Inti Sikap GBI tentang Baptisan Roh Kudus

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 15 Juni 2020 00.25 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
  1. GBI percaya ada perbedaan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus (Kis. 1:8).

    Roh Kudus yang mendiami orang percaya selamanya pada saat kelahiran baru (Yoh. 14:16-17). Tidak seorang pun mengaku Yesus Tuhan selain oleh Roh Kudus (I Kor. 12:3). Setelah kelahiran baru kita harus mengalami baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa untuk melayani dan menjadi saksi (Kis. 1:8). Perbedaan kedua peristiwa itu nampak misalnya dalam diri: para murid Kristus (Mat. 16:16, Luk. 24:49, Kis. 2:1-4), orang Samaria yang bertobat (Kis. 8:14-17), para murid di Efesus (Kis. 19:1-7). Dengan demikian GBI menolak pandangan yang menyamakan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus.

  2. GBI percaya bahwa tanda awal yang menyertai orang yang dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam bahasa roh.

    Ini nampak pada hari Pentakosta (Kis. 2:4), di rumah Kornelius (Kis. 10:44-48), murid di Samaria (Kis. 8:14-19), murid di Efesus (Kis. 19:5-6). GBI percaya bahwa bahasa roh yang asli masih ada pada masa kini. Bahasa roh memang akan berhenti jika yang sempurna tiba (1 Kor. 13:8-12), yakni saat kedatangan Kristus kembali, pada saat kita akan melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya (I Yoh. 3:2). GBI menolak pandangan bahwa bahasa roh telah berhenti setelah zaman para rasul, atau pun sejak Alkitab telah dikanonkan menjadi satu, yang dianggap sebagai kesempurnaan yang telah tiba oleh kelompok tertentu.

  3. GBI percaya bahwa bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.

    Ini tidak berarti bahwa bahasa roh adalah satu-satunya tanda baptisan Roh Kudus, sehingga orang yang tidak berbahasa roh dianggap belum dibaptis dengan Roh Kudus. GBI juga tidak mengatakan bahwa bahasa roh adalah salah satu tanda baptisan Roh Kudus, sehingga berbahasa roh ataupun tidak, tak terlalu masalah karena itu hanyalah salah satu tanda saja. GBI mengakui bahasa roh sebagai tanda awal artinya walaupun bukan satu-satunya tanda namun ini penting sehingga orang percaya didorong untuk memintanya kepada Tuhan. Karena semua pemberian yang baik berasal dari Allah (Yak. 1:17), dan tentu Tuhan memberikan has roh itu dengan tujuan yang baik untuk membangun kerohanian kita (I Kor. 14:2,4).

  4. GBI percaya dalam ibadah bersama boleh digunakan bahasa roh beramai-ramai, bila itu adalah bahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus seperti yang dialami 120 orang percaya dalam Kisah 2:1-4 atau 12 orang dalam Kisah 19:6-7.

    Ini adalah bahasa roh untuk tujuan penyembahan. Itu berbeda dengan karunia bahasa roh yang harus ditafsirkan untuk membangun jemaat, yakni bahasa roh untuk tujuan nubuatan, yang dibahas Paulus dalam I Kor. 14:27 28, di mana hanya 2-3 orang saja yang boleh berbahasa roh, seorang demi seorang, dan harus ada yang menafsirkannya.

  5. GBI percaya terhadap prinsip penafsiran Alkitab yang benar, sehingga tidak ada pertentangan antara “ilham roh” dengan apa yang tercatat dalam Alkitab.

    GBI menolak penafsiran Alkitab yang meleset karena: mencampuradukkan roh-nya sendiri dengan Roh Kudus, melihat seluruh Alkitab dari sebagian kebenaran, menjadikan pengalaman pribadi menjadi titik tolak penafsiran Alkitab.