Kesanggupan Tuhan dan janji-janji Tuhan (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.19 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. (Matius 19:26)

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. (Lukas 1:37)

Kemampuan Allah sangat berhubungan dengan janji-janji-Nya. Semakin kita percaya kepada kemampuan-Nya, semakin kita yakin atas janji-janji-Nya. Alasan utama kita ragu atas janji-janji manusia adalah karena kita tahu kemampuan manusia. Inilah perbedaan mendasar antara janji-janji Allah dengan janji-janji manusia. Kemampuan manusia terbatas oleh sesuatu yang mustahil manusia lakukan. Tuhan tidak terbatas oleh ‘kemustahilan. ’ Kebenaran ini tercermin dalam dua kisah yang menjadi dasar ayat-ayat renungan kita hari ini.

Seorang muda yang kaya datang kepada Yesus untuk mendapatkan keselamatan. “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Matius 19:16). Yesus mengutip hukum Taurat untuk membangkitkan rasa tertegur kepada pemuda ini. Namun ia salah menangkap dan merasa bahwa ia sudah melakukan hukum Taurat dengan baik. “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” (Matius 19:20). Kemudian Yesus langsung menyentuh masalah dosa utama dari pemuda ini: Menempatkan uang dan harta lebih tinggi dari pada Tuhan. “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19:21). Tetapi, pemuda ini tidak mau menempatkan Yesus lebih tinggi dari pada harta kekayaannya. “Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Matius 19:22). Yesus kemudian menjabarkan kepada murid-murid-Nya kesulitan yang dihadapi oleh pemuda tersebut. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Matius 19:23-24). Para murid gempar karena selama ini mereka berpikir bahwa orang kaya adalah yang paling mungkin masuk sorga. “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” (Matius 19:25). Yesus kemudian meluruskan cara berpikir mereka yang salah. “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Matius 19:26). Beberapa waktu kemudian, Yesus memperlihatkan bagaimana Tuhan menyelamatkan seorang kaya yang bernama Zakheus (Lukas 19:1-10).

Kisah yang kedua adalah seputar kemustahilan kelahiran Yesus dan Yohanes Pembaptis. Ketika malaikat Gabriel menyampaikan kabar kepada Maria bahwa ia akan mengandung seorang anak sebelum ia berhubungan dengan laki-laki dalam pernikahan, ia sangat tergoncang oleh karena berpikir bahwa hal tersebut mustahil terjadi. “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Lukas 1:34). Gabriel menjawab, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” (Lukas 1:35). Kemudian Gabriel itu juga mengabarkan bahwa Elisabet, saudara Maria yang mandul, sekarang sedang mengandung. Malaikat Gabriel kemudian menjelaskan perihal kandungan Maria dan Elisabet yang ilahi itu: “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. ”

Doa

Ya Allah, Engkau jauh lebih sanggup dari pada sekedar membuat unta masuk melalui lubang jarum. Engkau dapat mengampuni orang berdosa dan membuat mereka masuk ke dalam sorga. Kesanggupan-Mu untuk melakukan yang mustahil membuat aku yakin akan kepastian janji-janji-Mu, oleh karena itu aku percaya kepada firman-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. (Matius 19:26)

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. (Lukas 1:37)

Kemampuan Allah sangat berhubungan dengan janji-janji-Nya. Semakin kita percaya kepada kemampuan-Nya, semakin kita yakin atas janji-janji-Nya.