Sikap Teologis GBI mengenai Allah Tritunggal (Sikap Teologis GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 30 April 2021 02.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Logo GBI.svg
Sikap Teologis
Gereja Bethel Indonesia
Sikap Teologis GBI mengenai Allah Tritunggal
03 September 2020

Pengakuan Iman GBI menyatakan bahwa: “Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa Anak dan Roh Kudus, tiga pribadi di dalam satu”.

1. Pandangan GBI tentang Allah Tritunggal

Pengakuan iman ini menunjukkan bahwa GBI percaya:

  1. Allah itu Esa dalam hakekatnya.
  2. Alkitab menyatakan Allah itu Esa (Ul. 6:4, Mrk. 12:29, I Kor. 8:4). Kekristenan percaya akan monoteisme (percaya kepada satu Allah), bukan politeisme (percaya banyak ilah).
  3. Allah itu memiliki 3 pribadi yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Ketiga pribadi itu sama kekal dan sederajat.

Kata “Tritunggal” memang tidak ada dalam Alkitab, namun konsep tentang Tritunggal itu sangat Alkitabiah. Konsep ini tidak diciptakan oleh Bapa-bapa Gereja melainkan disaksikan dengan jelas dalam Alkitab. Bapa-bapa Gereja hanyalah menerima dan mengakuinya. Tritunggal merupakan hakekat dan jatidiri Allah yang sesungguhnya dari kekal hingga kekal. Bapa bukanlah Anak dan Roh Kudus. Anak bukanlah Bapa dan Roh Kudus dan Roh Kudus bukanlah Anak dan Bapa. Namun ketiganya adalah esa.

2. Allah Tritunggal dalam Alkitab

Dalam Perjanjian Lama ini dicatat antara lain dalam:

  • Kisah penciptaan (Kej. 1:1-3), hadirnya Allah, Roh Allah dan Firman-Nya.
  • Penampakan 3 malaikat kepada Abraham (Kej 18). Salah satunya adalah Allah yang menyatakan diri dalam rupa manusia, yaitu Theofani atau Kristofani.
  • Penglihatan Daniel tentang Anak Manusia dan Sang Lanjut Usia (Dan. 7:13). Dalam PB Yesus merujuk diri-Nya dengan sebutan Anak Manusia (Mat. 8:20, dll).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam:

  • Peristiwa pembaptisan Yesus, Roh Kudus turun dan Allah Bapa berbicara (Mat. 3:16-17).
  • Yesus meminta kepada Bapa untuk mengirimkan Roh Kudus (Yoh. 14:16, 26).
  • Formula baptisan: dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19).
  • Formula berkat rasuli: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:13).

Walaupun Allah itu Esa, namun Alkitab mencatat tentang perbedaan pribadi dari keAllahan itu, misalnya dalam:

  • Doa Bapa Kami. Yesus mengajarkan agar kita berdoa kepada Allah Bapa (Mat. 6:9). Yesus sendiri berdoa kepada Bapa (Mat. 26:36-46). Dalam relasi dengan Allah, Yesus selalu menyebut Allah sebagai Bapa dan diri-Nya sebagai Anak. Yesus tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Bapa. Karenanya, menyebut Yesus sama dengan Bapa adalah bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Yesus sendiri.
  • Pernyataan Yesus bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30). Bapa dan Anak adalah dua pribadi berbeda namun juga adalah Allah yang esa.

3. Kekeliruan pemahaman tentang Allah Tritunggal

Allah tidak berubah. Dengan demikian Tritunggal adalah hakekat Allah yang permanen, dari kekal hingga kekal. Bapa, Anak dan Roh Kudus juga tidak berjenjang tapi setara. Karena itu GBI menolak ajaran bidat seperti:

  • Triteisme mengajarkan bahwa ada tiga Allah yang benar-benar terpisah satu dengan yang lain. Ini sebetulnya adalah salah satu bentuk politeisme. Tritunggal bukanlah Triteisme.
  • Subordinasionisme, seperti Arianisme. Pandangan ini menyatakan Anak lebih rendah dari Bapa. Arius mengatakan bahwa hanya Bapa yang kekal, sedangkan Yesus diperanakkan/diciptakan oleh Allah Bapa pada suatu ketika, sehingga lebih rendah derajatnya daripada Bapa.
  • Modalisme, seperti Sabelianisme. Pandangan ini memahami Allah hanya satu pribadi (bukan tiga pribadi) dengan tiga moda/bentuk/manifestasi yang berbeda. Allah kadang muncul sebagai Bapa, kadang sebagai Anak, kadang sebagai Roh Kudus. Mereka percaya bahwa Allah Bapa juga menderita di atas kayu salib (disebut doktrin patripassianisme). Pandangan ini dipercaya oleh kelompok seperti: Oneness Pentacostalism atau Jesus Only.

4. Sikap Gereja Bethel Indonesia

GBI menolak dengan tegas ajaran Triteisme, Subordinasionisme, Arianisme, Modalisme, Sabelianisme, termasuk Sabelianisme modern yang akhir-akhir ini sedang mencuat. GBI berpegang teguh pada ajaran Alkitab yang mempercayai Allah adalah Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga pribadi dari Allah yang Esa. GBI sejalan dengan keputusan tujuh Konsili Ekumenis yang pertama yang diterima oleh semua Gereja di sepanjang zaman dan di seluruh dunia yang menegaskan doktrin Tritunggal adalah doktrin hakiki dan jatidiri Kristen yang tidak dapat diubah. GBI percaya bahwa doktrin Tritunggal itu Alkitabiah.

5. Implikasi kepada Pejabat

  1. Setiap pejabat GBI (Pdp, Pdm, Pdt) harus mengikuti ajaran GBI yang nampak dalam pengakuan iman GBI, seperti doktrin Tritunggal. Setiap pejabat mesti memegang doktrin ini baik bagi dirinya sendiri sebagai keyakinan rohani pribadi maupun bagi orang-orang yang ia layani baik dalam renungan, khotbah, pengajaran, seminar, dll. Pejabat GBI dilarang mengajarkan hal bertentangan dengan doktrin Tritunggal.
  2. Bila pejabat GBI (Pdp, Pdm, Pdt) melakukan seperti poin di atas, maka kepada yang bersangkutan dilakukan pembinaan dan dialog teologis dengan Departemen Teologi GBI (cq. Bidang Teologi di BPD masing-masing) atau seorang ahli teologi yang baik yang ditunjuk oleh BPD atau BPH GBI untuk maksud pemberian masukan bagi perbaikan di kemudian hari.
  3. Bila pejabat GBI (Pdp, Pdm, Pdt) tidak bersedia dibina dan berkeras dengan ajarannya yang bertentangan dengan ajaran GBI, maka akan dilakukan disiplin sebagaimana yang diatur oleh Tata Gereja dan Tata Tertib GBI.

6. Implikasi Pastoral

  1. Dalam pelayanan pemberitaan, seperti khotbah dan pengajaran tidak diperkenankan menyampaikan ajaran yang bertentangan dengan doktrin Tritunggal yang diyakini oleh GBI.
  2. Jemaat-jemaat lokal GBI harus berhati-hati dalam menyampaikan khotbah maupun mengundang pengkhotbah-pengkhotbah agar tidak bertentangan dengan doktrin Tritunggal yang hakiki dan mendasar ini.
  3. Doktrin Tritunggal secara pastoral juga penting karena Tritunggal menghadirkan nilai-nilai adiluhur seperti kasih, kesatuan, keharmonisan dan ketaatan. Relasi Bapa, Anak dan Roh Kudus menghadirkan nilai-nilai kristiani tersebut. Menghilangkan Tritunggal juga menghilangkan nilai-nilai tersebut dalam Gereja.

Sumber