Gereja Bethel Indonesia/Logo GBI

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 10 Oktober 2020 04.55 oleh Leo (bicara | kontrib) (+sejarah)
Lompat ke: navigasi, cari
Logo Gereja Bethel Indonesia

Logo Gereja Bethel Indonesia memiliki komponen-komponen dan warna-warni yang masing-masing memiliki makna.

Secara keseluruhan, logo ini memiliki arti bahwa Gereja Bethel Indonesia dipanggil untuk bersekutu dan memberitakan Injil ke seluruh dunia dengan penuh semangat oleh kuasa Roh Kudus, pengorbanan dan kesetiaan dalam kekudusan dan kebenaran untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja.

Gambar Arti
Lingkaran.png Lingkaran
Melambangkan bola dunia, di mana GBI terpanggil dalam kesatuan untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Salib.png Salib
Melambangkan kasih dan pengorbanan Yesus Kristus yang memotivasi GBI untuk menjadi saksi.
Pelita.png Pelita
Melambangkan doa, pujian, dan penyembahan yang memancarkan terang sebagaimana setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi terang dunia.

Warna yang dipakai

Komponen Warna Arti
Lingkaran     Emas Kemuliaan
Latar Belakang Putih Kekudusan
Tulisan Biru Kesetiaan
Salib Merah Pengorbanan
Lidah Api Kuning kemerahan (jingga) Semangat oleh kuasa Roh Kudus
Pelita Kuning keemasan Kebenaran

Sejarah

Video sejarah logo GBI dari Jubileum 50 tahun GBI:


Pada saat terbentuknya pada tahun 1970, GBI belum memiliki logo bergambar. Atas saran Pdt Julius Ishak, maka dibuatlah sayembara berhadiah mengenai pembuatan logo GBI.

Kemudian melalui karya Pdt Samuel Sutomo, yang berjiwa seni dan multi-talenta, muncullah logo GBI yang terinsipirasi dari logo Oikumene PGI pada waktu itu. Kemiripan logo PGI dan GBI masih terlihat, terutama pada huruf E.

Pada tahun 1988, Pdt Benny Gerungan, MA, Sekretaris Umum BPH GBI 1994-2000, mengusulkan agar huruf D dan N pada kata Indonesia yang awalnya merupakan huruf kecil, diubah menjadi huruf kapital. Pada mulanya Pdt Samuel Sutomo kurang sependapat dengan usulan tersebut karena menurut beliau logo tidak terikat dengan bahasa baku. Sebagai contoh, kata Oikumene yang menjadi logo PGI, terdiri dari huruf kapital kecuali huruf M dan N. Namun pada akhirnya, Pdt Samuel menyetujui perubahan tersebut lalu disahkan pada Sinode 2004.

Untuk warna, sebelumnya logo GBI selalu menggunakan biru polos dengan tujuan menandakan keaslian kop surat di antara tulisan hitam di sekitarnya.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, logo GBI dimodernisasi dengan mengembangkan warna dan maknanya. Pengembangan ini dimulai pada era Pdt Soehandoko Wirhaspati, MA, dilanjutkan dengan digitalisasi pada era kepemimpinan Pdt Dr Jacob Nahuway, MA, dan semakin digunakan dalam komunikasi internet dan media sosial pada masa kepemimpinan Pdt Dr Japarlin Marbun.