Janji-janji berdasarkan kehendak Tuhan

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 06
Revisi sejak 15 September 2022 11.34 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yakobus 4:13-15)

Janji berdasarkan kehendak Allah termasuk janji-janji yang dapat disampaikan kepada Allah. Orang sering membuat janji dan harapan prediktif. "Aku akan menjadi suami yang lebih setia di tahun depan." "Aku akan mendapatkan nilai yang lebih bagus di sekolah semester ini." "Aku tidak akan mengulang kegagalanku di tahun lalu." "Aku akan meningkatkan bisnisku di kuartal ini." Janji-janji seperti ini hanya dapat diterima Allah, jika dibuat berdasarkan kehendak Allah. Karena itu, sebaliknya kita seharusnya berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

Kehendak Allah adalah faktor penentu untuk semua rencana kita. Allah menggunakan Yakobus untuk menegur hidup yang mementingkan diri sendiri.

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung."

Kata-kata seperti ini menunjukkan arogansi di dalam hidup seseorang.

Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, (Yakobus 4:16)

Kesombongan seperti ini menghalangi kita untuk hidup dalam kasih karunia, karena kasih karunia diberikan kepada hati yang rendah hati.

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (1 Petrus 5:5)

Daud adalah contoh yang menonjol dari orang yang dengan rendah hati mencari dan berserah kepada kehendak Allah.

aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; ... Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! (Mazmur 40:9; 143:10)

Komitmen Paulus yang sungguh-sungguh terhadap kehendak Allah dapat dilihat bahkan dalam cara dia menginformasikan rencana perjalanan pribadinya. Ketika dia meninggalkan Efesus, dia berkata,

"Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya." (Kisah 18:21)

Saat menulis surat ke jemaat di Korintus, dia berjanji,

Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. (1 Korintus 4:19).

Dan terutama, Tuhan Yesus Kristus mengajar dan hidup dalam kehendak Bapa-Nya sebagai hal yang mutlak. Mengenai cara berdoa, Dia mengajarkan,

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, ... datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (Matius 6:9-10)

Dia sendiri berdoa demikian,

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Doa

Bapa terkasih, aku mencari Engkau dengan hati yang berkomitmen penuh pada kehendak-Mu. Aku ingin menyenangkan Engkau di setiap hari. Biarlah aku berkata-kata akan hari-hari yang akan datang hanya sesuai dengan kehendak-Mu — "Jika Tuhan menghendakinya, aku akan hidup dan berbuat ini dan itu."'