Mengapa Tuhan izinkan kita masuk padang gurun? (Pdt Peter Tjondro, STh)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 25 Februari 2023 06.52 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| foto " menjadi "| illustrationA5 ")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom, Saudara yang dikasihi Tuhan. Kemarin sebelum berangkat ke Bogor, saya ajak anak saya yang baru berusia 5 tahun bermain ke Time Zone. Setelah jam 2 siang, saya suruh berhenti, saya suruh makan lalu kita mau pulang. Dia menangis, tidak mau pulang. Dia maunya main sampai malam. Dia lihat melalui jendela di Mal Kelapa Gading itu, dia bilang tuh masih siang. Tapi saya bilang, "Emerson, kamu harus istirahat, kamu sudah cukup lama bermain, dari jam 12 sampai jam 2 siang, sudah dua jam. Kamu harus makan, kita harus pulang." Saya tahu model anak saya, dia kalau marah bilang, "Ngga mau sama Papa!". Akhirnya kami pulang, dan sebelum saya berangkat ke Bogor, saya pesankan pada dia, "Kamu boleh jengkel sama Papa, kamu boleh marah sama Papa, tapi nanti kamu justru akan bangga karena Papa melarang kamu." Saya ke Bogor sambil sedih juga, karena dicemberuti anak saya satu-satunya.

Saya selalu ingat kata Papa saya dulu, "Kamu hari ini marah pada Papamu, membenci Papamu, tapi kamu akan bangga karena Papamu melarang." Waktu Papa saya meninggal, yang saya kangeni justru marahnya. Juga kakak saya, dalam sebuah acara peringatan keluarga kami beberapa waktu lalu, dia bilang dia kangen Papa itu marahnya.

Saya sering ditegor Papa dengan filosofi. Papa saya sering ajar saya dengan filsafat. Saya ingat sekali dari Papa saya, dia bilang begini, "Dalam hidup manusia itu, hukum yang utama adalah tabur dan tuai. Kamu menabur, kamu menuai. Percayalah itu sekalipun kamu tidak sekaligus langsung menuai. Itu semua tergantung apa yang kita tabur. Kecambah 5 hari menuai, tapi harganya ya harga kecambah. Kalau menanam padi, mungkin 3½ bulan kemudian baru menuai, tapi harganya harga beras. Dan kalau menanam durian, 7 tahun baru panen, tapi hasilnya buah durian, harganya harga durian. Jadi, seberapa besar kamu nanti, sebesar apa yang kamu tabur hari ini. Kalau kamu menabur kesetiaan, ketaatan, perhatian, maka kamu akan melihat nanti betapa berbahagianya."

Kemarin pagi kemenakan saya dari Sragen datang. Saya omongi dia, "Om pesan satu hal, Mamamu sekarang kerja keras di Sragen jualan Roti, Lebaran pun pagi sampai malam. Kamu percaya saja, siapa yang paling mengasihi orang tua itu paling diberkati. Yang paling perhatian dengan Emak itu Mamamu, bahkan waktu Emak sakit, sempat satu tahun kalau kencing pun ngompol, bau sekali. Tidak mau mandi juga. Tapi satu-satunya yang paling memperhatikan adalah Mamamu. Lihat sekarang, dari lima anak, dia yang paling diberkati."

Saudara sekalian, kalau mau diberkati Tuhan, jangan sampai tidak memperhatikan orang tuamu!

Kakak laki saya pertama, juga sangat perhatian pada Mama saya. Kakak saya Direktur di perusahaan Astra, tapi kalau Mama saya datang ke Jakarta, dia tidak akan utus Sopir untuk jemput Mama saya. Dia sendiri yang pergi jemput. Kadang saya iri juga dengan Kakak saya itu, karena saya sibuk pelayanan sehingga saya tidak bisa menyempatkan diri.

Satu perkara yang luar biasa, Tuhan tidak pernah merancangkan persoalan dalam hidup Saudara tanpa Tuhan menyeimbangkan dengan segala sesuatunya.

Ingat, besar-kecilnya kita, tergantung dari apa yang kita tabur.

#1 Siap menerima yang 'plus' dari Tuhan

Tuhan sedang menginvestasikan sesuatu dalam hidup kita, sekalipun itu bentuknya adalah proses dalam hidup kita.

Ulangan 8:3-9, Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.

Di sini ada paradoks. Dikatakan bahwa Tuhan membiarkan lapar tapi juga makanan. Jadi ada proses, tapi juga ada pertolongan Tuhan, ada maksud Tuhan bahwa manusia bukan dari roti saja, tapi dari segala yang diucapkan Tuhan!

Ayat 4, Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.

Lihat, ada tidak pakaian yang tidak menjadi buruk selama 40 tahun? Baju yang dikenakan bangsa Israel selama 40 tahun tidak menjadi rusak. Bukankah itu mujizat?

Tidak mungkin pakaian itu bisa sama bagusnya selama 40 tahun, tapi bagi bangsa Israel, pakaiannya tidak menjadi buruk. Coba bayangkan, kalau pakaiannya sedikit-sedikit ganti, betapa banyak domba harus dibunuh untuk 2 juta orang Israel. Jangan-jangan sampai tanah perjanjian, mereka sudah jadi miskin.

Bahkan dikatakan dalam Firman Tuhan, kakinya tidak menjadi bengkak! Saya naik pesawat 8 jam, naik gunung Sinai, kaki sudah mulai bengkak. Kalau ada orang duduk di sebelah saya, saya suruh pindah saja, karena saya perlu meluruskan kaki. Apalagi ini jalan kaki selama 40 tahun! Tapi luar biasa, ini mujizat Tuhan.

Ayat 5, Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya.

Anda boleh marah pada Tuhan karena Tuhan izinkan hidup dalam penderitaan, dan lihat bangsa Israel selama 40 tahun berjalan, tempat yang disediakan Tuhan tidak senyaman ketika mereka ada di Mesir, tapi Tuhan sedang mengajari mereka seperti seseorang mengajari anaknya! Saudara, Tuhan mengajar segala sesuatu. Belajar itu tidak ada batasnya. Hidup itu untuk belajar. Segala sesuatu yang terjadi pada Israel itu karena Tuhan sedang mengajar umat-Nya.

Ayat 6-7, Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia. Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung;

Mengapa harus belajar? Saudara, negeri yang baik itu dalam bahasa aslinya berarti negeri yang excellent. Luar biasa baiknya!

Sebuah negeri yang luar biasa. Di Timur Tengah tidak mudah cari mata air seperti itu, tapi Tuhan janjikan, negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung!

Ayat 8-9, suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga.

Ada tujuh buah holy fruits di Alkitab. Fungsi buah-buahan ini luar biasa. Orang Israel boleh makan apa saja tidak akan jadi penyakit, karena 7 buah holy fruits ini mengandung banyak hal. Zaitun menghancurkan kolesterol. Saya gemuk, tapi tidak tinggi kolesterol karena saya menggunakan minyak zaitun. Lalu buah Delima. Delima sekarang mahal di Indonesia. Fungsinya menghancurkan semua efek dari daging domba atau kambing, menurunkan tekanan darah tinggi. Minum segelas jus delima saja, tekanan darah langsung turun.

Kalau saya ke Israel, kadang saya minta roti ke waitress setelah breakfast di Hotel. Dikasih satu kantong besar! Ternyata itu roti dari kemarin. Kalau di Indonesia, 2-3 hari roti masih dimakan. Malah roti yang sudah agak lama, dikeringkan, di-recycle dikasih mentega, dipanasi di oven, jadilah roti kering. Di sana, makan roti tidak usah berhemat, karena janji Tuhan, engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat!

Saudara, jangan pernah marah ketika Tuhan memproses Anda, ketika Tuhan membiarkan Anda dalam satu kesulitan. Alkitab dengan tegas, salah satu contohnya perjalanan bangsa Israel ini, Allah membiarkan mereka dalam kesulitan, berjalan, tapi destiny-nya adalah bangsa yang berlimpah-limpah yang nilainya jauh lebih besar dari yang mereka tinggalkan! Tuhan pasti ingin memberikan sesuatu yang plus. Kalau Tuhan izinkan Anda meninggalkan sesuatu, Tuhan pasti sedang memberikan yang plus-plus!

Kalau toko Saudara yang terbakar, jangan marah pada Tuhan! Saya katakan, Tuhan biarkan kehilangan itu untuk mempersiapkan toko yang plus-plus atas hidup Saudara!

Ini kata kunci yang pertama! Persiapkan diri menerima yang plus-plus dalam hidup Saudara dan saya!

#2 Relakan sebagian

Jangan pernah menuntut berkat Tuhan yang lebih besar, tanpa mau kehilangan sedikit pun yang kita punya.

Ketika Abraham disuruh mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran, Ishak waktu itu sudah berusia 30 tahun, siap menggantikan Abraham. Dan ketika sedang mempersiapkan anaknya itu menjadi 'Presdir' dari segala miliknya, tahu-tahu Tuhan mau ambil Ishak, anaknya. Anaknya yang pertama, Ismael, sudah dibuang, tahu-tahu Ishak juga mau diambil alih Tuhan. Tapi, Abraham adalah tokoh yang luar biasa. Dia taat, Ya Tuhan, aku bawa. Waktu Ishak tanya, masih kurang kurbannya, Abraham hanya katakan, Jehovah Jireh, Tuhan yang akan menyediakan. Ketika mengatkan itu, saya bayangkan tentu Abraham sedih hatinya. Tapi Abraham hanya diam, dia tidak membuka pada Ishak saat itu, karena iman Abraham belum tentu bisa dimengerti Ishak saat itu.

Saudara, bukankah kadang beriman itu bisa menyebabkan konflik dengan pasangan hidup kita? Kadang suami mau memberi, tapi istri bilang, kita cuma punya segini masa mau persembahan? Kadang laki-laki dan perempuan berbeda dalam melihat hal seperti ini sehingga mau memberi pun menjadi konflik. Diumumkan persembahan lalu konflik. Istri bilang, nanti saja kalau sudah meledak proyeknya baru beri! Suami bilang, itu bukan iman! Sikap kita sebagai suami bagaimana? Diam saja. Abraham mengajar anaknya diam. Belum tentu anaknya mengerti iman Abraham. Tapi ketaatan Ishak kepada ayahnya, juga luar biasa. Saya tidak tahu bagaimana perasaan Abraham, tapi ada satu dimensi yang luar biasa, dia percaya Allah tidak pernah berhutang budi.

Dalam Ibrani 11:17-18, dikatakan bahwa sekalipun Ishak adalah anaknya satu-satunya yang dikasihinya, Abraham percaya bahwa Tuhan pasti akan membangkitkan Ishak-Ishak yang lain. Luar biasa. Abraham tahu sikap Allah. Dan ketika dia mau membunuh Ishak, Allah berkata, jangan bunuh anak itu! Sekarang Aku tahu engkau tidak akan segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku!

Kemudian ada 4 janji Tuhan pada Abraham saat itu, diberkati berlimpah-limpah, akan menjadi bangsa yang besar, keturunan Abraham akan menduduki kota-kota musuhnya, dan oleh keturunannya semua bangsa di bumi akan mendapat berkat. Saudara, kapan janji itu diucapkan Tuhan? Apakah sebelum Abraham hendak membunuh Ishak? Tidak! Janji itu dinyatakan justru ketika Ishak akan dibunuh.

Saudara, jangan pernah menantikan berkat Tuhan tanpa kita mau apa yang ada dalam hidup kita diambil sebagian.

Ayub tidak akan dilipatgandakan tanpa Ayub mempersembahkan apa yang ada pada Tuhan. Tanpa Ayub rela, tidak mungkin Allah memberkati dia. Sifat Allah itu menuntut kita untuk memberi. Ada persoalan, tapi ada misteri Tuhan! Jangan lupa, Allah ingin memberi yang terbaik, tapi Allah juga menuntut sebagian dari Anda, agar Anda memberi yang terbaik.

Relakan sebagian dari Saudara, yang Tuhan tahu sudah tidak berarti, dibuang, dengan maksud mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

#3 Muliakan Tuhan

Kenapa Tuhan izinkan kita masuk Padang Gurun? Yang ketiga, ada satu destiny yang Tuhan berikan bagi hidup kita, yaitu supaya hidup kita memuliakan Tuhan.

Tuhan mau "titip" kemuliaan kepada Saudara. Karenanya ada bagian hidup Saudara yang Tuhan merasa tidak layak untuk dipakai Saudara untuk dibuang.

Sebuah ilustrasi, istri saya marah kalau saya pakai kaos kesayangan saya yang sudah lama, yang dulu saya beli di PBB di New York, saya suka ada logonya United Nations. Kaos itu enak sekali dipakai. Nyaman sekali walau sudah melar sana-sini. Istri saya bilang kalau dia benci kaos itu. Akhirnya dia robek dijadikan kain pel. Saya mau marah tidak bisa, ada satu jawaban yang menyentuh saya. Dia bilang, Aku nggak mau kamu diejek orang. Aku nggak mau orang mengritik kamu. Saya tidak malu, karena kamu memang suami saya. Tapi saya tidak siap kalau ada orang menjelekkan kamu karena kamu adalah suami saya.

Saudara, sadarkah kita? Kita adalah gambar dan rupa Tuhan. Imago Dei. Image of God. Kenapa Tuhan mau mengambil sebagian dari hidup Saudara, karena Dia mau memberikan atribut yang baru.

Mungkin Tuhan katakan, kamu sudah tidak layak naik sepeda, karena Tuhan mau kasih mobil.

Bersikap sederhana bukan berarti memiskinkan diri. Tidak usah membesar-besarkan yang ada. Tapi kalau Anda diberkati Tuhan, boleh tidak memuliakan Tuhan dengan hartamu? Anda pakai mobil yang bagus atau Anda naik pesawat di business class, Anda bisa bersaksi, ini berkat Tuhan, Tuhan yang memberkati, Puji Tuhan. Muliakan Tuhan dengan harta-Mu!

Saudara boleh saja pakai jam tangan yang bagus, asal bukan untuk menjatuhkan orang lain. Yang penting Anda bisa memuliakan Tuhan, menjadi kesaksian bahwa anak-anak Tuhan diberkati Tuhan, dimuliakan Tuhan.

Hidup harus balance. Menikmati hidup juga itu berkat Tuhan. Amin? Jangan pikir, kalau makan nasi dan tempe terus itu memuliakan Tuhan. Kalau Tuhan berkati, kenapa tidak ajak keluarga kita makan di restoran yang bagus?

Saudara, izinkan Tuhan memproses dirimu karena Dia mau memberikan yang terbaik, karena ada kemuliaan Tuhan yang Tuhan siapkan bagi diri Saudara. Muliakan Tuhan, karena engkau diberkati Tuhan.

Amin.