Makna pandemi bagi orang percaya (Sikap teologis)
Sikap teologis GBI Jalan Gatot Subroto | |
---|---|
Tanggal | 14 Juni 2020 |
Penulis | Pdt Dr Rudi Darmawan |
Video | Voice of Pentecost 7 (Chris Silitonga ) |
Unduh | Unduh OSP |
Ketika Tuhan menciptakan manusia dan menempatkannya di taman Eden, itu adalah kondisi yang ideal. Tidak ada dosa dan kejahatan, tidak ada sakit penyakit dan penderitaan.
I. Asal mula sakit-penyakit
Adam mengelola taman yang diciptakan Tuhan dengan hikmat yang Tuhan beri sebagai ciptaan yang serupa dan segambar dengan Allah. Salah satu yang Tuhan berikan sebagai kelebihan pada manusia adalah kemampuan berpikir. Adam dan Hawa dapat menimbang apa yang boleh dilakukan atau tidak.
Kondisi yang ideal dan baik tersebut menjadi rusak ketika Hawa dan Adam menggunakan kelebihan yang dimiliki dengan cara yang keliru. Mereka mendengar sumber yang salah. Ular memberikan pendapat yang salah dengan cara yang menarik, sehingga akhirnya Hawa mengambil buah pengetahuan baik dan jahat dan memakannya. Sejak saat itu, kondisi yang ideal di muka bumi menjadi berubah. Dosa masuk ke dalam kehidupan manusia. Dosa membawa akibat keterpisahan manusia dari Allah. Dosa yang merupakan pemberontakan manusia terhadap Allah menurunkan kutuk, sakit penyakit, kekacauan dan kematian kekal. Manusia yang lahir dari keturunan Adam dan Hawa tidak lepas dari akibat dosa.
II. Pandemi, penyakit dalam skala besar
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, kualitas hidupnya juga merosot. Manusia bisa mengalami sakit dan akhirnya meninggal dunia. Dosa membuka jalan bagi penyakit dan kutuk masuk dalam hidup manusia. Penyakit bisa disebabkan sendiri; bisa karena bakteri, virus, kurang istirahat dan penyebab lain, namun akarnya adalah karena dosa. Kondisi itu tidak dapat dihindari oleh manusia yang berada dalam dunia yang berdosa.
Buat seorang pendosa, si jahat akan mendatangkan akibat dosa atas hidup seseorang sesuai kehendaknya. Si jahat akan membuat hidup orang-orang menjadi menderita, akhirnya kecewa dan tidak percaya dengan keberadaan Tuhan. Iblis membuat selubung yang menutupi mata orang sehingga tidak melihat cahaya kemuliaan Tuhan. Orang-orang dibuat kecewa sedemikian rupa sehingga mengalami kepahitan yang tidak tersembuhkan. Pada saat umurnya sudah genap orang tersebut akan meninggal dan terhilang selama-lamanya.
Buat anak-anak-Nya, Tuhan memberikan perlindungan yang luar biasa. Perlindungan tersebut tidaklah terlihat, namun nyata. Ada semacam pagar yang mengelilingi anak-anak Tuhan yang tidak dapat ditembus oleh di jahat. Jika si jahat ingin mencobai anak-anak Tuhan, mereka memerlukan izin dengan berbagai syarat yang Tuhan tentukan. Salah satu syaratnya adalah pencobaan yang diberikan tidak melampaui kemampuan orang percaya. Pencobaan itu juga ada batas waktunya, tidak sepanjang masa. Tuhan tidak akan mengizinkan anak-anak mengalami kepahitan dan meninggalkan hubungan dengan Tuhan yang membawa kehidupan. Tuhan juga memberikan jalan keluar ketika pencobaan itu datang.
III. Pencobaan atas Ayub
Ketika virus atau bakteri menyerang seseorang dan sistem imun tubuhnya lemah, orang tersebut menjadi sakit. Ketika penyakit itu menyebabkan banyak orang menjadi sakit di suatu wilayah yang luas disebut wabah. Dan ketika penyakit tersebut menular dan melanda hampir seluruh dunia disebut pandemi.
Di dalam Alkitab disebutkan banyak orang yang menderita penyakit. Salah satu orang yang sangat menderita adalah Ayub. Ayub dicatat sebagai orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan memberkati segala usahanya, ternaknya berkembang biak mencapai ribuan. Ayub diberkati dengan 7 laki-laki dan 3 perempuan. Semua berjalan dengan baik. Suatu hari Ayub mengalami hal yang tidak menyenangkan. Semua anaknya mati, ternaknya habis dan tubuhnya menderita penyakit barah. Ayub begitu menderita kesakitan, sampai-sampai mengutuki hari kelahirannya.
Ayub tidak mengerti sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Beberapa teman Ayub datang untuk menghibur atas kemalangan yang sedang Ayub alami.
- “Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.” (Ayub 2:13)
Ayub mengalami penderitaan yang sangat berat. Alih-alih menghibur, mereka justru menyatakan bahwa Ayub berbuat dosa sehingga menerima hukuman dari Tuhan. Teman-teman Ayub berpendapat bahwa orang yang dihukum tentu karena bersalah dan orang diberkati berarti orang benar. Sebaliknya, Ayub merasa tidak berbuat sesuatu yang salah yang membuatnya layak dihukum begitu berat.
Ayub tidak tahu apa yang terjadi di hadapan Tuhan.
- “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.” (Ayub 2:1)
Iblis datang menghadap Tuhan dan meminta untuk mencobai Ayub. Tuhan mengizinkan hal itu karena tahu bahwa Ayub dapat mengatasinya. Selanjutnya berbagai kesulitan menimpa Ayub, termasuk Ayub mengalami sakit yang luar biasa,
- “Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.” (Ayub 2:7).
Ayub mengalami sakit karena serangan atau pencobaan yang datang dari Iblis.
IV. Tuhan mengijinkan pencobaan atas Ayub
Ayub dan teman-temannya tidak mengerti mengapa Ayub mengalami penderitaan itu. Yang mereka ketahui adalah orang yang menderita adalah orang yang bersalah. Mereka tidak tahu bahwa Tuhan memberi ijin kepada Iblis untuk mencobai.
- “Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN (Ayub 1:12).
Tuhan memberi izin untuk beberapa alasan berkenaan dengan hati Ayub:
- Menguji motivasi
- Memurnikan
- Bertobat
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang melakukan tindakan. Biasanya orang hanya melihat tindakan dan bukan motivasinya ketika melakukan tindakan itu. Motivasi yang keliru akan membuat tindakan berubah ketika situasinya tidak seperti yang diharapkan. Misalnya jika motivasi seseorang dalam memberi adalah untuk mendapatkan nama baik, dia akan berhenti memberi ketika tidak ada yang melihat. Jika motivasinya murni, dia akan memberi bagaimanapun situasinya. Jika motivasi Ayub menyembah Tuhan adalah mendapatkan kekayaan, maka penyembahan dan pengiringan Ayub akan berhenti ketika kekayaannya lenyap. Ayub tetap mempercayai Allah dalam keadaan baik ataupun susah. Hal itu menunjukkan Ayub memiliki motivasi yang benar. Bahkan sesungguhnya, dengan mengizinkan Ayub dalam kuasa iblis, sesungguhnya TUHAN yakin dengan motivasi Ayub yang hanya kepada-Nya saja.[1]
Ayub disebutkan sebagai orang yang takut akan Allah, namun Ayub belum terlalu mengenal siapa Allah yang ditakutinya. Dalam penderitaannya, Ayub mengalami perjumpaan dengan Allah, sehingga timbul pengenalan akan Allah secara pribadi. Pengenalan akan Allah membuat takut akan Dia dalam diri Ayub menjadi sempurna. Kesengsaraan Ayub yang Ayub alami, yang jelas disebabkan pencobaan dari si jahat, memurnikan hidupnya. Jika Ayub sebelumnya sudah baik, dia menjadi bertambah murni.
Dalam perjumpaan dengan Tuhan, Ayub sadar ada hal-hal yang dia tidak mengerti mengenai hidupnya. Dalam kesengsaraannya, Ayub berkata-kata yang salah tentang Tuhan. Dia berpikir Tuhan tidak adil dengan menimpakan kepadanya kerugian dan penyakit yang luar biasa. Ayub sendiri merasa tidak berdosa dengan semua yang dilakukannya. Namun kemudian Ayub sadar dan bertobat. Ayub berkata: “Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." Ayub 42:6).
Ayub bertobat dan masuk dalam suatu dimensi rohani yang baru dalam hidupnya.
V. Pencobaan atas Daud: Tuhan atau Iblis?
Di dalam kisah Daud menghitung orang Israel dan Yehuda (2 Samuel 24; 1 Tawarikh 21), diceritakan bagaimana perbuatan Daud tersebut adalah sebuah dosa (2 Samuel 24:10) yang mengakibatkan TUHAN mendatangkan penyakit sampar (ay. 15). Menarik untuk disimak dalam 2 versi, bagaimana kisah tersebut dimulai:
- 2 Samuel 24:1, Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: "Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.
- 1 Tawarikh 21:1, Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel.
Patut dipertanyakan siapa yang sesungguhnya membujuk Daud? TUHAN atau iblis? Sepintas lalu, kedua ayat di atas menunjukkan adanya ‘kesalahan’ dalam Alkitab. Tentunya tidaklah demikian! Kalau begitu, bagaimana mengartikannya? Di dalam alam pikir Israel, terutama sebelum masa pembuangan ke Babilonia, TUHAN adalah Allah yang memiliki supremasi tertinggi dan berdaulat di atas segalanya. Segala sesuatu, termasuk perbuatan “menghasut” atau “membujuk” Daud, hanya bisa terjadi kalau TUHAN mengizinkannya.[2] Kitab Tawarikh yang menyatakan iblis-lah yang membujuk Daud, menjadi semacam keterangan pelengkap atas apa yang ditulis di Kitab Samuel; “Ia (TUHAN) menghasut Daud.” Iblis-lah yang menjadi pelaku penghasutan tersebut dan TUHAN mengizinkan iblis melakukannya. Ini adalah alur pikir yang juga ada dalam kisah Ayub.
Sebagai insan Pentakostal, kita terbiasa dilatih untuk memerangi iblis dan menghancurkan pekerjaannya. Apabila ada penyakit menimpa dalam skala yang luas, kita dapat mencerna hal tersebut dari dua sudut pandang secara bersamaan: iblis yang menunggangi atau buat gara-gara dan TUHAN memakainya untuk rencana-Nya. Kita tidak menganut pola pikir gampangan yang berkata: “kalau penyakit ini (penghukuman) dari TUHAN, kenapa malah kita diminta memerangi iblis?” atau “kalau ini melibatkan pekerjaan iblis, kenapa kita malah diminta bertobat?”. Sebagai insan Pentakostal, secara bersamaan kita akan menundukkan diri kepada Allah dan juga melawan iblis (Yakobus 4:7).
VI. Corona virus: hukuman atau pencobaan?
Virus Corona yang melanda dunia, apakah merupakan hukuman Tuhan atau pekerjaan si jahat yang ingin menghancurkan manusia? Ingat bahwa Tuhan memiliki rancangan yang baik buat manusia. Manusia pertama ditempatkan di sebuah taman yang tentunya sangat baik adanya. Kehidupan dalam taman Eden menjadi kacau ketika si jahat masuk dan mempengaruhi manusia sehingga jatuh dalam dosa. Tuhan Yesus menyatakan bahwa pencuri datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan. Jati diri itu melekat pada Iblis dan terus membuat kekacauan atas manusia.
Pada waktu-waktu yang terakhir ini, si jahat terus bekerja dan meningkatkan pencobaan atas manusia guna mengacaukan, sehingga manusia tidak berfokus pada Tuhan dan rencana-Nya. Melalui berbagai hal termasuk COVID-19 (nama pandemi yang diakibatkan virus Corona) si jahat bekerja membuat manusia takut dan fokusnya hanya satu yaitu menyelamatkan diri secara fisik. Belum pernah ada dalam sejarah sampai-sampai semua orang diseluruh dunia disuruh menghentikan kegiatan demi mencegah penyebaran satu penyakit.
Apakah Tuhan tidak menghentikan pekerjaan Iblis agar manusia dapat hidup tenang seperti sediakala? Seperti pada zaman Ayub, Tuhan tentu saja berkuasa atas segala sesuatu, termasuk virus-virus yang ada. Dalam hikmat-Nya yang tinggi dan tidak terselami oleh manusia, Tuhan mengizinkan virus itu ada. Apakah Tuhan memiliki maksud tertentu dengan semua keadaan ini? Tentu saja. Jika melihat pada kehidupan Ayub, paling kurang ada 3 (tiga) hal yang Tuhan kehendaki, yaitu agar manusia memiliki motivasi yang benar dalam mengiring dan melayani Tuhan. Ada orang-orang yang keliru dalam hubungan dengan Tuhan, orang tersebut berpikir dia melayani Tuhan karena berkat-berkat Tuhan semata. Artinya jika Tuhan tidak memberi berkat, tidak ada kewajiban bagi manusia untuk melayani. Dalam kondisi sekarang ini, saat kita melihat motivasi kita. Jika kurang sesuai dengan kehendak Tuhan, inilah saat yang tepat untuk mengalami pemurnian.
Tuhan juga menghendaki kita menjadi orang-orang yang murni. Tuhan tidak menghendaki ada kepalsuan. Tuhan juga tidak menghendaki adanya percampuran antar benih gandum dan lalang. Jika diibaratkan emas, Tuhan tidak menghendaki emas 23 karat. Tuhan mau 24 karat. Dalam kasus
Ayub, kesengsaraan yang dialami karena pencobaan si jahat, memurnikan rohaninya. Sekarang ini Tuhan bisa memakai apa saja untuk tujuan-Nya.
Tuhan juga menghendaki manusia bertobat, berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Ada orang yang mau berubah setelah belajar dengan cara yang keras dibanding cara Tuhan yaitu taat kepada Firman. Jika melihat tokoh-tokoh dalam Alkitab dan raja-raja Yehuda dan Israel, kita akan mendapati bahwa Tuhan menghendaki setiap raja, setiap generasi berjalan dalam ketaatan akan perintah Tuhan. Kalau sampai terjadi bahwa mereka jatuh dalam dosa, ada cara yang dipakai Tuhan untuk membuat mereka bertobat.
VII. Kesimpulan
Tuhan yang kita sembah dan layani adalah Penguasa yang Mahatinggi, Tuhan berkuasa atas segala sesuatu. Tuhan memiliki banyak cara untuk membawa umat-Nya hidup dalam persekutuan yang indah. Pencobaan yang diizinkan ada dalam pertimbangan hikmat Tuhan yang "sungguh alangkah dalamnya." Tuhan akan memberikan jalan keluar dari pencobaan tersebut dan hasil akhirnya adalah orang-orang yang hati tertuju kepada Tuhan. (RD)
Catatan kaki
- ^ John E. Hartley, The New International Commentary on The Old Testament, The Book of Job (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 81
- ^ Bahkan alam pikir Israel tidak punya masalah untuk berkata bahwa sebuah bencana adalah dari TUHAN. Lihat: Bill T. Arnold, The NIV Application Commentary, 1 and 2 Samuel (Grand Rapids, MI : Zondervan, 2003) 2 Sam 24:1-25, Original Meaning, Kindle.