dan Anda ingin segera keluar. Namun pemazmur mengingatkan:

Ada sesuatu yang dapat dipelajari hanya di tengah tekanan.
Ada hikmat yang hanya muncul dari rencana yang gagal total.
Ada kedalaman iman yang hanya tumbuh dari tetesan air mata.

Dan ketika Anda melewati semua itu, Anda akan melihatnya bukan hanya sebagai luka, tetapi juga sebagai pelajaran yang membentuk karakter, mengembalikan arah, dan mengingatkan bahwa Firman Tuhan adalah pegangan yang tidak pernah gagal.

Kadang Allah mengizinkan kita ditundukkan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengajarkan sesuatu yang akan menguatkan langkah kita selanjutnya.

Mari, setiap kita—jika saat ini ada dalam kondisi kesesakan, tertindas, dan dalam keadaan yang tidak mengenakkan—bertanya kepada Tuhan:

Pelajaran apa yang ingin Tuhan ajarkan kepadaku hari ini?

Tuhan Yesus memberkati!