Tuntutan hukum Allah: Kesempurnaan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.07 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)

Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus membuat kesimpulan lain dari hukum Taurat: “Haruslah kamu sempurna.” Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yesus baru mengajar tentang hukum dalam kerajaan Allah. Yesus memberikan pengertian yang lebih mendalam dari hukum Tuhan dari pada apa yang sudah diajarkan oleh para ahli Taurat pada zaman itu. Yesus menunjukkan bagaimana hukum Taurat sebenarnya berbicara jauh lebih dalam dari pada sekedar perbuatan lahiriah saja.

Yesus mengajar dengan pola “Kamu telah mendengar firman… Tetapi aku berkata kepadamu…”

Sebagai contoh dalam Matius 5:27-28, Yesus mengajar tentang perzinahan. “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”

Yesus berkata bahwa sebenarnya dalam hukum Allah, perzinahan sudah dilakukan walaupun baru dalam bentuk imajinasi yang tidak kudus dalam pikiran kita.

Dalam Matius 5:21-22, Yesus juga memakai pola yang sama ketika mengajar tentang hukum Allah mengenai pembunuhan. “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.” Ketika amarah yang penuh dendam menguasai pikiran kita, kita sedang membiarkan roh pembunuhan tinggal di dalam hati kita. Pembunuhan secara fisik maupun dendam yang disimpan dalam hati layak mendapat hukuman yang sama. Semua ini berarti perintah-perintah dalam hukum Taurat Allah dapat dilanggar dengan perbuatan secara fisik, ataupun hanya dengan sikap hati yang tersembunyi.

Berdasarkan hal ini Yesus membuat kesimpulan dari hukum Taurat dengan berkata: “Haruslah kamu sempurna.” Dalam hukum-Nya, Allah mengharuskan kesempurnaan yang adalah karakter Allah sendiri. Standar hukum Allah adalah bahwa kita harus memiliki karakter yang sempurna baik dalam perbuatan maupun dalam hati kita. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Doa

Allah Bapa di dalam Sorga, Engkau begitu sempurna dalam segalanya. Sedangkan aku begitu tidak sempurna dalam segalanya. Bahkan semua pekerjaanku yang menurutku berkenan di hadapan-Mu menjadi tidak berarti karena sikap hatiku yang sangat jauh dari kesempurnaan-Mu. Oleh karena itu aku menyerahkan diriku ke dalam belas kasihan dan kasih karunia-Mu, aku memandang Engkau sebagai satu-satunya Penolongku, aku berterima kasih untuk pengampunan-Mu yang berkuasa untuk mengubah hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku. Amin.

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48) Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus membuat kesimpulan lain dari hukum Taurat: “Haruslah kamu sempurna.” Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yesus baru mengajar tentang hukum dalam kerajaan Allah. Yesus memberikan pengertian yang lebih mendalam dari hukum Tuhan dari pada apa yang sudah diajarkan oleh para ahli Taurat pada zaman itu. Yesus menunjukkan bagaimana hukum Taurat sebenarnya berbicara jauh lebih dalam dari pada sekedar perbuatan lahiriah saja.