Persiapan rohani (sebelum memasuki peperangan) (9 Weeks of Breakthroughs)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 28 November 2010 13.19 oleh Leo (bicara | kontrib) (+gambar)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Persiapan rohani.jpg

Peristiwa penyeberangan bangsa Israel bukanlah peristiwa biasa dan ternyata didengar oleh semua raja bangsa di sebelah barat sungai Yordan bahkan sampai ke tepi laut tempat bangsa Kanaan tinggal.

Ketika semua raja orang Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja orang Kanaan di tepi laut mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air sungai Yordan di depan orang Israel, sampai mereka dapat menyeberang, tawarlah hati mereka dan hilanglah semangat mereka menghadapi orang Israel itu. (Yosua 5:1)

Jadi mujizat ini membawa kegemparan bagi bangsa-bangsa tersebut. Hal ini memberikan kepada kita suatu indikasi bahwa bangsa-bangsa tersebut sudah mengetahui rencana Yosua dan bangsa Israel untuk menaklukkan mereka, hal berikutnya adalah bahwa mereka ketakutan untuk menghadapi orang Israel karena Tuhan menyertai orang Israel. Tetapi tidak seperti Rahab yang kemudian memilih untuk berpihak kepada Allah Israel, bangsa-bangsa di sekitar Tanah Perjanjian memilih untuk tidak tunduk dan tetap melawan Tuhan dan bangsa Israel.

Secara logika, saat ini adalah saat yang baik bagi bangsa Israel untuk menyerang mereka, karena bangsa-bangsa di Tanah Perjanjian tersebut sudah kehilangan semangat. Tetapi Tuhan justru tidak menyuruh bangsa Israel untuk langsung menyerang dan menduduki Tanah Kanaan, melainkan menyuruh bangsa Israel untuk berhenti dan melakukan ketentuan dalam hukum Taurat.

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yesaya 55:8-9)

Apa yang menurut manusia merupakan rencana atau jalan yang baik, belum tentu demikian di mata Tuhan. Jika bangsa Israel menduduki Tanah Perjanjian karena musuh dalam kondisi panik maka mereka bisa saja menyombongkan diri karena memiliki strategi militer yang baik. Tetapi Tuhan ingin agar bangsa Israel, dan semua orang tahu bahwa kemenangan mereka adalah karena pekerjaan tangan Tuhan, bukan hasil usaha manusia.

Persiapan rohani

Walaupun bangsa Israel sudah mengalami mujizat yang luar biasa ketika mereka menyeberangi Sungai Yordan, tetapi mereka sebenarnya belum pernah berperang menghadapi musuh. Oleh karena itu Tuhan mengharuskan mereka untuk membuat persiapan perang. Tetapi tidak seperti tentara biasa yang melakukan persiapan dengan strategi militer dan latihan fisik, persiapan yang Tuhan inginkan adalah persiapan rohani yang sudah ditetapkan dalam hukum Taurat yaitu sunat dan perayaan Paskah.

Sunat

Pada waktu itu berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Buatlah pisau dari batu dan sunatlah lagi orang Israel itu, untuk kedua kalinya .Lalu Yosua membuat pisau dari batu dan disunatnyalah orang Israel itu di Bukit Kulit Khatan." (Yosua 5:2-3)

Sunat adalah ketentuan yang Allah sendiri perintahkan kepada Abraham dan menjadi peraturan hukum Taurat. Dalam Kejadian 12:1-3 Tuhan berjanji kepada Abraham akan memberikan tiga hal yaitu Tanah, Keturunan, dan Berkat.

Tanah yang dimaksud adalah Tanah Perjanjian, yaitu daerah yang akan direbut oleh Yosua dan bangsa Israel. Janji Keturunan Abraham digenapi dalam bangsa Israel. Sedangkan Berkat Abraham untuk seluruh manusia adalah Yesus Kristus sang Juru Selamat.

Perjanjian ini diteguhkan kembali oleh Tuhan dengan Abraham dalam Kejadian 15 dan 17. Untuk menandakan perjanjian tersebut Tuhan mengharuskan Abraham untuk disunat (Kejadian 17:9-14).

Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (Kejadian 17:9-11)

Sunat adalah tanda perjanjian kekal antara Tuhan dan bangsa Israel. Sunat membedakan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain.

Kata-kata “Sunatlah lagi orang Israel itu, untuk kedua kalinya”' (Yosua 5:2b) tidak berarti orang-orang Israel disunat dua kali, maksudnya adalah ini kali kedua bangsa Israel disunat secara nasional. Dari ayat 4 dan 5 kita tahu bahwa dari seluruh laki-laki Israel hanya Yosua dan Kaleb yang sudah disunat. Inilah yang menjadi alasan mengapa Tuhan ingin mereka melaksanakan sunat terlebih dahulu.

#1 Alasan sunat Bangsa Israel

Inilah sebabnya Yosua menyunat mereka: semua orang yang keluar dari Mesir, yakni yang laki-laki, semua prajurit, telah mati di padang gurun di tengah jalan, setelah mereka keluar dari Mesir. Sebab, semua orang yang keluar dari Mesir itu telah bersunat, tetapi semua orang yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sejak keluar dari Mesir, belum disunat. (Yosua 5:4-5)

Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa bangsa Israel tidak disunat selama 40 tahun mereka berada di padang gurun? Tidak diketahui dengan pasti mengapa, tetapi ayat 6 dan 7 menyiratkan ada kaitan dengan ketidakpercayaan bangsa Israel di Kadesh Barnea bahwa Tuhan akan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian (Bilangan 13-14).

Lewat sunat, bangsa Israel ditandai secara fisik bahwa mereka milik Tuhan. Sunat juga berarti bahwa mereka berada di bawah kewajiban untuk mematuhi perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel. Tanda sunat mengingatkan mereka bahwa tubuh mereka adalah milik Tuhan dan tidak boleh digunakan untuk tujuan berdosa. Bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang menyembah berhala dan termasuk dalam ritual ibadah mereka yang penuh dengan dosa. Tanda perjanjian itu mengingatkan orang Yahudi bahwa mereka adalah orang-orang yang dikhususkan, orang-orang yang sudah dipisahkan, mereka adalah bangsa yang kudus (Keluaran 19:5-6), dan bahwa mereka harus mempertahankan kemurnian dalam pernikahan mereka, masyarakat mereka, dan ibadah mereka Allah.

Sejak di Kadesh-Barnea, Israel menolak untuk percaya Tuhan dan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Seakan-akan Allah menarik berkat-Nya atas bangsa Israel dan membekukan hubungan perjanjian-Nya dengan mereka. Karena sunat adalah tanda dari perjanjian dan karena generasi tersebut tidak lagi memegang perjanjian tersebut maka tidak ada gunanya untuk melakukan sunat. Itulah sebabnya selama di Padang Gurun mereka tidak disunat.

Tetapi setelah mereka menyeberangi sungai Yordan dan akan memasuki Tanah Perjanjian, Tuhan mengharuskan mereka untuk melakukan sunat dan juga Paskah.

#2 Respons iman orang Israel

Tetapi anak-anak mereka yang telah dijadikan-Nya ganti mereka, mereka itulah yang disunat Yosua, sebab mereka belum bersunat, karena mereka tidak disunat dalam perjalanan. Setelah seluruh bangsa itu selesai disunat, maka tinggallah mereka di tempatnya masing-masing di perkemahan itu, sampai mereka sembuh. (Yosua 5:7-8)

Orang Israel menjawab dengan iman yang taat kepada Tuhan. Jika bukan karena iman, tidak mungkin orang Israel mau melakukan sunat di lokasi yang hanya beberapa kilometer jauhnya dari kota benteng musuh yaitu Yerikho. Karena pada saat seseorang selesai melakukan sunat, mereka dalam kondisi terluka dan tidak bisa menjadi prajurit yang efektif dalam peperangan.

Hal ini menjadi pelajaran yang penting bagi kita. Seringkali setelah melalui sebuah kemenangan dari tantangan (seperti ketika bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan), Allah mengijinkan kita untuk diuji. Hal ini terjadi kepada Elia (1 Raja-Raja 18-19) dan juga Yesus (Matius 3:13-4:11). Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan kepada kita untuk percaya kepada Allah, bukan kepada diri kita sendiri. Mari kita selalu siap dan waspada, baik sebelum peperangan maupun sesudah kemenangan.

#3 Cela Mesir dihapus

Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu." Itulah sebabnya nama tempat itu disebut Gilgal sampai sekarang." (Yosua 5:9)

Gilgal secara harafiah berarti “menggulung”. Karena ketaatan mereka melakukan sunat, cela Mesir dihapuskan dari orang Israel. Apakah “cela Mesir” itu? Kemungkinan besar “cela Mesir” adalah ejekan orang Mesir kepada bangsa Israel bahwa Allah telah meninggalkan orang Israel sehingga mereka berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun (Keluaran 32:11-12; Bilangan 14:11-16). Sekarang Israel telah berada di Tanah Perjanjian dan sekarang bahwa mereka telah memiliki tanda khusus-Nya yaitu sunat, mereka tidak lagi menjadi cela bagi Allah.

Paskah

Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu." Itulah sebabnya nama tempat itu disebut Gilgal sampai sekarang. (Yosua 5:9)

Ketika bangsa Israel masih di Mesir, Allah melembagakan hari raya Paskah. Paskah peringatan pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Ketika Firaun tetap mengeraskan hatinya walaupun setelah melewati sembilan malapetaka, tulah kesepuluh akan melibatkan kematian anak sulung di seluruh Mesir.

Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan. (Keluaran 11:5)

Allah mengatakan kepada Musa bahwa anak-anak Israel akan terhindar dari penghakiman ini jika mereka akan menempatkan darah anak domba pada tiang pintu rumah mereka.

Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. (Keluaran 12:12-14)

Darah di atas tiang pintu akan menyebabkan malaikat kematian melewati rumah tersebut. Bangsa Israel diperintahkan oleh Tuhan untuk merayakan Paskah sebagai peraturan permanen untuk tetap mengingat kasih karunia-Nya (Keluaran 12:14).

Paskah harus dirayakan setiap tahun pada hari keempat belas bulan pertama (Keluaran 12:6). Tanggal ini adalah persis dengan tanggal ketika Israel berkemah di Gilgal. Sama seperti sunat, bangsa Israel juga tidak melakukan Paskah sejak peristiwa di Kadesh-Barnea.

Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. (Yosua 5:10)

Berkat dan mujizat

Jika kita diminta untuk memilih antara berkat dan mujizat manakah yang akan kita pilih? Rencana Tuhan bagi kita adalah untuk hidup dalam berkat, bukan dalam mujizat. Hal ini nampak dalam peristiwa ketika bangsa Israel berhenti menerima mujizat, yaitu pada saat manna berhenti dan mulai menerima berkat, yaitu hasil tanah Kanaan yang melimpah.

#1 Berkat hasil Tanah Kanaan

Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. (Yosua 5:11)

Tiga kali dalam dua ayat ditulis mengenai bagaimana bangsa Israel “makan hasil negeri itu”. Ini adalah hal yang penting. Tidak diragukan lagi penduduk daerah tersebut telah meninggalkan ladang gandum di belakang mereka ketika mereka melarikan diri ke Yerikho untuk menyelamatkan diri.

Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku. (Mazmur 23:5a)

#2 Mujizat: Manna

Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. (Yosua 5:12)

Paskah mengingatkan mereka bahwa Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, tetapi di lain pihak manna mengingatkan mereka akan Mesir .

"Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3)

Setelah 40 tahun mereka makan manna (Keluaran 16:1-35), mereka akhirnya bisa makan dengan bebas dari hasil tanah Kanaan. Memang selama 40 tahun setiap hari Tuhan melakukan mujizat dengan menyediakan makanan kepada sekitar 2 juta orang Israel. Tetapi sebenarnya Tuhan menginginkan anak-anak-Nya untuk hidup dalam berkat bukan dalam mujizat. Karena berkat jauh lebih melimpah daripada mujizat.

Selama 40 tahun mereka tidak perlu bekerja atau bercocok tanam atau membeli makanan, Tuhan menyediakan makanan bagi mereka. Tetapi hal itu dilakukan karena bangsa Israel dalam kondisi krisis. Bayangkan bagaimana caranya setiap hari memberi makan 2 juta orang di tengah padang gurun? Maka perlu dibuat mujizat.

Mujizat selalu terjadi karena ada krisis, atau masalah, mujizat juga selalu dilakukan untuk menarik orang datang kepada Tuhan. Tetapi rancangan Tuhan untuk anak-anak-Nya adalah untuk hidup dalam berkat. Ketika orang Israel sudah masuk ke Tanah Perjanjian mereka bisa memilih makanan yang ingin mereka makan, tidak hanya satu jenis seperti manna. Tanah Perjanjian sudah menyediakan berkat bagi bangsa Israel, tetapi mereka harus mengusahakannya dengan bercocok tanam, memelihara, menuai dan mengolah tanah tersebut.

Kesimpulan

Dalam minggu ke enam dari “9 Weeks of Breakthroughs” ini kita diingatkan akan dua perintah perjanjian lama yang harus dilakukan oleh orang Israel setelah mereka menyeberangi sungai Yordan yaitu Sunat dan Paskah. Sunat adalah tanda fisik perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel.

Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. (Ulangan 10:16)

Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup. (Ulangan 30:6)

Kita juga harus melakukan sunat tetapi bukan sunat secara fisik tetapi sunat hati, yaitu meninggalkan keinginan dosa kita, taat kepada Tuhan dan hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa kita. Rasul Paulus menulis

Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa. (Kolose 2:11)

Kita juga diajar untuk mulai hidup dalam berkat sesuai dengan rencana awal Tuhan (Kejadian 1:22,28) dan tidak mengandalkan mujizat.

Karakteristik mujizat:

  • Mujizat menjadi respons terhadap masalah/krisis, apakah kita mau selalu berada dalam krisis?
  • Mujizat tidak berlimpah dibandingkan dengan berkat. Ingat, manna yang diterima oleh orang Israel selama 40 tahun dibandingkan dengan berkat di tanah perjanjian, (Keluaran 16:35; Yosua 5:12) ketika bangsa Israel sangat ‘bosan’ dengan manna, mereka bersungut-sungut karena menerima “mujizat” ini sehingga Tuhan marah (Bilangan 11:6-10).
  • Mujizat sifatnya sementara, sedangkan berkat berkelanjutan (Bilangan 23:19-20). Mujizat selalu melampaui atau melawan hukum alam yang sudah Tuhan tetapkan sebelumnya. Yesus tidak selalu berjalan di atas air, air tidak selalu menjadi anggur dan setelah 40 tahun, manna pun akhirnya berhenti.

Mujizat bukan tidak penting, karena mujizat digunakan untuk menarik orang kepada Yesus dan sebagai tanda otoritas orang percaya dalam melakukan pelayanan. Mujizat juga digunakan pada saat-saat yang mendesak atau kepada mereka yang belum dewasa (contoh bangsa Israel yang baru keluar dari Mesir). Tetapi mujizat bukanlah rencana awal Allah. Sebaliknya, milikilah mentalitas anak-anak Tuhan yang sudah dewasa, yang mengerti bahwa ia sudah diberkati!

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. (Efesus 1:3)

Amin.