Harta sorgawi dalam bejana tanah liat

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.25 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)

Kita yang melayani Tuhan di dalam perjanjian baru kasih karunia hidup dengan harta sorgawi di dalam bejana tanah liat. Kita adalah “bejana tanah liat." Meskipun kita dilahirkan kembali melalui iman kepada Kristus, kita masih memiliki tubuh jasmani yang kita warisi dari Adam. “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Korintus 5:1). Walaupun kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus, kita masih hidup di dalam keterbatasan hidup manusia alamiah. “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah” (Galatia 2:20).

Benar, kita adalah “bejana tanah liat." Kita rapuh, lemah, penuh dengan kekurangan. Pada dasarnya kita dibuat dari tanah. “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kejadian 2:7). “Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat” (Ayub 10:9). Kita ini seperti vas bunga dari tanah liat. Hal ini seharusnya membuat kita rendah hati. Namun, adalah baik jika kita merasa rendah hati karena “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6). Lebih lagi, Tuhan sangat mengerti kondisi kita. “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu” (Mazmur 103:14). Juga merupakan hal yang memerdekakan jika kita menyadari bahwa kita adalah bejana tanah liat. Tuhan tidak akan menuntut kita untuk menjadi lebih dari pada sebuah bejana tanah liat. Ia ingin agar kita menjadi seperti tujuan sebuah bejana dibuat, yaitu menjadi tempat menampung sesuatu.

Sesuatu yang ditampung oleh bejana tersebut adalah harta sorgawi. “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat." Beberapa ayat berikutnya menyebutkan apa harta tersebut. Yaitu Kristus sendiri: “Supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini” (2 Korintus 4:11). Allah menghendaki agar Kristus datang dan tinggal di dalam dan melalui bejana tanah liat hidup kita. “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kolose 1:27). Tuhan Yesus ingin menjadi bunga sorgawi yang mekar di dalam bejana tanah liat hidup kita. “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” (2 Korintus 2:15). Rencana Allah adalah untuk menaruh harta sorgawi yang luar biasa di dalam bejana tanah liat yang biasa, supaya perhatian tertuju kepada hartanya, bukan kepada bejananya. “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami."

Doa

Ya Allah maha pencipta, Engkau sudah menjadikan aku bejana di mana Kristus dapat tinggal dan terlihat. Ingatkan aku senantiasa akan rencana-Mu ini. Tolong aku untuk mengingat bahwa harta sorgawi yang seharusnya menjadi fokus dan pengharapan dari hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7) Kita yang melayani Tuhan di dalam perjanjian baru kasih karunia hidup dengan harta sorgawi di dalam bejana tanah liat. Kita adalah “bejana tanah liat." Meskipun kita dilahirkan kembali melalui iman kepada Kristus, kita masih memiliki tubuh jasmani yang kita warisi dari Adam. “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Korintus 5:1).