Ajaran Gereja Shincheonji (Sikap Teologis GBI)
Gereja Bethel Indonesia
A. Latar belakang kajian[1]
Respons ini dibuat bermula adanya informasi dari BPD Kepulauan Riau terkait sebuah organisasi/gerakan yang bernama Shincheonji yang secara masif dan rapi melakukan pengaruhnya kepada Kekristenan di Kepulauan Riau melalui kelas-kelas Alkitab secara gratis, yang diduga difasilitasi sebuah komunitas atau sebuah gereja dari Korea Selatan.[2] Namun, menurut the Jakarta Post, Shincheonji dan ajarannya sudah masuk ke Indonesia dan dapat dijumpai di beberapa kota besar seperti Palangkaraya, Yogyakarta dan Surabaya, bahkan di daerah-daerah lain juga.[3]
Karena semakin gencarnya pergerakan Shincheonji dalam menyebarkan ajarannya, tentu sangat berdampak bagi gereja pada umumnya, dan bagi GBI secara khusus. Oleh karena itu, Departemen Teologi memandang penting untuk melakukan kajian terkait ajaran dimaksud. Setelah melakukan kajian terhadap sumber informasi, baik melalui dokumen-dokumen, website, YouTube, dan lain-lain, berikut ini merupakan hasil kajian Departemen Teologi GBI terhadap ajaran Shincheonji.
B. Sejarah singkat dan perkembangan Gereja Shincheonji
Shincheonji (arti: Langit Baru dan Bumi Baru) yang secara resmi dikenal sebagai Gereja Yesus Sang Bait Tabernakel Kesaksian, adalah nama sebuah organisasi keagamaan baru, yang didirikan pada tanggal 14 Maret 1984 di Gwacheon, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan oleh Lee Man-hee.[4] Hingga kini Shincheonji mengklaim bahwa mereka memiliki lebih dari 245.000 pengikut di 24 negara termasuk Indonesia.[5]
David W. Kim menjelaskan bahwa doktrin Shincheonji berpusat pada kitab Wahyu yang di dalamnya terdapat empat teori utama. Teori Realisme (kemurtadan-penghancuran-keselamatan) yang artinya nubuatan yang dicatat dalam Kitab Wahyu dibuat di Korea pada abad ke-20.
Di sini, Shincheonji menafsirkan bahwa Bait Suci Tabernakel Yoo Jae Yul di Gwacheon adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam Kitab Wahyu dan merupakan kesaksian atas pekerjaan kemurtadan, penghancuran, dan penyelamatan mereka selanjutnya. Sampai kemurtadan dan kehancuran seperti itu terjadi, Kitab Wahyu belum digenapi dan pekerjaan keselamatan belum dimulai, dan hanya Bait Suci Injili Perjanjian Baru yang merupakan kerajaan Allah yang sejati. Mereka percaya bahwa proses penggenapan ramalan tersebut digambarkan dalam perumpamaan sejarah Bait Suci tersebut.[6]
Lebih lanjut Kim menuliskan tentang pemimpin mereka yaitu Lee Man Hee sebagai satu-satunya orang yang dapat memberikan penguasaan penuh terhadap kitab suci. Gerakan apokaliptik mengajarkan bahwa dunia telah berakhir dan mereka semua kini berada di akhirat. Pendirinya digambarkan dalam berbagai figur termasuk sebagai 'Pendeta yang Dijanjikan' yang menggantikan Yesus. Dengan kata lain, Lee mengajarkan bahwa dirinyalah sang mesias (kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali) atau juru bicara sang mesias. Bagi mereka, Yesus bukanlah Tuhan. Roh Kudus hanyalah sekelompok malaikat. Lee juga didukung sebagai 'orang yang menang' dari Kitab Wahyu. Selanjutnya, tidak hanya sosok Rasul Yohanes saja, namun sosok Roh Kudus (Penasihat) juga kerap diterapkan pada dirinya.[7]
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Shincheonji memiliki ciri-ciri khas seperti pewahyuan eksklusif, peninggian atas sosok pendiri, keselamatan eksklusif bagi kelompoknya sendiri. Shincheonji juga termasuk gerakan apokaliptik dan bisa dikategorikan sebagai “doomsday cult”[8] yaitu kultus yang percaya pada apokaliptisisme dan milenarianisme.
Shincheonji mengemuka di media pemberitaan dunia pada tahun 2020, di awal masa pandemi. Pada saat itu, beberapa jemaat Gereja Shincehon-Ji cabang kota Daegu, Korea Selatan, menjadi sorotan dunia karena menghadiri ibadah setelah kembali dari China (negara pertama yang melaporkan kasus wabah Covid19). Paling tidak 90 orang yang mengikuti ibadah di Gereja Shincheonji terkena virus Corona.[9] Media Indonesia, Okezone News, melaporkan Sekte Keagamaan yang bernama Gereja Yesus Kuil Tabernakel Kesaksian (Shincheonji) di Daegu diidentifikasi sebagai sarang penyebaran virus Corona.[10]
Aktivitas gereja Shincheonji mulai masuk di Indonesia sejak 2018 melalui 3 NGO (LSM) Korea yaitu HWPL (Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light), IWPG (Internasional Women’s Peace Group) dan IPYG. Adapun Ketua dari HWPL adalah Lee Man-hee sendiri. Beberapa media nasional memberitakan aktivitas HWPL di Indonesia,[11] terkait kerjasama di bidang pendidikan. Melalui organisasi HWPL, gereja Shincheonji telah bekerja sama dengan lembaga pendidikan besar seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Adapun unit kerja sama yang dibangun meliputi bidang pendidikan, perdamaian dan budaya. Tampaknya banyak kampus dan sekolah lain yang terkecoh akibat kamuflase HWPL ini di Indonesia.[12]
Selain itu, melalui organisasi IWPG, Shincheonji juga bergerilya memasuki sekolah Dasar hingga Menengah. Dengan lihai mereka menyasar pelajar SD-SMA melalui aktivitas seperti kompetisi menggambar. Saat melakukan pendaftaran lomba maka setiap partisipan harus mengisi Google Form yang memuat identitas peserta, termasuk kontak orang tua atau wali. Setelah mereka memiliki data kontak partisipan maka langkah berikutnya adalah mereka akan menjalin komunikasi lewat chat pribadi/WhatsApp untuk mempromosikan ajaran Shincheonji.
Melalui komunikasi yang intensif, faktanya banyak orang Kristen di Indonesia yang telah tergabung ke dalam komunitas Shincheonji. Menurut banyak pengakuan, apabila seseorang telah masuk menjadi anggota dalam komunitas Shincheonji maka akan sulit baginya untuk keluar dari komunitas tersebut. Lebih parah lagi, beberapa anggota Shincheonji bahkan akan menolak untuk menjalin relasi dengan keluarganya termasuk keluarga kandungnya, kecuali anggota keluarganya itu sudah masuk dan terhisab sebagai anggota Shincheonji. Jadi Shincheonji dalam kehidupan bersama telah membawa disintegrasi dan merusak relasi persaudaraan dalam keluarga dan persahabatan.[13] Walaupun mereka suka mengusung tema ‘perdamaian’ dalam gerakannya, namun patut disayangkan secara ekstrim, anggota Shincheonji justru berani meninggalkan keluarganya atau kabur dari rumah dan lebih mengutamakan komunitas Shincheonji.[14]
Dalam sejarah Kekristenan, Korea Selatan merupakan negara yang memiliki pertumbuhan jemaat dan atau gereja yang sangat cepat dan signifikan. Namun seiring itu pula, pada kenyataannya banyak aliran heterodoksi yang juga bertumbuh dengan pesat. Karena itulah, gereja yang kuat harus mengakar pada doktrin yang sehat dan kuat.
C. Perbedaan pokok ajaran Shincheonji dengan ajaran GBI
Berikut perbedaan yang kontras antara pokok ajaran GBI dan Shincheonji, yang kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
Ajaran Shincheonji | Ajaran GBI |
---|---|
1. Entitas Fisik menurut Wahyu 21:1 dan Wahyu 22:16 | 1. Penggenapan Wahyu 21:1 dan Wahyu 22:16 |
|
|
|
|
|
|
2. Pengkultusan terhadap Lee Man-hee | 2. Kultus Individu |
Beberapa pokok ajaran dan pengakuan gereja Shincheonji terhadap Lee Man-hee seperti yang tertulis pada website resmi Shincheonji:[20]
|
|
3. Doktrin Keselamatan | 3. Doktrin Keselamatan |
|
|
4. Doktrin Roh Kudus | 4. Doktrin Roh Kudus |
|
|
5. Pendalaman Alkitab | 5. Pendalaman Alkitab |
|
|
D. Respons pastoral
- Implikasi pastoral bagi para pejabat dan jemaat GBI
- GBI melarang seluruh pejabat dan jemaat GBI untuk bergabung atau pun mengikuti gereja dan ajaran Shincheonji karena tidak alkitabiah.
- GBI mendorong para pejabatnya untuk memberikan pengajaran yang alkitabiah kepada jemaat yang dilayani.
- GBI menyerukan para pejabat dan jemaat GBI agar sangat berhati-hati terhadap berbagai tawaran menarik berbentuk kegiatan kultural atau studi Alkitab yang identitas penyelenggaranya memiliki profil heterodoksi.
- Rekomendasi sikap kepada BPP GBI
- Gereja Shincheonji merupakan sebuah komunitas pengajaran yang digerakkan oleh pendeta Lee Man-hee dan sudah masuk ke Indonesia serta memiliki anggotanya. Terdapat indikasi heterodoksi dan pengkultusan individu dalam ajaran Shincheonji, karenanya BPP harus melakukan pencegahan sedini mungkin.
- Ajaran Shincheonji telah membuat keresahan dan cenderung memecah belah gereja-gereja di Indonesia, secara khusus di kota Batam. Terkait dengan hal ini, maka BPP GBI perlu menghimbau para pejabat dan gereja lokal untuk menolak ajaran Shincheonji.
- Berdasarkan fakta bahwa ajaran Shincheonji sudah menyebar di Indonesia melalui komunitas pengajaran dan seminar-seminar. Terkait dengan hal ini, maka BPP GBI harus melaksanakan seminar-seminar pengajaran yang lebih unggul dan komprehensif sesuai dengan doktrin teologis GBI.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka implikasi pastoral bagi para pejabat dan jemaat GBI adalah sebagai berikut:
Referensi
- ^ Disclaimer: UNTUK KALANGAN SENDIRI. Kajian GBI ini dimaksudkan bagi kepentingan internal GBI sebagai bagian dari pertanggungjawaban organisasi bagi umat dan pejabat GBI. Dilarang bagi pihak-pihak non GBI mengkopi dan mendistribusikannya
- ^ Surat dari BPD Kepulauan Riau nomor 083/S.XVII/SU/BPD27/III/2024 tanggal 6 Maret 2024.
- ^ https://www.thejakartapost.com/culture/2023/03/06/indonesians-talk-of-experience-in-joining-koreanreligious-sect-shincheonji-pt-1.html.
- ^ https://www.nytimes.com/2020/03/09/opinion/coronavirus-south-korea-church.html
- ^ http://enblog.shincheonji.kr/2020/03/0228-letter-of-appeal-from-shincheonji.html
- ^ David W. Kim, Dynamic Grassroots Groups in Contemporary Korean Christian NRM History, 19 Maret 2019. doi:10.3390/rel10030212
- ^ Kim, Dynamic Grassroots Groups
- ^ Phillip Jenkins, Mystics and Messiahs: Cults and New Religions in American History. (United States:Oxford University Press, 2000), 216, 222.
- ^ https://www.reuters.com/article/us-china-health-southkorea-cases/like-a-zombie-apocalypse-residentson-edge-as-coronavirus-cases-surge-in-south-korea-idUSKBN20E04F/, diakses pada tanggal 10 Januari 2024
- ^ https://news.okezone.com/read/2020/02/21/18/2171880/sekte-keagamaan-di-korsel-diidentifikasisebagai-sarang-penyebaran-virus-korona, diakses pada tanggal 10 Januari
- ^ https://www.kompas.com/global/read/2021/03/17/011518570/hwpl-gelar-peringatan-tahunan-ke-5via-daring-diikuti-1200-peserta-dari?page=all diakses pada tanggal 29 Maret 2024
- ^ Dikutip dari kanal YouTube Channel Inspironi: https://www.youtube.com/watch?v=xXXAfQJmSdw
- ^ https://www.thejakartapost.com/culture/2023/03/06/indonesians-talk-of-experience-in-joiningkorean-religious-sect-shincheonji-pt-1.html.
- ^ https://seword.com/sosbud/shincheonji-masuk-kampus-uin-pikat-pelajar-sd-sma-p1LsvUjprf diakses pada tanggal 29 Maret 2024
- ^ Tak Ji-Il, Kim Jeong Su (diterjemahkan oleh Pdt. Setyo Pranowo), Mengenal Aliran Sesat Dalam Agama Kristen, (Korea: Tak Ji-Won, 2024), 20.
- ^ Departemen Teologi & Ajaran GBI, Respons Teologi & Pastoral: Untuk Isu-Isu yang Mengemuka (Periode 2010-2023), (Yogyakarta: PBMR ANDI, 2023), 57.
- ^ Departemen Teologi & Ajaran, Respons Teologi & Pastoral, 138.
- ^ Dave Hagelberg, Tafsiran Kitab Wahyu Dari Bahasa Yunani, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1997), 35.
- ^ Rebecca Skaggs, Priscilla C. Benham, Revelation: Pentecostal Commentary volume 3, (Deo Publication, 2009), 31
- ^ https://www.shincheonji.org/revelation/lettercontents diakses pada tanggal 29 Maret 2024.
- ^ Tak Ji-Il, Kim Jeong Su, Mengenal Aliran Sesat Dalam Agama Kristen, 21.
- ^ https://www.shincheonji.org/revelation/lettercontents, merupakan dokumen gereja Yoido Full Gospel tentang Shincheonji. Poin ini juga diperkuat oleh kesaksian Pak Mario, ex peserta kelas Alkitab Shincheon Ji (https://youtu.be/POlsp5Bq_CE?feature=shared menit 8:46-14:22)
- ^ Tak Ji-Il, Kim Jeong Su, Mengenal Aliran Sesat Dalam Agama Kristen, 21
- ^ Departemen Teologi & Ajaran, Respons Teologi & Pastoral, 30
- ^ David W. Kim, Dynamic Grassroots Groups in Contemporary Korean Christian NRM History, 19 Maret 2019. doi:10.3390/rel10030212
- ^ Jeong Su, Mengenal Aliran Sesat Dalam Agama Kristen, 22.
Sumber
- Badan Pengurus Pusat Gereja Bethel Indonesia (18 April 2024). Surat Edaran BPP GBI: Kajian Ajaran Gereja Shincheonji (SJC). Unduh PDF