Kekudusan bagi Generasi Yeremia (Sikap teologis)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 18 November 2022 17.29 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| nama=" menjadi "| name=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Logo OSP.png
Sikap teologis
GBI Jalan Gatot Subroto
Tanggal13 September 2020
PenulisPdm Mickey Kambey, MA
Video Voice of Pentecost 17 (Bryan Colin Njotorahardjo )
Unduh Unduh OSP

Ini adalah hari-hari yang sangat menentukan bagi setiap umat Tuhan di akhir zaman ini, saat di mana semua orang sedang ada dalam kondisi yang serba tidak menentu karena pandemi yang melanda seluruh dunia. Ada dua pilihan yang ada di hadapan kita, larut dengan keadaan disekeliling kita, atau bangkit dan melakukan kehendak Allah pada jaman ini. Salah satu panggilan dan kehendak Allah pada jaman ini ialah Dia akan membangkitkan satu generasi yang disebut sebagai Generasi Yeremia. Satu generasi anak-anak muda yang dipersiapkan untuk penuaian yang terbesar di akhir zaman ini.

I. Generasi Yeremia

Ciri dari Generasi Yeremia, seperti yang disampaikan oleh Gembala Sidang kita, ialah: “Anak-anak muda yang dipenuhi dengan Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa dan akan bergerak untuk memenangkan jiwa.” Artinya Generasi ini akan bergerak dalam pengurapan Roh Kudus dan mereka akan berjalan dalam kekudusan yang radikal[1], karena kasih yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.

Ketika anak-anak muda ini berjalan dalam pengurapan dan kekudusan, sesuatu yang dahsyat pasti terjadi! Namun setan juga tahu persis akan hal itu, itu sebabnya setan berusaha untuk menghancurkan kehidupan setiap anak muda bahkan sedari mereka masih sangat belia, yaitu dengan dosa dan segala daya tariknya. Di zaman sekarang ini, orang bahkan tidak perlu harus sampai keluar rumah untuk berbuat dosa, tapi dari dalam rumah pun keterikatan terhadap dosa sanggup menguasai hidup mereka. Melalui internet, percabulan, pornografi, pola pikir yang duniawi, disodorkan dengan begitu bebasnya[2] . Tanpa disadari, iblis sedang menghancurkan, mengebiri, menggagalkan satu generasi yang seharusnya ditentukan untuk berjalan dalam kuasa, pengurapan dan berkat ilahi.

“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 4:16-18)
“…dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14)

Kedua ayat di atas adalah bukti diantara begitu banyak Firman Tuhan yang menunjukkan bahwa Kekudusan adalah perintah dan syarat yang dari Tuhan kalau ingin melihat kuasa dan kemuliaan-Nya dinyatakan. Sebaliknya, dosa adalah penyebab utama gagalnya -atau tertundanya- rencana dan kehendak Allah yang sempurna dalam diri dan kehidupan orang percaya. Sayangnya banyak anak Tuhan tidak menyadari akan hal ini. Setan akan selalu berusaha menutupi kebenaran ini dengan berbagai tipu muslihatnya dan cara yang paling ampuh yang dipakainya ialah dengan menyodorkan segala aktifitas dosa dan keduniawian dengan akses yang seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya agar supaya hal-hal tersebut dipandang sebagai sesuatu yang lumrah, yang normal di zaman sekarang ini. Melalui internet, melalui budaya, melalui cara pikir yang bebas, iblis mau supaya dunia menerima semua hal yang najis itu sebagai hal yang biasa. Setan tahu persis bahwa yang paling cepat terbuka untuk menerima dan mengadopsi semua itu adalah Generasi Muda.

II. Adanya upaya untuk menghancurkan Generasi Yeremia

A. Setan mau menghancurkan masa depan Generasi Yeremia

Sadarilah bahwa ini adalah hari-hari peperangan yang sangat dahsyat, karena iblis tahu betul bahwa kalau sampai anak-anak muda ini menggenapi panggilan Ilahinya, maka itu adalah kerugian besar di pihaknya. Sebab itu dengan berbagai cara dan tipu daya ia berusaha menggagalkannya. Iblis memang tidak maha tahu, tapi harus diakui bahwa dia memang tahu banyak. Salah satunya dia tahu betul bahwa tantangan terbesar atau kalau boleh disebut godaan terbesar pada usia remaja dan pemuda ialah godaan seksual. Itu sebabnya hal ini di jadikan senjata utama iblis untuk melaksanakan niatnya.

Kemajuan teknologi membuat siapapun dapat dengan mudah mengakses situs-situs pornografi lewat perangkat elektronik yang dimiliki. Anak-anak muda dapat dengan mudah mengaksesnya dari dalam kamarnya sendiri atau bersama teman-temannya.[3] Akhirnya apa yang dilihat, itu yang dipikirkan, dan apa yang dipikirkan, itu yang dilakukan. Sangat dipastikan bahwa tontonan-tontonan tersebut sangat memicu hormon seksualnya sehingga mereka bukan hanya menikmati apa yang ditonton itu tapi juga menjadi terikat olehnya. Segala hal yang berbau seksual ini akan sangat mencengkeram setiap orang yang telah terpikat olehnya. di sinilah awal kejatuhan generasi muda kita.

Bukan rahasia lagi bahwa di Indonesia saja, anak-anak SMP pun sudah sangat familiar dengan konten dan situs pornografi dan segala bentuk percabulan yang ditimbulkan sebagai hasil dari eksploitasi seksual/pornografi tersebut.[4] Ketika dia bertumbuh semakin dewasa, saat di SMA atau ketika mulai kuliah maka situasi dan kesempatan yang ada di hadapannya semakin luas bahkan nyaris tidak terbendung. Mereka terperosok semakin dalam dan akhirnya satu generasi ini jatuh dalam genggaman si jahat.

Apa yang generasi muda alami ketika hidupnya dikuasai oleh dosa?

1. Hatinya menjadi keras

“Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” (Roma 2:5)

Yang paling pertama direbut si jahat ketika manusia hidup dalam dosa ialah hatinya. Hati ini akan menjadi keras dan tumpul ketika berurusan dengan segala hal tentang kebenaran.

Dosa membuat hati kita acuh dan cuek untuk dengar-dengaran akan firman Tuhan, karena firman Tuhan akan selalu menempelak dosa dan kesalahan kita.

Akibatnya, kekerasan hati itu membuat kita susah untuk diajar dan berubah, bahkan akan selalu berusaha mencari pembenaran diri atas setiap kesalahan yang dibuat. Kita akan berpikir bahwa kejahatan yang telah atau tengah dilakukan belum ada apa-apanya dibanding yang dilakukan orang lain. Maka hati yang semakin keras ini akhirnya membuat kita jadi semakin susah untuk bertobat dan berubah bahkan jadi orang yang selalu menentang dan mendukakan Roh Kudus yang Allah anugerahkan.

Ketika hati jadi keras dan tumpul maka kita kehilangan kepekaan terhadap keadaan dan kebutuhan disekeliling kita dan menjadi sangat egois karena apa yang dipikirkan hanyalah diri kita, kepentingan kita, keuntungan kita, dan kesenangan kita pribadi.

Bayangkan kalau dari muda orang bertumbuh seperti itu, maka ketika dewasa mereka tidak akan berdampak apa-apa bagi kerajaan Allah dan bagi kehidupannya sendiri. They live only for themselves.

2. Hidup menjadi tidak maksimal

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:19-20)
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” ({{sabdaweb2v|Yohanes 10:10)'

Dari kedua ayat di atas jikalau digabungkan memiliki pengertian bahwa: Hidup ini bukan milik kita lagi tapi milik Tuhan karena kita telah ditebus dan dibayar lunas oleh-Nya dan hidup ini hanya akan mengalami kemaksimalan yang sepenuhnya kalau kita menyerahkannya kepada Tuhan. Di luar Tuhan kita tidak akan pernah maksimal, di luar Kristus kita tidak dapat berbuah sama sekali.[5]

Itu sebabnya Firman Tuhan mengingatkan sungguh-sungguh bahwa kita harus memuliakan Dia dengan tubuh ini, karena kita adalah rumah kediaman-Nya, rumah Roh Kudus. Sebagai anak Tuhan, sesungguhnya kita tidak memiliki hak lagi atas tubuh ini. Apapun yang kita lakukan di luar kehendak Tuhan maka semuanya adalah kesia-siaan dan hanya membuang waktu dengan percuma. Kita hanya akan semakin meleset dan menjauh dari rencana Tuhan yang sempurna.

Kehendak-Nya ialah kita hidup dalam segala kelimpahan baik jasmani dan rohani, tapi dosa yang dilakukan akan selalu menjauhkan kita dari semua itu bahkan memporak-porandakan kehidupan setiap anak Tuhan yang mengabaikan hal ini. Mari jangan keraskan hati, jangan tunggu sampai pencuri itu datang dan kita kehilangan banyak hal yang indah dari Tuhan, sebab semuanya itu pilihannya ada di tangan kita sendiri. Sadar atau tidak, sebenarnya akar dari segala persoalan dan masalah yang kita alami, sumbernya berasal dari kesalahan kita sendiri.

Ketidaktaatan terhadap firman Tuhan, itulah yang membawa kita masuk ke dalam pelbagai masalah dan cobaan. Memang itu yang iblis kehendaki, supaya dia tetap memegang kendali atas hidup kita dan menjadi bulan-bulanannya. Namun berapa banyak anak Tuhan tidak menyadari akan hal ini. Bahkan mereka dengan sengaja berbuat dosa dan mempermalukan nama Tuhan. Kesudahan mereka sudah bisa di tebak; kehancuran.

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7)

Generasi Yeremia, jangan mempermainkan kasih karunia Allah yang sudah Dia berikan yakni dengan sengaja berbuat dosa dan bahkan tidak takut sama sekali dengan Tuhan. Apa yang kita tabur akan kita tuai jika kita tidak bertobat. Tapi kalau kita menabur hidup di dalam Dia, kita akan menuai keberhasilan dan keberuntungan, bagi kemuliaan-Nya.

B. Dosa membawa orang percaya dalam kekalahan dan penindasan

Kitab Hakim-Hakim dengan gamblang memberikan contoh dan teladan bagi kita semua bagaimana bangsa Israel sepeninggal Yosua, mereka hidup dalam penyembahan berhala, mereka hidup menjauh dari jalan-jalan Tuhan, sehingga selama puluhan tahun mereka dikalahkan oleh bangsa-bangsa lain, bahkan mereka ditindas dan diperbudak oleh musuh-musuhnya.

Untunglah mereka ingat akan Tuhan, mereka berseru kepada-Nya, maka Tuhan membangkitkan seorang Hakim yang bernama Gideon, yang dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan mereka. Selama Gideon hidup dan memimpin mereka 40 tahun, bangsa Israel hidup dalam ketaatan di hadapan Tuhan. Selama 40 tahun itu mereka mengalami ketentraman dan keselamatan dari Tuhan.

Tapi setelah Gideon mangkat, orang Israel jatuh lagi dalam dosa dan kekejian di hadapan Tuhan. sehingga mereka dikalahkan dan ditindas lagi oleh musuh-musuhnya. Inilah siklus yang berulang kali terjadi di sana waktu itu. Namun setiap kali mereka bertobat dan datang kepada Tuhan, maka pertobatan selalu menjadi pintu bagi datangnya pemulihan dan kemenangan mereka.

Pelajaran ini sangat penting bagi setiap orang percaya, bahwa dosa pasti selalu akan membawa kekalahan dan kehancuran. Dosa membuat hidup kita ‘ditindas’ oleh setan, sampai kita datang pada Tuhan dan bertobat di hadapan-Nya.

Generasi Yeremia, mari sedari muda perhatikanlah pelajaran rohani yang sangat penting ini, hiduplah dalam kebenaran dan kekudusan. Jauhilah nafsu orang muda, kedegilan dan ketidaktaatan terhadap orang tua atau pemimpin, pergaulan yang bebas, pornografi dan segala bentuk percabulan. Semua itu hanya akan membawa kehidupanmu kepada kekalahan dan kesusahan yang datang silih berganti, tanpa ada kemenangan. Tetapi kemenangan dan keberhasilan akan selalu menyertai orang yang hidupnya takut akan Tuhan.

1 Tesalonika 4:3, 7-8,
Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
Alah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

C. Dosa menghantar manusia kepada kebinasaan kekal

Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! (Lukas 12:5)

Pada akhirnya kalau kita tetap tidak mau bertobat maka dosa akan membawa kepada ‘kematian’, yaitu hukuman yang kekal di neraka. Neraka itu nyata, bukanlah khayalan atau sekedar sebuah ungkapan atau bahasa hiperbola. Sedemikian nyata sehingga Yesus harus menyebutkannya berulang kali dalam alkitab, supaya jangan hidup kita berakhir di sana.

Strategi dan ‘kerinduan’ iblis ialah agar orang percaya yang tadinya sudah ada di jalan kemenangan menuju surga, berusaha ditariknya kembali ke jalan yang menuju neraka. Dan percayalah, sampai ajal menjemput kita, setan tidak akan pernah menyerah. Namun tetap saja banyak orang sering kali tidak menyadari hal ini, juga ada sebagian orang bersembunyi dibalik pengajaran yang berkata “Sekali selamat tetap selamat”.

Mungkin mereka lupa apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan di dalam Filipi 2:12, di mana kita yang sudah diselamatkan oleh karena pengorbanan Kristus, maka kita harus mengerjakan keselamatan itu [6] Artinya kita bertanggung-jawab untuk menjaga, mempertahankannya, jangan sampai dicuri kembali oleh si jahat, atau oleh apapun.

Coba renungkan ini baik-baik, apakah kematian dan pengorbanan Kristus 2000 tahun lalu di atas kayu salib HANYA untuk menghapus dosa dan memberikan kita izin untuk boleh tetap hidup dalam dosa, namun pada saat yang sama kita tetap akan masuk surga? Tentu tidak! Yang benar ialah Tuhan mau setelah dosa kita diampuni, kita diselamatkan dari hukuman dosa yang seharusnya akan dialami nanti yaitu kematian di neraka, sekarang Dia mau kita hidup dalam pertobatan, hidup dalam kekudusan-Nya.

Tapi kalau kita tetap hidup dalam dosa artinya kita sedang menyia-nyiakan pengorbanan-Nya, Kita sungguh tidak meresponi kasih-Nya yang begitu besar itu dengan cara yang benar. Kadang orang suka berkata, “kan yang penting sudah percaya Yesus”. Padahal kalau cuma percaya, bagaimana dengan firman Tuhan dalam Yakobus 2:19: Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”

Setan juga percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, bahkan dia tahu persis bahwa Yesus itu Tuhan, Anak Allah yang hidup, tapi setan tidak mau taat. Setan tidak takut dengan Allah bahkan dia memberontak. Jadi, tidak cukup hanya percaya, kita harus membuktikan iman percaya itu dengan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Hanya dengan jalan demikian kita dapat memastikan di mana kita akan berada kelak waktu Yesus datang menjemput gereja-Nya, yaitu bersama-sama dengan Dia selama-lamanya di surga mulia.

III. Generasi yang hidup dalam kekudusan: Generasi yang berhasil

Apa yang harus dilakukan oleh setiap generasi muda bahkan seluruh orang percaya? Tentu saja: Bertobat dan hidup dalam kekudusan-Nya!

Kabar baiknya ialah Tuhan mau menolong dan memulihkan hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya, dan yang mau diubahkan oleh kuasa-Nya yang tidak terbatas itu. Dalam 1 Petrus 1:2-5 dengan jelas menuliskan bahwa Tuhan mau menyelamatkan kita seutuhnya dan memelihara kehidupan kita dengan kekuatan dan rahmat-Nya yang besar. Dan itu semua dikerjakan oleh Allah Roh Kudus yang Ia berikan untuk menyertai, mengurapi bahkan memenuhi diri setiap orang percaya dengan kekudusan-Nya. Itu sebabnya dalam ayat 2 dikatakan:

yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu. (1 Petrus 1:2)

Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri yang dengan kuat kuasa-Nya mau bekerja untuk mengubah, memulihkan dan menguduskan bahkan kemudian memakai kita untuk hormat kemuliaan-Nya. Rindukah kita sebagai anak muda untuk mengalami dan tinggal dalam pengudusan-Nya? Kalau jawabannya ialah Ya, maka ini yang akan terjadi:

1. Kekudusan Tuhan akan membawa kita mengalami Kuasa dan Kemuliaan-Nya

“…dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14)
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” (Yohanes 14:12)

Tuhan Yesus memanggil kita untuk menjadi saksi-Nya. Dia mau memanifestasikan kuasa-Nya melalui hidup kita. Itu sebabnya Dia memanggil dan mengutus satu generasi di akhir jaman yaitu Generasi Yeremia, generasi anak-anak muda untuk menggenapi rencana-Nya bagi dunia ini, yaitu PENUAIAN yang terbesar dan terakhir sebelum kedatangan Tuhan yang kedua kali. Untuk itu kita perlu kuasa dari tempat yang maha tinggi, kuasa Roh Kudus, yang akan membuat setiap lutut bertelut dan lidah mengaku bahwa Yesus adalah TUHAN!

Hari-hari ini kita akan melihat kemuliaan Tuhan yang dahsyat akan dinyatakan namun dengan satu syarat, kemuliaan itu akan mengalir melalui gereja-Nya yang kudus. Generasi yang hidup dalam kekudusan itulah yang akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

2. Kekudusan adalah tanda kedewasaan untuk menerima kepercayaan yang besar dari Tuhan

“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21)
“Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”
(2 Timotius 2:20-22)

Adalah sebuah kenyataan yang logis dalam kehidupan sehari-hari bahwa seorang ayah hanya akan mewariskan semua yang dimilikinya kepada anaknya ketika sang anak telah menjadi dewasa. Kedewasaan seseorang menentukan kepercayaan dan tanggung jawab yang dapat diterimanya. Hal yang sama juga berlaku di hadapan Tuhan. Sebagai Bapa yang maha baik dan maha kaya, Dia mau mempercayakan banyak perkara yang besar. Berkat dan tanggung jawab yang besar. Tapi itu semua dimulai dari ketaatan kita akan firman-Nya.

Kalau kita masih terus jatuh bangun dalam dosa, kalah terus dengan dosa, itu artinya kita belum dewasa. Maka Tuhan belum dapat mempercayakan hal-hal yang besar tadi, sebab perkara-perkara yang besar itu malah akan jadi rusak dan berantakan bila dipegang oleh seorang ‘anak kecil’.

Kesetiaan sebagai anak Tuhan untuk berjalan dalam kekudusan adalah tolak ukur atau barometer bagi kedewasaan seseorang. Level kekudusan berbanding lurus dengan level kedewasaannya. Dan kedewasaan itulah yang menentukan seberapa besar tanggung jawab dan kepercayaan yang dapat kita terima dari Tuhan. Sebab itu mari tinggalkan sifat kanak-kanak sehingga kita dipandang layak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mulia di hadapan-Nya.

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Korintus 13:11)

3. Kekudusan akan mendatangkan berkat dan anugerah Tuhan yang berlimpah

Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 48:18-19)

Ketika sedari muda kita hidup mengasihi Tuhan, mentaati firman-Nya dengan hidup dalam kekudusan-Nya, maka berkat dan penyertaan-Nya senantiasa melimpah bagi hidup dan masa depan kita bahkan jauh sampai kepada keturunan yang Dia berikan dalam kehidupan kita.

Haleluya!

(MK)

Catatan kaki

  1. ^ John R.W. Stott, “The Radical Disciple – Beberapa Aspek Yang Sering Diabaikan Orang Kristen”, Literatur Perkantas, Jawa Timur, 2010, hal. 15 menyatakan bahwa: Gereja memiliki tanggung jawab ganda dalam kaitannya dengan dunia di sekitar kita. Di satu sisi kita ada untuk hidup, melayani, dan bersaksi di tengah-tengah dunia ini. Namun pada sisi yang lain kita menghindarkan diri agar tidak terkontaminasi oleh dunia. Jadi kita tidak menjaga kekudusan kita dengan melarikan diri dari dunia (eskapisme) ataupun mengorbankan kekudusan kita dengan menjadi serupa (konformisme) dengan dunia.
  2. ^ Soemarno Partodihardjo, “Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013, hal.57 menyatakan bahwa berdasarkan hasil riset yang dilansir oleh Top Ten Reviews setiap detiknya lebih dari 28 ribu orang mengakses pornografi di Internet dengan total pengeluaran mencapai lebih dari US$ 3 ribu. Data tersebut juga menyebutkan setidaknya tiap detik ada 372 pengguna internet yang mengetikkan kata kunci tertentu di situs pencari untuk mencari konten pornografi. Adalah fakta bahwa masalah pornografi adalah topik no 1 yang dicari di internet, menurut penelitian dari Sexual Recovery Institute. Studi lain juga menunjukkan bahwa 60% kunjungan di internet adalah menuju ke situs porno (MSNBC/Stanford/Duquesne). Ilustrasi tersebut menunjukkan betapa dahsyatnya demam pornografi melalui internet.
  3. ^ Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan mengungkap hasil survei Kemenkes RI tahun 2017 mengenai akses pornografi pada anak-anak. Survei melibatkan 1.411 orang responden yang terdiri dari anak SMP dan SMA di daerah Jakarta Selatan dan Pandeglang, Banten. Sekitar 97 persen anak SMP dan SMA kelas 1 dan kelas 2 telah mengakses konten pornografi. Tempat mengakses konten pornografi tertinggi dilakukan oleh anak-anak di kamar mereka sendiri. Akses tertinggi di rumah, di kamar sendiri malah. Keduanya itu di warnet, ketiga di sekolah. (https://jakarta.tribunnews.com/2019/03/12/survei-kemenkes-97persen-anak-smp-dan-sma-sudah-mengakses-konten-pornografi diakses pada Selasa, 18 Agustus 2020 pkl.13.55).
  4. ^ Dr. Ria Gustina, MPH dalam pemaparan materi seminar berjudul “Pencegahan dan Keterpaparan Adiksi Pornografi melalui Model Sekolah/Madrasah Sehat” yang disampaikan dalam acara Penganugerahan Pemenang LSS Tahun 2018 di Jakarta pada 24 Oktober 2018 mengungkapkan data-data sebagai berikut: Pada tahun 2017, 94% remaja telah terpapar pornografi, angka ini meningkat pada tahun 2018 yang menyentuh angka 98% berdasarkan survey yang dilaksanakan di Jaksel dan Pandeglang. 1 dari 20 remaja telah melakukan hubungan seksual dan 1 dari 19 diantaranya pernah dipaksa melakukan hubungan seksual.
  5. ^ Yohanes 15:5, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
  6. ^ Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan oleh kasih karunia, kita harus mengerjakan keselamatan kita sampai akhir. Jikalau kita lalai melakukan hal ini, kita akan kehilangan keselamatan yang telah diberikan kepada kita. 1) Kita tidak mengerjakan keselamatan kita dengan usaha manusia saja, tetapi dengan kasih karunia Allah dan kuasa Roh yang diberikan kepada kita. 2) Agar mengerjakan keselamatan kita, kita harus menentang dosa dan mengikuti keinginan Roh Kudus di dalam hati kita. Hal ini meliputi usaha yang terus-menerus untuk menggunakan setiap cara yang ditetapkan Allah untuk mengalahkan kejahatan dan menyatakan kehidupan Kristus. Demikianlah, mengerjakan keselamatan kita berpusat pada pentingnya pengudusan. 3) Kita mengerjakan keselamatan kita dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Kristus dan menerima kuasa-Nya untuk berkehendak dan berbuat menurut kerelaan-Nya. Demikianlah kita menjadi "kawan sekerja Allah" (1Kor 3:9) dengan menyempurnakan keselamatan kita di sorga. Dalam keselamatan yang dikerjakan melalui Kristus, Paulus menemukan peluang untuk rasa "takut dan gentar." Semua anak Tuhan harus mempunyai ketakutan kudus yang gentar di hadapan Firman Allah (Yes 66:2) dan menyebabkan mereka berpaling dari segala kejahatan (Ams 3:7; 8:13). Ketakutan (Yun. phobos) akan Tuhan bukanlah sekadar "kepercayaan yang disertai rasa hormat," seperti yang sering kali ditegaskan, tetapi meliputi rasa hormat terhadap kuasa, kekudusan, dan pembalasan yang adil dari Allah, dan rasa takut akan berbuat dosa terhadap Dia lalu menghadapi akibat-akibatnya (bd. Kel 3:6; Mzm 119:120; Luk 12:4-5). Ini bukanlah ketakutan yang bersifat membinasakan, melainkan ketakutan yang mengendalikan dan memulihkan yang menuntun kepada berkat Allah dan hidup dekat dengan Dia, kepada kesucian moral, dan kepada hidup dan keselamatan (bd. Mzm 5:8; 85:10; Ams 14:27; 16:6). (Catatan kaki Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan dari ayat Filipi 2:12).

Lihat pula