Menjadi tawanan Roh Kudus
Materi COOL BPA | |
---|---|
Tanggal | Minggu, 09 Juni 2024 |
Penulis | (HE) |
Unduh | Google Drive |
|
Menjadi tawanan Roh Kudus adalah tentang menemukan kebebasan yang sejati dan memenuhi panggilan yang lebih besar dalam hidup kita.
Bahan Commander of Thousand JC-Youth minggu kedua Juni 2024
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ."
Penjelasan materi
Guys, hidup sebagai tawanan Roh Kudus mungkin terdengar seperti konsep yang sulit di mengerti dan misterius, tetapi sebenarnya memiliki hubungan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai anak muda yang sering disibukkan dengan tuntutan sekolah, teman-teman kampus, dan pertanyaan tentang masa depan, ide menjadi tawanan Roh Kudus mungkin terdengar agak ketinggalan zaman atau bahkan membatasi kebebasan. Namun, pada kenyataannya, menjadi tawanan Roh Kudus adalah tentang menemukan kebebasan yang sejati dan memenuhi panggilan yang lebih besar dalam hidup kita. Sebagaimana ayat diatas, menceritakan perjalanan Paulus, menjadi tawanan Roh Kudus adalah tentang mempercayakan hidup kita kepada kehendak Allah, menjalin hubungan yang erat dengan-Nya melalui doa, dan hidup sesuai dengan standar-Nya bahkan ketika dunia menawarkan jalan yang mudah. Jadi, mari kita belajar, ada 3 langkah praktis, untuk menjadi tawanan Roh Kudus :
- Hidup dalam kehendak Allah (1 Yohanes 2:17)
- Memiliki kehidupan doa yang konsisten (1 Tesalonika 5:17)
- Hidup dalam ketaatan (Roma 6:16)
Menjadi tawanan Roh Kudus berarti sepenuhnya menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Ini adalah perjumpaan antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya memahami rencana-Nya bagi kita. Seperti seorang pecinta musik yang sepenuhnya tunduk pada alunan musik yang dimainkan oleh seorang pianis yang mahir. Demikianlah kita, sebagai tawanan Roh Kudus, menyesuaikan hidup kita dengan irama kehendak Allah, mempercayai bahwa setiap nada yang dimainkan-Nya membawa harmoni terbaik bagi hidup kita.
Doa adalah wadah utama di mana kita berkomunikasi dengan Allah. Menjadi tawanan Roh Kudus berarti hidup dalam ketergantungan dan komunikasi yang berkelanjutan dengan-Nya melalui doa. Doa memperkuat hubungan kita dengan Allah dan memungkinkan Roh Kudus untuk bekerja dalam hidup kita dengan lebih aktif. Seperti seorang atlet yang setiap hari melatih tubuhnya secara intensif untuk mencapai kinerja terbaiknya. Demikianlah kita, sebagai tawanan Roh Kudus, melatih diri kita dalam doa yang berkelanjutan untuk menguatkan iman kita dan menjaga hubungan yang erat dengan Allah.
Ketaatan yang mutlak terhadap prinsip-prinsip Alkitab adalah bagian yang sangat penting dalam menjadi tawanan Roh Kudus. Menolak daya tarik dan dorongan duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah, serta hidup sesuai dengan standar-Nya. Seperti seorang prajurit yang setia, yang dengan teguh mempertahankan nilai-nilai dan prinsip prinsip negaranya bahkan dalam situasi yang paling sulit. Demikianlah kita, sebagai tawanan Roh Kudus, menunjukkan ketaatan yang mutlak terhadap Allah, bahkan ketika dunia menawarkan jalan yang mudah.
Guys, Sebagai tawanan Roh Kudus, kita tidak hanya dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, tetapi juga untuk memancarkan cahaya Kristus di tengah-tengah dunia yang gelap. Ketika kita mengikuti langkah-langkah praktis diatas, kita bukan hanya menjadi pembaca firman, tetapi juga pelaku firman, memperlihatkan kasih Allah kepada sesama dan menjadi saksi hidup akan kebesaran-Nya. Sebagaimana Paulus mengatakan, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Mari kita, dengan penuh semangat, hidup setiap hari sebagai tawanan Roh Kudus, siap untuk mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan-Nya, karena hanya dalam-Nya kita menemukan tujuan sejati dan kehidupan yang berarti. Amin.
Bahan diskusi
- Bagaimana perbedaan antara mengikuti keinginan kita sendiri dan menjadi tawanan Roh Kudus?
- Apa yang bisa dilakukan secara konkret untuk memelihara kehidupan doa yang kokoh dalam rutinitas sehari-
hari? (HE)