Pedoman Pelayanan Pendeta Upacara penyerahan anak

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Gereja Bethel Indonesia‎ | Pedoman Pelayanan Pendeta
Revisi sejak 22 Oktober 2024 21.19 oleh Leo (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{DISPLAYTITLE:<small class="d-block text-body-secondary lh-1">Pedoman Pelayanan Pendeta</small> Upacara penyerahan anak}} {{logo GBI}}<!--{{infobox GBI/PPP}}--> == I. Pendahuluan == <div class="ms-lg-4"> === A. Inti Sakramen Perjamuan Kudus === Sakramen merupakan tanda lahiriah yang nampak, ditetapkan oleh Kristus, menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jld. II, h. 339). Sakramen Perjamuan Kudus adalah pernyataan kasih All...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Logo Gereja Bethel Indonesia

I. Pendahuluan

A. Inti Sakramen Perjamuan Kudus

Sakramen merupakan tanda lahiriah yang nampak, ditetapkan oleh Kristus, menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jld. II, h. 339). Sakramen Perjamuan Kudus adalah pernyataan kasih Allah kepada orang berdosa melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Roti dan anggur yang diberkati melambangkan tubuh dan darah Kristus yang telah dipersembahkan sebagai korban keselamatan (Rm. 5:8; Ibr. 9:24-28 [HL Senduk, Pedoman Pelayanan Pendeta jl. 1, h 49).

B. Telah dinubuatkan dan dikiaskan dalam Perjanjian Lama

  1. Pertama-tama disebutkan pelayanan Perjamuan dengan roti dan anggur yang dilakukan seorang Imam (Melkisedek) kepada orang percaya (Abram) dan pengikut serta keluarganya (Kej. 14:17-24). Di situ pula pertama-tama disebutkan persembahan persepuluhan.
  2. Kelepasan Israel dari perhambaan Mesir ditandai dengan penyembelihan domba dan penumpahan darah (Kel. 12:1-28)
  3. Ikatan Perjanjian Allah dengan umat-Nya dikukuhkan dengan pemercikan darah (Kel. 24:1-11).
  4. Pemeliharaan Allah atas umat-Nya di padang gurun dengan “roti sorgawi” yang disebut ”manna” (Kel. 16:1-3) oleh Tuhan Yesus peristiwa itu diterapkan pada diri-Nya sebagai Roti Sejati yang turun dari Sorga (Yoh. 6:25-35).
  5. Begitu pula untuk pengampunan dan penebusan dosa, umat Israel harus menyembelih domba dan mencurahkan darahnya (Im. 17:11; I Yoh. 1:7)
  6. Nabi Yesaya menubuatkan 700 tahun sebelumnya, bahwa Mesias Sang Juruselamat itu seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7; Kis. 8:32)

C. Digenapi dalam diri Tuhan Yesus

Semua peristiwa sejarah dalam Perjanjian Lama itu menunjuk pada pengurbanan Kristus di Golgota yang dengan rela menyerahkan tubuh dan darah-Nya untuk penebusan manusia berdosa. Semua sependapat bahwa peristiwa maupun lambang dalam Perjanjian Lama itu penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang tertulis dalam Perjanjian Baru, antara lain:

  1. “…Aku datang untuk menggenapi Hukum Taurat” (Mat. 5:17; Luk. 24:44).
  2. Sebelum Tuhan Yesus terjun melayani manusia, Yohanes Pembaptis sudah menunjuk dengan tegas :”Lihatlah Anak Domba Allah…” (Yoh. 1:29)
  3. Tentang Kristus menanggung sakit dan kesengsaraan kita, melalui penderitaan tubuh dan pencurahan darah-Nya (Yes. 53:4 digenapi dalam Mat. 8:17 dan I Ptr. 2:24)
  4. Tentang roti yang adalah tubuh Kristus dan darah-Nya, Kristus menyatakan: “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh. 6:51,54,56)

D. Ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri

Menjelang ditangkap-Nya untuk disalibkan, Tuhan Yesus melakukan Perjamuan Akhir bersama para murid-Nya.

Di situ Tuhan menegaskan: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini….; Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu..” (Luk. 22:19-20 band. Mat.26:26-35; Mrk. 14:22-25).

Dalam ketiga Injil itu semua diberi judul perikop: Penetapan Perjamuan Malam (TB LAI). Dalam Injil Yohanes tidak disebutkan perikop Penetapan Perjamuan, tetapi peristiwa perjamuan itu tetap dilaksanakan (Yoh. 13 s/d 16). Yohanes mencatat panjang lebar tentang makna sesungguhnya Perjamuan Kudus itu (Yoh. 6:25-59).

Perjamuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus itu diteruskan oleh para Rasul di semua jemaat Tuhan sampai hari ini. (I Kor. 11:23-26). Perjanjian yang diperbarui antara Allah dan jemaat-Nya meterainya adalah darah Kristus (I Kor.11:25).

E. Perjamuan Kudus dan Perjamuan Kasih dalam gereja mula-mula

Perjamuan Kudus dan Perjamuan Kasih dalam gereja mula-mula merupakan satu acara, yaitu bagian dari persekutuan ibadah. Ibadah Kristen waktu itu dilakukan di rumah-rumah jemaat. Karena Bait Allah di Yerusalem masih resmi pusat Ibadah agama Yahudi. Dalam ibadah rumah itulah salah satu mata acaranya adalah Perjamuan. Karena roti adalah makanan pokok dan anggur adalah minuman yang lazim disajikan dalam pertemuan kebersamaan, maka acara “memecahkan roti” merupakan perjamuan kasih sekaligus Perjamuan Kudus (Kis. 2:41-47; 4:32-37; 20:11; I Kor. 11:17-34).

Karena salah mengerti dan tidak membedakan Perjamuan Kasih bagian dari ibadah dengan acara makan-makan duniawi, maka Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk kembali pada makna utama Perjamuan dalam Ibadah Kristen. Tidak disebutkan mulai kapan Perjamuan Kasih dan Perjamuan Kudus itu dipisahkan.

F. Makna Perjamuan Kudus serta berkat dan kutuk yang menyertai

Di atas sudah disebutkan tentang makna Perjamuan Kudus dan berkat yang menyertainya.

Namun banyak jemaat yang belum memahami bahwa: Kalau salah motivasi dan hati tidak siap menerima Sakramen Perjamuan Kudus, akan ada akibat buruk yang diterima. Karena akibat baik disebut berkat, maka akibat buruk merupakan kutuk.

Menurut 1 Korintus 11:27-29, motivasi salah dan hati tidak siap itu antara lain: dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan dan makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan.

Mengapa disebut kutuk, karena ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Akibat buruk yang disebut dalam 1 Korintus 11:30 itu antara lain:

  • Mendatangkan hukuman atas dirinya.
  • Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit.
  • Dan tidak sedikit yang meninggal (meninggal di sini bisa mati jasmani, bisa juga mati rohani.
    Seperti Adam dan Hawa sesudah makan buah pohon pengetahuan, tidak langsung mati jasmani; tapi mati rohani, yaitu terpisah dari Tuhan). Demikian pula kalau salah dalam makan roti dan minum anggur Perjamuan Kudus. Karena itu GBI tidak mengizinkan anak-anak yang belum mengerti ikut makan roti dan minum anggur. Begitu pula orang dewasa yang belum dibaptis dan belum mengerti/belum bertobat.

G. Berbagai pemahaman

  1. Pandangan tradisional Katolik
  2. Transsubstansiasi: substansi roti dan anggur secara fisik berubah menjadi daging dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus itu. Dan di kalangan awam terutama di Indonesia & negara-negara Asia unsur mistiknya sangat kuat. Karena itu bagi umat Katolik, ekaristi lebih utama daripada khotbah (berbeda dengan umat GBI yang lebih mengutamakan khotbah)

  3. Pandangan Marthin Luther
  4. Konsubstansiasi: secara fisik roti dan anggur tidak berubah. Tapi tubuh dan darah Kristus ada dalam roti dan anggur.

  5. Pandangan Ulrich Zwingly
  6. Merupakan peringatan dan kenangan akan korban Kristus sebagai peristiwa sejarah. Mengingatkan kita akan kematian Kristus.

  7. Pandangan Mistik/Magis (Sinkritisme)
  8. Pemahaman ini dianut oleh sebagian orang Kristen di Indonesia yang masih kental dengan mistik/magis. Materi roti dan anggur itu secara fisik, berubah menjadi jimat yang bisa mengobati orang sakit, menghindarkan dari kecelakaan, mendatangkan rejeki,dll. Terutama kebutuhan jasmani. Karena itu penganut ajaran ini jarang menekankan hubungan Sakramen Perjamuan Kudus dengan pengampunan dosa, keselamatan kekal dan damai sejahtera. Itu sebabnya mereka membawa-bawa roti dan anggur yang sudah didoakan kepada orang-orang sakit, dan diberikan kepada siapapun tanpa melihat orang itu beriman atau tidak.

  9. Pandangan Calvin
  10. Dalam Sakramen Perjamuan Kudus itu, Yesus Kristus hadir dan memberkati jemaat-Nya. Kehadiran-Nya tidak secara fisik, namun secara rohani dan dinamis. GBI menerima pandangan ini. Namun kehadiran Yesus tidak hanya memberikan berkat rohani (pengampunan dosa, iman semakn kuat, dll) tetapi juga manfaat jasmani bagi orang percaya yaitu kesembuhan jasmani (1 Petrus 2:24). Tetapi ini tidak dipahami secara mistik/magis.

H. Materi dan waktu pelaksanaan

  1. Materi perjamuan
  2. Makanan pokok di tanah Israel adalah roti. Materi utama Perjamuan adalah roti tidak beragi dan anggur peras. Di negara-negara lain juga menggunakan roti dan anggur. Sebelum adanya hosti, gereja-gereja reformasi termasuk Pentakosta menggunakan roti tawar (yang beragi) dipotong kecil-kecil. Anggur yang dipakainya adalah anggur/arak cap orang tua atau anggur beranak (yang biasa diminum ibu sesudah melahirkan). Karena di Indonesia hanya itu yang dikenal dengan roti dan anggur, hal itu berlangsung puluhan tahun tanpa menjadi syak dan tidak ada yang mempermasalahkan.

    Di daerah pelosok yang sulit mendapatkan roti dan anggur,mereka menggunakan makanan daerah yang ada, seperti ubi atau singkong. Sebagai ganti anggur, digunakan air teh atau coca cola yang dijual di warung. Kalau di pelosok yang belum ada roti dan anggur dan masih menggunakan singkong dan coca cola, Pendeta yang memimpin tetap menyebut roti dan anggur.
    Bukan: “Mari kita angkat singkong di tangan kanan, dan coca cola di tangan kiri”.

    Tetapi sekarang sudah ada hosti roti khusus dan anggur khusus untuk Sakramen ini. Bisa dibeli di toko-toko Kristen dan bisa disimpan lama. Gereja di pelosok pun bisa membeli di kota untuk disimpan cukup lama.

  3. Waktu pelaksanaan perjamuan
  4. Alkitab tidak menyebutkan kapan saja Perjamuan Kudus dilaksanakan. Dalam surat I Korintus 11:26, ”… setiap kali…”. Berbeda dengan Sakramen Baptisan yang dilakukan hanya sekali seumur hidup, tidak boleh diulang. Perjamuan Kudus dilakukan berulang kali, sambil memberitakan Penebusan Kristus. GBI pada umumnya melaksanakan Perjamuan Kudus sebulan sekali. Serta dalam acara persidangan gereja.

I. Siapa yang boleh melayankan dan siapa yang boleh makan perjamuan

  1. Yang melayankan
  2. Istilah melayankan tidak salah ketik. Kita tidak melayani Perjamuan Kudus, tapi melayani Tuhan atau jemaat Tuhan. Kita melayankan Perjamuan Kudus, bukan melayani Perjamuan Kudus. Kriteria pelayan Perjamuan sudah disebut dalam I Timotius 3:8-13 (diaken).

  3. Yang makan Perjamuan Kudus
  4. Alkitab pun tidak menyebutkan siapa yang boleh dan yang tidak. Tapi karena ini menyangkut keselamatan dan kekudusan (Sakramen/Sakral) dari Tubuh dan Darah Kristus (I Kor. 11), Alkitab pun memberi batasan-batasan tidak langsung. Yang layak makan Perjamuan adalah:

    1. Yang sudah bertobat, dibuktikan dengan buah-buah kehidupannya.
    2. Yang sudah percaya/beriman kepada Tuhan Yesus (dibuktikan dengan Baptisan Air). Sekalipun seseorang mengatakan sungguh percaya, tapi dia menolak untuk dibaptiskan, berarti dia tidak beriman akan kurban Kristus. Jangan ia makan Perjamuan.
    3. Yang sudah mengerti apa artinya berdosa, bertobat dan memahami sungguh arti Perjamuan Kudus. Karena itu GBI tidak mengizinkan anak-anak untuk ambil Perjamuan Kudus.
    4. Tidak sedang menyimpan kesalahan orang/dendam (Mat. 5:23-24; I Kor. 13:5)

II. Pelaksanaan Sakramen Perjamuan Kudus

Persiapan:

Seminggu sebelum dilaksanakan, Perjamuan Kudus diwartakan di Warta Jemaat agar jemaat mempersiapkan diri. Para pelayan Perjamuan yang biasanya sudah dijadwalkan jauh-jauh hari diingatkan lagi. Gereja-gereja tertentu mengadakan doa persiapan sebelum melayani. Roti dan anggur disiapkan sejumlah warga jemaat yang biasanya hadir. Ada baiknya disiapkan tambahan. Pendeta mengingatkan agar anak-anak jangan diberi. Bagi keluarga yang membawa anak bisa menyiapkan biscuit untuk mengganti permintaan anak yang rewel minta. Dan warga jemaat yang belum mengerti atau tidak siap hati tidak usah mengambil, tapi tetap di tempat dengan berdoa.

Pelaksanaan:

  1. Pendeta siap di mimbar, mengajak jemaat menyanyikan pujian penyembahan
  2. Para pelayan Perjamuan diundang dan berdiri menghadap mimbar, jemaat tetap duduk.
  3. Tutup bejana Perjamuan dibuka, Pendeta berdoa boleh sambil mengedangkan tangan kearah roti dan anggur.
  4. Roti dan anggur dibagikan ke jemaat sambil menyanyikan lagu penyembahan.
  5. Setelah semua menerima, para pelayan kembali ke depan dan meletakkan bejana perjamuan di meja semula.
  6. Pendeta menanyakan:
  7. Apakah Saudara yang ingin ambil bagian sudah menerima semuanya, bila ada yang belum harap mengangkat tangan.

  8. Kalau ada, pelayan akan melayaninya. Kalau semua sudah, jemaat diundang berdiri.
  9. Pendeta mengangkat roti di tangan kanan, sambil mengucapkan:
    Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan ini adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?

    Jemaat menjawab:

    Amin.

    Pendeta:

    Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”Kalau kita mengimani firman ini mari kita makan dalam nama Tuhan.

    Roti dimakan.

  10. Pendeta mengangkat cawan di tangan kanan sambil mengucapkan:
  11. Bukankah anggur yang dicurahkan adalah persekutuan dengan darah Kristus?

    Jemaat menjawab:

    Amin.

    Pendeta:

    Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
    Kalau kita mengimani firman ini mari kita minum dalam nama Tuhan.

    Anggur diminum.

  12. Pendeta melanjutkan dengan doa syafaat.

  13. Sakramen Perjamuan Kudus selesai, mimbar diserahkan kembali kepada pemimpin pujian untuk acara selanjutnya, sambil cawan-cawan dikumpulkan.

III. Pelayanan Perjamuan Kudus untuk orang sakit

Ada kalanya waktu Sakramen Perjamuan Kudus, ada anggota jemaat yang tdak bisa hadir karena sakit, baik di rumah atau di rumah sakit. Mereka juga harus dilayani. Untuk mendapat pelayanan Sakramen ini, Pendeta memastikan yang akan dilayani ini adalah warga jemaat, atau keluarganya. Si sakit harus sudah bertobat, sudah dibaptis dan bersedia dilayani dengan Sakramen Perjamuan Kudus, bukan karena kemauan anggota keluarganya. Perlu disampaikan bahwa Perjamuan Kudus

ini adalah tindakan iman, bukan jimat yang akan mengobati si sakit. Meskipun karena anugerah Tuhan dan iman kita, Tuhan sanggup menyembuhkan orang sakit melalui hal ini. Si sakit dalam keadaan sadar, tidak sedang koma. Tidak sedang memakai peralatan medis: oksigen, infus, dll. Si sakit bisa duduk atau berbaring, tapi masih bisa mengunyah roti dan minum anggur. Kalau karena alasan medis tidak boleh minum anggur, bisa diganti dengan air teh.

  1. Pendeta dengan pengerja yang mendampingi berdiri di dekat si sakit. Keluarga dan si sakit tetap duduk.
  2. Pendeta mengajak menyanyi satu lagu penyembahan yang pendek dengan suara lembut. Dilanjutkan dengan doa pembukaan.
  3. Pendeta membacakan satu atau dua ayat. Boleh dengan renungan singkat.
  4. Roti dan anggur dibagikan. Keluarga diajak berdiri, si sakit boleh tetap duduk/berbaring.
  5. Dilanjutkan seperti point II no. 8-10 di atas. Diakhiri dengan doa berkat.

IV. Tanya jawab

Tanya Jawab
Roti dan anggur yang tidak habis setelah acara Perjamuan Kudus selesai harus diapakan ? Anggur kalau masih sisa banyak, disimpan untuk dipakai lagi. Anggur yang sudah dituang jangan dimasukkan kembali ke dalam botol sebelumnya tapi disimpan di botol lain, supaya tidak terjadi oksidasi dan anggur yang belum dituang menjadi basi. Roti hosti tidak bisa disimpan lagi karena sudah melempem/lembek. Jangan dijadikan mainan untuk anak-anak.
Bolehkan kelompok persekutuan doa yang tidak terikat pada gereja tertentu mengadakan Sakramen Perjamuan Kudus? Tidak! Sebab:
  1. Yang datang di dalam PD tersebut tidak semua diketahui kualitas rohani dan motivasi mereka, bahkan siapapun termasuk orang belum bertobat bisa datang ke PD
  2. Yang boleh makan dan minum Sakramen Perjamuan Kudus adalah yang sudah bertobat dan dibaptis. Supaya mereka jangan berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan, yang akhirnya mendatangkan hukuman atas mereka (I Kor. 11:29)
  3. Di Indonesia, hanya pejabat gereja yang dapat melaksanakan sakramen.
Bukankah jemaat mula-mula juga merupakan persekutuan doa dan ibadahnya pun berpindah-pindah dari rumah ke rumah yang lain? Betul, tetapi dalam jemaat mula-mula Roh Kudus bekerja luar biasa. Semua orang takut akan Tuhan (Kis. 2:43; 9:31). Dan kalau ada orang yang mencoba salah motivasi dalam ibadah, akan mengalami akibatnya seperti Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11) atau Simon tukang sihir (Kis. 8:9-24).