Berjalan bersama Yesus seperti ketika kita menerima dia (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 17 Juli 2018 13.52 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (Kolose 2:6)

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? (Galatia 3:3)

Hal yang sangat penting mengenai persekutuan yang benar dengan Allah, satu kesalahan yang umum dilakukan adalah mencoba untuk membangun perjalanan kehidupan Kekristenan kita dengan cara yang berbeda dengan waktu kita memulainya. Ayat-ayat renungan kita hari ini menunjukkan kepada kita cara yang benar. Kita harus membangun kehidupan kita bersama dengan Tuhan dengan cara yang sama ketika kita memulai kehidupan itu. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Kita harus hidup bersama Yesus dengan cara yang sama seperti waktu kita menerima Dia.

Kita menerima Tuhan dan karunia keselamatan-Nya sebagai pemberian kasih karunia. “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2 Korintus 9:15). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Efesus 2:8). Oleh karena itu, kita harus hidup di dalam Dia dengan mentalitas ‘menerima kasih karunia.’ “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:16). Kita tidak boleh mencoba memperlakukan hidup Kekristenan sebagai sesuatu yang dapat kita hasilkan sendiri atau sebagai suatu upah. Bapak-bapak jasmani manusia yang berdosa saja diciptakan dengan keinginan untuk memberikan pemberian yang berguna kepada anak-anak mereka. Apalagi Bapa kita yang di Sorga, yang memiliki hati untuk memberikan semua yang diperlukan bagi mereka yang mau memintanya. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Matius 7:11).

Ayat Galatia 3:3 menguatkan perlunya kita untuk memiliki pola hidup bersama Allah yang sama dengan ketika kita memulainya: “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Pertanyaan retorika ini memperingatkan bahaya dari cara hidup Kekristenan yang berbeda dengan ketika kelahirannya. Manusia jasmani tidak dapat melakukan apa-apa. “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (Yohanes 3:6). Roh Kudus-lah yang akan memberikan pertumbuhan rohani. Daging tidak dapat memberikan apa-apa. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yohanes 6:63). Semua perubahan antara kelahiran dan kehidupan adalah kebodohan. Pasti akan gagal.

Kita sudah mulai dengan kasih karunia, maka kita harus meneruskan dengan kasih karunia. Kita sudah mulai dengan Roh, maka kita harus meneruskan dengan Roh. Kita harus hidup bersama Yesus dengan cara yang sama denga ketika kita menerima Dia.

Doa

Bapa sorgawi, betapa Engkau adalah Pemberi yang murah hati. Engkau memberikan anak-Mu sebagai anugerah kasih karunia. Engkau memberikan aku hidup yang baru oleh karya Roh Kudus-Mu. Sekarang, aku ingin hidup di dalam Kristus dengan cara yang sama. Amin.