Baptisan Roh Kudus (Sikap Teologis GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 27 September 2024 12.26 oleh Leo (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Pengakuan iman GBI mencatat:

Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya. Tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.

Peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis. 2) merupakan penggenapan janji Bapa tentang baptisan Roh Kudus (Kis. 1:4-5), yang memberikan kuasa kepada orang percaya untuk melayani (Kis. 1:8).

Lahir baru

Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus “beserta” orang tertentu untuk sementara waktu/ temporer (1 Sam. 16:14). Dalam Perjanjian Baru setelah Pentakosta, Roh Kudus “berdiam” dalam hati semua orang percaya selamanya (Yoh. 14:16-17). Pendiaman Roh Kudus terjadi saat lahir baru. Tidak seorang pun mengaku “Yesus Tuhan” selain oleh Roh Kudus (I Kor. 12:3). Setelah kelahiran baru kita harus mengalami baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa menjadi saksi.

Baptisan Roh Kudus berbeda dengan baptisan air yang dilakukan Yohanes Pembaptis sebagai tanda pertobatan (Luk. 3:16). Ini juga berbeda dengan yang dimaksud Paulus dalam I Kor. 12:13, “Sebab di dalam satu Roh kita semua ... telah dibaptis menjadi satu tubuh ..." Dalam ayat ini Paulus menunjukkan pengalaman pada saat seseorang mengalami kelahiran baru yang menempatkan mereka ke dalam tubuh Kristus (gereja). Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Yesuslah Pribadi yang membaptis dalam Roh Kudus (Mat. 3:11, Mark. 1:8, Luk. 3:16, Yoh. 1:33, Kis. 1:5), sedangkan Paulus menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang membaptis kita ke dalam Yesus Kristus, yaitu ke dalam tubuh Kristus (1 Kor. 12:13, Gal. 3:27). Kedua baptisan ini berbeda. Pertama-tama Roh Kudus membaptis kita ke dalam tubuh Kristus (kelahiran baru), kemudian Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus (baptisan Roh Kudus).

Baptisan Roh Kudus: Kuasa sebagai saksi dan urapan untuk melayani

Untuk dibaptis dengan Roh, seseorang harus terlebih dahulu dilahirkan oleh Roh. Baptisan Roh terjadi sesudah pengalaman kelahiran baru (keselamatan), walaupun bisa terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Kelahiran baru memberi hati dan kehidupan baru (II Kor. 5:17) sehingga kita menjadi anak Allah yang diselamatkan dan memiliki hidup kekal. I Kor. 12:3 mencatat, “Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus. Sedangkan baptisan Roh Kudus memberi kuasa Allah untuk hidup sebagai anak Allah yang menjadi saksi-Nya (Kisah 1:8). Baptisan dalam Roh Kudus bukanlah terutama untuk pengembangan kesucian dalam diri seseorang (walaupun hal ini mungkin terjadi dan harus ditingkatkan oleh baptisan dalam Roh); baptisan Roh Kudus memberi kuasa untuk melayani! (Luk. 24:49, Kis. 1:4-5, 8). Janji baptisan Roh Kudus ini diberikan kepada murid-murid yang sudah memiliki persekutuan yang akrab dengan Kristus. Nama mereka telah tertulis di surga (Luk. 10:20). Yang ditekankan Kisah 1:8 adalah kuasa untuk melayani, bukan kelahiran kembali, dan bukan pengudusan. Jadi seseorang bisa saja telah dilahirkan kembali, namun tidak memiliki baptisan dalam Roh Kudus dan urapan untuk melayani.

Perbedaan lahir baru dan baptisan Roh Kudus

Peristiwa dalam Alkitab yang menunjukkan perbedaan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus, antara lain:

  1. Para Murid Kristus. Mereka telah mengaku Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16, Yoh. 6:68-69). Yesus mengatakan bahwa nama mereka tertulis di Surga (Luk. 10:20). Setelah kebangkitan, Yesus mengembusi para muridnya dan berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:21), namun mereka tetap diperintahkan untuk menantikan janji Bapa yakni diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk. 24:49), yang kemudian digenapkan pada hari Pentakosta dengan pencurahan Roh Kudus kepada para murid (Kis. 2:1-4). Ini menunjukkan ada dua peristiwa (pengalaman) yang berbeda yang harus dialami oleh para murid dengan Roh Kudus.
  2. Orang Samaria yang bertobat (Kis. 8:14-17). Filipus memberitakan Injil di Samaria sehingga banyak orang bertobat, percaya dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Pastilah mereka telah dilahirkan baru oleh Roh Kudus ketika itu. Tapi kemudian mereka menerima Roh Kudus ketika rasul-rasul datang dari Yerusalem dan menumpangkan tangan atas mereka.
  3. Rasul Paulus. Penglihatan pada jalan menuju Damsyik membuat Paulus mengaku ketuhanan Yesus (Kis. 9:3-6). Itulah saat pertobatan Paulus yang tentu dikerjakan oleh Roh Kudus. Tetapi kemudian Ananias datang dan menumpangkan tangan ke atas Paulus, dia terlepas dari kebutaannya dan dipenuhkan Roh Kudus (Kis. 9:17).
  4. Murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-7). Paulus menemukan beberapa murid di Efesus yang telah menerima baptisan Yohanes. Paulus bertanya kepada mereka, apakah mereka telah menerima Roh Kudus ketika mereka percaya? Apakah makna pertanyaan Paulus ini? Seandainya semua murid menerima pengalaman Roh Kudus ini ketika mereka percaya, mengapa Paulus menanyakan hal ini kepada mereka? Pertanyaan itu menunjukkan bahwa mungkin saja seseorang menjadi percaya tanpa menerima kepenuhan Roh Kudus.

Bagaimana dapat menerima baptisan Roh Kudus?

Bagaimana kita dapat menerima baptisan Roh Kudus? Sesungguhnya baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan. Pemberian ini adalah kedaulatan Allah kepada orang-orang percaya yang haus akan baptisan Roh Kudus yang meminta di dalam doa dengan iman (Yoh. 7:37-39).

Bahasa roh

Bahasa roh: Tanda awal baptisan Roh Kudus

GBI meyakini bahwa tanda awal yang menyertai orang yang dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam bahasa roh. Bahasa roh ialah suatu bahasa baru yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus, suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari, suatu bahasa yang asing yang tidak dapat dimengerti oleh yang mengucapkannya, sebab ia mengucapkan hal-hal yang rahasia yang dimengerti oleh Allah saja (I Kor. 14:2).

Ini nyata dari pengalaman orang Kristen mula-mula yang dicatat oleh Alkitab:

  1. Pada hari Pentakosta, 120 murid penuh Roh Kudus dan berkata dalam bahasa lain (Kis. 2:4).
  2. Di rumah Kornelius (Kis. 10:44-48, 11:15-17).
  3. Di antara orang-orang Samaria (Kis. 8:14-19) - Ada tanda lahiriah yang dilihat Simon. Kita percaya bahwa tanda itulah berkata-kata dalam bahasa roh.
  4. Para murid di Efesus (Kis. 19:5-6).
  5. Paulus penuh dengan Roh Kudus (Kis. 9:17). Kita yakin dia berkata kata dalam bahasa roh karena ucapannya kepada jemaat di Korintus dalam I Kor. 14:18.

Apakah bahasa roh yang asli masih ada?

Apakah bahasa roh yang asli masih ada pada masa kini atau sudah berhenti setelah zaman para rasul? I Korintus 13:8-10 menunjukkan bahwa bahasa roh, nubuat, dan karunia pengetahuan (marifat) akan lenyap. Kapan? Jika yang sempurna tiba! Apakah yang sempurna itu sudah tiba? Menurut kaum Reformed ya, karena yang dipahami sebagai kesempurnaan itu adalah kanonisasi Alkitab secara lengkap - 66 kitab dihimpun menjadi satu. Sedangkan kaum Pentakosta meyakini bahwa yang sempurna itu adalah kedatangan Kristus kembali, yakni saat kita akan melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya (1 Kor. 13:11-12 dan 1 Yoh. 3:2). Jadi sampai Yesus datang kembali, bahasa roh masih tetap ada.

Manifestasi bahasa roh

Glossolalia adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh orang yang mengucapkan atau mendengarkannya, karena tidak pernah dipelajari sebelumnya. Ia mengucapkan bahasa itu karena ilham atau dorongan Roh Kudus (I Kor. 14:2).

Bahasa roh dalam Ibadah

Kadang orang bertanya: “Mengapa dalam ibadah gereja Pentakosta/ Kharismatik orang berkata-kata dalam bahasa roh bersama-sama, padahal Paulus berkata bahwa dalam pertemuan jemaat maksimal hanya 3 orang yang boleh berbahasa roh, satu demi satu dan harus ada yang menafsirkannya? (1 Kor. 14:27-28). Di sini perlu dibedakan antara:

  1. Karunia bahasa roh yang harus ditafsirkan untuk membangun jemaat (bahasa roh untuk tujuan nubuatan). Ini yang dibahas Paulus dalam I Kor. 14:27-28.
  2. Bahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus seperti yang dialami orang percaya dalam Kisah 2:1-4 (120 bersama-sama) atau dalam Kisah 19:6-7 (12 orang bersama-sama). Ini adalah bahasa roh untuk tujuan penyembahan. Jadi jika itu adalah bahasa roh sebagai tanda baptisan Roh Kudus yang fungsinya untuk membangun kerohanian diri (1 Kor. 14:4a) maka bisa dilakukan bersama-sama dalam ibadah, seperti halnya pada hari Pentakosta.

Haruskan berbahasa roh?

Apakah bahasa roh adalah satu-satunya tanda baptisan Roh Kudus? Menurut pandangan kelompok Pentakosta klasik, “Ya”. Berarti orang yang tidak berbahasa roh belum dibaptis dengan Roh Kudus. Namun kelompok neo-Pentakosta (Kharismatik) percaya bahwa bahasa roh hanyalah salah satu tanda pemenuhan Roh Kudus. Dr. H.L. Senduk dalam bukunya menulis banyak tanda baptisan Roh Kudus, termasuk bahasa roh. GBI dalam pengakuan imannya menyebutkan bahasa roh sebagai tanda awal. Jadi orang percaya didorong untuk mendapatkannya. Karena semua pemberian yang baik berasal dari Allah (Yak. 1:17), dan tentu Tuhan memberikan bahasa roh itu dengan tujuan yang baik untuk membangun kerohanian kita. Jadi pertanyaan, "Haruskah saya berbahasa roh?” sebaiknya diganti dengan, “Maukah Anda berbahasa roh?”

Faedah bahasa roh

Bahasa roh perlu digunakan terus (I Kor. 14: 5, 18, 39). Faedah bahasa roh antara lain:

  1. Tanda baptisan Roh Kudus.
  2. Menolong ketika kita lemah (Rom. 8:26).
  3. Membangun iman (menjadikan rohani kuat) – (1 Kor. 14:4, Yud. 1:20).
  4. Membuat lebih peka secara rohani.
  5. Mengucapkan bahasa rahasia (I Kor. 14:2).
  6. Menyucikan mulut kita.
  7. Menyegarkan roh kita (Yes. 28:11-12).
  8. Memuji Allah (I Kor. 14:15, Ef. 5:19).
  9. Memelihara kepenuhan Roh Kudus (Ef. 5:18).

Karunia manifestasi Roh

Baptisan Roh Kudus bukanlah merupakan sebuah puncak pengalaman rohani, melainkan pintu masuk ke dalam berjenis-jenis pelayanan dalam Roh yang disebut karunia-karunia roh. I Kor. 12:9-10 mencatat 9 karunia manifestasi Roh yang bisa digolongkan menjadi:

  1. Karunia Pernyataan, untuk mengucapkan kata: hikmat, pengetahuan, membedakan roh.
  2. Karunia Kuasa, untuk melakukan tanda-tanda ajaib: iman, menyembuhkan, mujizat.
  3. Karunia Pengungkapan, untuk mengungkapkan hal yang tersembunyi: nubuat, bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh.

Karunia tersebut dalam pelaksanaannya sering bekerja sama dan tak terpisahkan. Karunia-karunia Roh ini bukanlah sesuatu yang wajar”, dapat dipelajari, karunia alamiah, tetapi merupakan manifestasi illahi secara supranatural. Orang yang mendapat karunia ini adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Karunia Roh harus diimbangi dengan buah Roh

Karunia Roh untuk melayani ini harus diimbangi dengan buah Roh (Gal. 5:22-23). Ketika Roh Kudus memenuhi hidup seseorang maka la bekerja “keluar” dengan memberikan karunia-karunia Roh, dan “ke dalam” dengan memunculkan buah Roh. Buah Roh bukan sifat alamiah tetapi karakter orang percaya yang dibarui karena melekat pada Kristus (Yoh. 15:5). Itu meliputi:

  1. Hubungan dengan Allah (Vertikal) – pengalaman Kristen: Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera.
  2. Hubungan dengan Sesama (Horizontal) - tingkah laku Kristen: Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan.
  3. Hubungan dengan Diri Sendiri (Internal) - budi pekerti Kristen: Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri.

Karakter Kristus yang indah di dalam kita disertai karunia-karunia Roh menyebabkan pelayanan dan kesaksian kita menjadi semakin efektif.

Mengenai penglihatan: Iluminasi masa kini dan inspirasi masa lalu

Sehubungan dengan adanya hamba Tuhan tertentu yang mengaku mendapat karunia Roh, bertemu Tuhan langsung, mendapatkan penglihatan dan menerima pesan-pesan khusus atau wahyu ilahi, maka perlu dibahas perihal prinsip Penafsiran Alkitab yang perlu dipedomani. GBI percaya bahwa Roh Kudus melakukan pengilhaman tulisan Alkitab (inspiration) dan penerangan (illumination) untuk memahaminya kini. Allah tidak hanya berbicara pada masa Alkitab lalu berdiam diri, karena Alkitab adalah instrumen Roh di mana Allah terus berbicara kepada umat-Nya. Namun tidak ada pertentangan antara iluminasi masa kini dengan inspirasi masa lalu dalam Alkitab. Menekankan inspirasi saja dan mengabaikan iluminasi mengakibatkan ortodoksi mati. Menekankan iluminasi masa kini dan abaikan inspirasi masa lalu mengakibatkan kesesatan. Tidak ada wahyu baru yang ditambahkan kepada Alkitab tapi ada suatu peningkatan (progress) dalam memahami implikasi iman. Kita setuju dengan pandangan “sola scriptura” namun kita memahami selain logos (firman yang tertulis) ada rhema (firman yang hidup, yang berbicara kuat dalam hati orang percaya yang membaca Alkitab).

Penafsiran Alkitab bisa meleset karena:

  1. Merancukan (mencampuradukkan) roh sendiri dengan Roh Kudus. Akibatnya muncul penafsiran yang subyektif (banyak yang bersifat alegoris), aneh-aneh, bahkan menyesatkan. Kita harus "menguji roh-roh” (1 Yoh 4:1). Jangan menafsirkan Alkitab sesuai keinginan sendiri (2 Pet. 2:21), tapi harus mempertanggungjawabkannya pada komunitas iman. Fokusnya harus pada persekutuan orang percaya ketimbang pendapat dan pengalaman pribadi.
  2. Melihat keseluruhan dari sebagian. Alkitab itu membahas beragam ajaran yang luas dan komprehensif, karenanya jangan meneropongnya dari satu sudut saja. Misalnya: Semua ayat Alkitab dilihat dari sisi Tabernakel atau Kabar Mempelai atau Anugerah saja. Karena hal itu akan menyebabkan sikap berat sebelah dan ekstrem. Mari kita melihat yang sebagian itu dalam terang keseluruhan Alkitab.
  3. Membuat pengalaman pribadi menjadi titik tolak penafsiran Alkitab. Walaupun pengalaman pribadi penting, namun penafsiran Alkitab dan khotbah/pengajaran harus berasal dari studi/ penggalian Alkitab, bukan pengalaman, apalagi “penerawangan” secara mistik (sejenis “indra keenam”).

Prinsip hermeneutik sederhana dalam penafsiran Alkitab

Pahami prinsip hermeneutik sederhana ini:

  1. Bila Alkitab mengajar tegas dan kuat, kita juga mengajar tegas dan kuat.
  2. Bila Alkitab diam, kita juga sebaiknya diam atau berkata pelan (karena bukan firman Allah, hanya pandangan pribadi kita).
  3. Bila Alkitab hanya membahas dalam satu atau dua ayat saja, kita sebaiknya tidak membuat doktrin yang kompleks dan rumit (yang cenderung akan salah).

Pengajaran yang ditolak GBI

Dengan dasar itu GBI menolak ajaran yang diklaim sebagai berasal dari ilham roh tapi tidak sesuai dengan prinsip kebenaran Alkitab, antara lain:

  1. Ramalan tentang waktu (hari atau bulan atau tahun) kedatangan Tuhan Yesus kembali berdasarkan “ilham roh”, padahal hanya Bapa yang tahu (Mat. 24:36).
  2. Perkawinan dalam roh di mana seseorang dinikahkan secara rohani dengan orang lain, yang dianggap lebih rohani dari suami atau istrinya sendiri, supaya maksud Allah tergenapi melalui mereka.
  3. Penggunaan benda-benda rohani dengan kekuatan mistik/klenik yang diyakini membawa berkat Tuhan bila digunakan seperti: menabur garam, tepung, memasang patok-patok, dll. Kita percaya bahwa Yesus saja cukup, karena Dia penggenapan yang sempurna untuk semua gambaran yang ada dalam Perjanjian Lama.


Inti Sikap GBI tentang Baptisan Roh Kudus

  1. GBI percaya ada perbedaan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus (Kis. 1:8).

    Roh Kudus yang mendiami orang percaya selamanya pada saat kelahiran baru (Yoh. 14:16-17). Tidak seorang pun mengaku Yesus Tuhan selain oleh Roh Kudus (I Kor. 12:3). Setelah kelahiran baru kita harus mengalami baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa untuk melayani dan menjadi saksi (Kis. 1:8). Perbedaan kedua peristiwa itu nampak misalnya dalam diri: para murid Kristus (Mat. 16:16, Luk. 24:49, Kis. 2:1-4), orang Samaria yang bertobat (Kis. 8:14-17), para murid di Efesus (Kis. 19:1-7). Dengan demikian GBI menolak pandangan yang menyamakan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus.

  2. GBI percaya bahwa tanda awal yang menyertai orang yang dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam bahasa roh.

    Ini nampak pada hari Pentakosta (Kis. 2:4), di rumah Kornelius (Kis. 10:44-48), murid di Samaria (Kis. 8:14-19), murid di Efesus (Kis. 19:5-6). GBI percaya bahwa bahasa roh yang asli masih ada pada masa kini. Bahasa roh memang akan berhenti jika yang sempurna tiba (1 Kor. 13:8-12), yakni saat kedatangan Kristus kembali, pada saat kita akan melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya (I Yoh. 3:2). GBI menolak pandangan bahwa bahasa roh telah berhenti setelah zaman para rasul, atau pun sejak Alkitab telah dikanonkan menjadi satu, yang dianggap sebagai kesempurnaan yang telah tiba oleh kelompok tertentu.

  3. GBI percaya bahwa bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.

    Ini tidak berarti bahwa bahasa roh adalah satu-satunya tanda baptisan Roh Kudus, sehingga orang yang tidak berbahasa roh dianggap belum dibaptis dengan Roh Kudus. GBI juga tidak mengatakan bahwa bahasa roh adalah salah satu tanda baptisan Roh Kudus, sehingga berbahasa roh ataupun tidak, tak terlalu masalah karena itu hanyalah salah satu tanda saja. GBI mengakui bahasa roh sebagai tanda awal artinya walaupun bukan satu-satunya tanda namun ini penting sehingga orang percaya didorong untuk memintanya kepada Tuhan. Karena semua pemberian yang baik berasal dari Allah (Yak. 1:17), dan tentu Tuhan memberikan has roh itu dengan tujuan yang baik untuk membangun kerohanian kita (I Kor. 14:2,4).

  4. GBI percaya dalam ibadah bersama boleh digunakan bahasa roh beramai-ramai, bila itu adalah bahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus seperti yang dialami 120 orang percaya dalam Kisah 2:1-4 atau 12 orang dalam Kisah 19:6-7.

    Ini adalah bahasa roh untuk tujuan penyembahan. Itu berbeda dengan karunia bahasa roh yang harus ditafsirkan untuk membangun jemaat, yakni bahasa roh untuk tujuan nubuatan, yang dibahas Paulus dalam I Kor. 14:27 28, di mana hanya 2-3 orang saja yang boleh berbahasa roh, seorang demi seorang, dan harus ada yang menafsirkannya.

  5. GBI percaya terhadap prinsip penafsiran Alkitab yang benar, sehingga tidak ada pertentangan antara “ilham roh” dengan apa yang tercatat dalam Alkitab.

    GBI menolak penafsiran Alkitab yang meleset karena: mencampuradukkan roh-nya sendiri dengan Roh Kudus, melihat seluruh Alkitab dari sebagian kebenaran, menjadikan pengalaman pribadi menjadi titik tolak penafsiran Alkitab.

Referensi

  • Departemen Teologi (2018). Pdt Henky So, MTh, et. al.. ed. Sikap Teologis Gereja Bethel Indonesia: Pasal 2 Baptisan Roh Kudus. Departemen Teologi Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. 

Lihat pula