Kualitas saksi: Garam & terang dunia

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 27 Agustus 2025 10.39 oleh Sari (bicara | kontrib) (Baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Perbuatan kita, mencerminkan Roh Allah yang ada di dalam kita. Kita tidak mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri, tetapi semua adalah untuk Allah, yang kita sembah dalam nama Yesus Kristus.

Matius 5:13-16

Pendahuluan

Ketika para pendiri negara Republik Indonesia berkumpul untuk menyiapkan konstitusi negara ini, yang kelak akan dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), mereka memikirkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan Indonesia perlu didirikan. Sebuah bangsa bisa saja berdiri dan hidup tanpa memiliki negara sendiri, selama ada negara induknya kolonialnya yang mengakomodir. Ini masih banyak kita lihat di dunia, seperti misalnya persemakmuran Inggris. Mengapa Indonesia harus merdeka dan tidak dibawah kendali Belanda? Karena dalam Pembukaan UUD 1945 aliena III dan IV dijelaskan ada cita-cita yang luhur yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia, dan untuk hal itu tercapai maka langkah pertamanya adalah kemerdekaan. Ketika Tuhan Yesus sedang mengajar di sebuah bukit, yang disebut sebagai Khotbah di Bukit dalam Matius 5-7, Ia mengajar bahwa sebagai orang percaya maka kita dikatakan sebagai "garam" dan "terang". Ini tercatat dalam Matius 5:13-16. Apa yang bisa kita pelajari dari kelima ayat yang diucapkan Yesus ini?

Isi

Bagaimana kita dapat memiliki kualitas sebagai saksi Allah?

  1. Kita adalah garam dan terang dunia
  2. Yesus mengatakan bahwa kita adalah (sudah) garam dan terang dunia. Sebagai orang percaya, mau tidak mau kita memiliki status sebagai garam, yang membawa "rasa" kepada dunia, dan sebagai terang, yang memperlihatkan gaya hidup orang percaya, kepada dunia. Tuhan memanggil dan mengutus kita untuk berdampak bagi masyarakat, dan Tuhan memanggil kita untuk memberi teladan kepada dunia melalui gaya hidup kita yang benar kepada dunia. Dengan demikian, pertanyaan utamanya bukanlah bagaimana menjadi garam atau bagaimana menjadi terang, tetapi seberapa baik kualitas "keasinan" kita sebagai garam, dan seberapa "benderang" kualitas hidup kita sebagai terang. Hidup kita sebagai orang Kristen haruslah dirasakan kebergunaannya bagi dunia (masyarakat di sekeliling kita). Hidup kita adalah seperti kota yang di atas gunung, yang ketika cahaya dari rumah-rumah di kota itu dinyalakan, bisa dilihat dari banyak arah.
  3. Panggilan dan status hidup kita adalah untuk membawa orang kepada pengenalan kepada Bapa dan bahkan penyembahan kepada-Nya
  4. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. (Matius 5:16). Di dunia banyak orang yang berbuat baik, menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan berbagai perbuatan positif lainnya. Sebagai orang percaya kita pun dipanggil dan ditugaskan oleh Tuhan untuk melakukan yang sama. Jika demikian, apa bedanya? Perbedaannya adalah untuk siapa semua perbuatan baik itu kita lakukan? Apakah untuk menambah reputasi diri atau memberi makna hidup positif sesaat, atau membawa kemuliaan bagi Allah Bapa dan dengan demikian membuka jalan bagi banyak orang untuk mengenal Tuhan yang telah mengasihi dan memperlengkapi kita sebagai orang percaya menjadi garam dan terang dunia? Tujuan kita melakukan kebaikan dan kebergunaan adalah jelas: untuk Allah dan untuk membawa orang kepada pengenalan kepada Dia.

Diskusikan

  1. Pernahkah suatu kali engkau merasa sepertinya dirimu tidak ada gunanya; tidak ada sesuatu yang bisa kau berikan/lakukan untuk membuat suatu keadaan lebih baik? Apa yang kau lakukan untuk mengatasi perasaan itu?
  2. Apa yang akan kau lakukan seandainya semua "garam" dan "terang" yang kau lakukan ternyata tidak dihargai orang atau bahkan mungkin diresponi negatif oleh orang lain?

Kesimpulan dan saling mendoakan

Orang hanya mengenal Allah dan kasih-Nya kita hidup kita, perbuatan kita, mencerminkan Roh Allah yang ada di dalam kita. Kita tidak mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri, tetapi semua adalah untuk Allah, yang kita sembah dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Jadwal

  • 05 Sept: Materi COOL 1
  • 12 Sept: Materi COOL 2
  • 19 Sept: Materi COOL 3
  • 26 Sept: Doa keliling