Oleh iman Henokh hidup berkenan kepada allah (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 16 Juli 2018 08.47 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian... Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:5-6)

Sebelum Henokh diangkat ke sorga, ia berjalan dalam perkenanan Tuhan. Iman Henokh kepada Tuhan menyenangkan Tuhan. “Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” Kita harus memiliki kerinduan untuk senantiasa berkenan di hadapan Allah.

Banyak orang menyia-nyiakan hidupnya dengan menyenangkan diri sendiri. Hidup mereka penuh dengan memuaskan diri sendiri. “Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang” (Lukas 8:14). Mereka mengabaikan kebenaran bahwa menyenangkan diri sendiri tidak akan dapat menghasilkan pertumbuhan rohani dan keserupaan dengan Kristus. “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri” (Roma 15:1). “Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri” (Roma 15:3). Sementara banyak orang juga terikat kepada menyenangkan orang lain. Inilah salah satu penyebab kejatuhan Raja Saul. “Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka” (1 Samuel 15:24). Kita tidak dapat menyenangkan semua orang dan melayani Tuhan sekaligus. “Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus” (Galatia 1:10).

Kita diciptakan untuk hidup berkenan kepada Allah. Hal ini tidak dapat dilakukan di luar iman. "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” Datang kepada Allah dengan cara yang Alkitabiah dimulai dengan keyakinan bahwa Allah ada. “Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada.” Demikian pula, iman yang berkenan kepada Allah berarti menantikan berkat kasih karunia Allah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari wajah-Nya. "Dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Walaupun memang banyak sekali berkat yang datang sebagai akibat dari mencari Dia, namun berkat yang paling mulia adalah Tuhan itu sendiri. Tuhan berkata kepada Abraham. “Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar” (Kejadian 15:1).

Doa

Allah yang Maha Kuasa, sering kali aku berusaha untuk menyenangkan diriku sendiri, maupun menyenangkan orang lain. Aku bersyukur untuk kesabaran dan pengampunan-Mu. Sekarang hatiku rindu untuk menyenangkan Engkau dalam segala hal. Dengan iman aku tahu bahwa Engkau ada. Dengan iman aku menantikan berkat yang mulia yaitu mengenal Engkau lebih lagi, di dalam nama Yesus. Amin.

Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian... Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:5-6) Sebelum Henokh diangkat ke sorga, ia berjalan dalam perkenanan Tuhan. Iman Henokh kepada Tuhan menyenangkan Tuhan. “Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” Kita harus memiliki kerinduan untuk senantiasa berkenan di hadapan Allah.