Sexual purity
Sikap teologis GBI Jalan Gatot Subroto | |
---|---|
Tanggal | 08 November 2020 |
Video | Voice of Pentecost 23 ( Stephen Kurniadi ) |
Unduh | Unduh OSP |
“Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya.
Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:18-20)
I. Realita pandangan dunia hari ini mengenai sexual purity
Hari ini terpampang di hadapan kita satu generasi yang hidup dalam satu dunia yang diistilahkan ‘borderless’, dunia yang tanpa batas. Teknologi dan kemajuan yang terjadi di segala bidang membuat segala informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan mudahnya. Media internet, teknologi gadget, medsos, dan lain sebagainya membuat semua menjadi terbuka lebar. Ada peperangan besar yang terjadi di alam nyata maupun alam rohani. Di alam nyata, perang terjadi dalam memperebutkan pasar dan bisnis, persaingan teknologi maju dan sebagainya. Di alam rohani, perebutan terjadi antara Kerajaan Terang dan kegelapan. Setan ingin mencuri sebanyak-banyaknya jiwa-jiwa yang dapat dikuasainya untuk menjadi pengikutnya, menjadi hamba iblis alias hamba dosa.
Salah satunya ialah iblis ingin agar tubuh manusia ini dipersembahkan sebagai hamba ketidakkudusan. Iblis ingin merusak setiap prinsip moral dan kebenaran yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga kekudusan tubuh ini. Sementara pada saat yang sama Tuhan mau kita menjaganya dengan sungguh-sungguh, seperti ayat-ayat firman Tuhan di atas. Melalui berbagai media, baik internet, sosial media, aplikasi-aplikasi dalam perangkat elektronik, setan berusaha menyuguhkan kenikmatan duniawi khususnya kenikmatan seksual, agar semua orang mau mengejar hal itu dan menganggap pengejaran itu sebagai hal yang wajar dan merupakan bentuk ekspresi kebebasan yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Tapi kita semua tahu bahwa apapun yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, ujungnya ialah kehancuran dan maut.
Pada kenyataannya sekarang, begitu banyak anak muda yang jatuh dalam dosa seksual ini. Riset yang diterbitkan BKKBN pada tahun 2017 saja menunjukkan bahwa sekitar 8% dari remaja pria, usia 15-24 tahun, telah melakukan hubungan seksual pada masa pacaran atau pranikah. Bahkan dalam riset yang sama, diketahui bahwa 8 dari 10 anak muda (artinya 80%) telah melakukan aktifitas seksual dalam menjalani masa pacaran mereka.
Oleh sebab itu setiap orangtua, pemimpin-pemimpin yang baik, haruslah selalu mengingatkan dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran khususnya kekudusan seksual kepada generasi yang di bawahnya, sebab tanpa nilai moral yang baik, kita sedang menciptakan pribadi-pribadi yang pada hakikatnya adalah calon pemimpin-pemimpin masa depan yang tak bermoral. Generasi muda adalah target utama setan untuk dihancurkan, sebab sekali generasi ini rusak, maka hari ini dan esok berada dalam kuasa si jahat. Kehendak Tuhan ialah supaya setiap generasi muda menjaga kekudusannya maka hari esoknya akan menjadi masa depan yang penuh pengharapan dan kemenangan.
Ketika memasuki fase dewasa, adalah normal baik bagi seorang pria atau seorang gadis untuk tertarik kepada lawan jenisnya, dan ingin mengalami kasih sayang dari orang yang disukainya itu. Mereka akan berusaha untuk saling mendekati, memberikan perhatian, dan menunjukkan rasa sayangnya. Sampai di situ tentu masih wajar. Namun ketika tubuh ini diberikan kepada orang yang disukai sebagai tanda cinta dan sayang, di situ masalah besar terjadi. Di situ dosa masuk, di situ setan masuk untuk menjalankan strateginya, menghancurkan masa depan generasi muda dengan cara mengeksploitasi daya tarik seksual yang sejatinya memang sedang bertumbuh dalam diri setiap orang muda.
Ketika seorang gadis muda memberikan tubuhnya kepada seorang laki-laki di luar ikatan pernikahan maka ia sebenarnya tidak memiliki ikatan janji atau komitmen apapun dari lelaki itu. Sekalipun pada akhirnya, mereka berdua akhirnya bisa masuk dalam pernikahan maka ‘tidak ada lagi yang dipersembahkan ’bagi pasangannya, tidak ada lagi yang spesial, sebab yang spesial dan sangat pribadi itu sudah diserahkan jauh sebelum hari itu tiba.
Sebab itu sangat penting bagi setiap generasi muda untuk menyadari akan hal ini ketika mereka mulai masuk dalam fase membangun hubungan pranikah atau berpacaran, supaya memulai dan menjalani hubungan tersebut secara bertanggung-jawab di hadapan Tuhan. Berikut beberapa perbedaan yang paling mendasar dari hubungan pranikah atau pacaran, yang secara duniawi dan pacaran yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan:
- Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta. Pacaran yang bertanggung-jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai persiapan titik tolak menuju pernikahan.
- Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangan untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian menjurus pada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung-jawab kepada Tuhan melihat tubuh pasangan sebagai rumah kediaman Roh Kudus, yang harus dihargai sebagai ciptaan Allah, yang nanti akan diterima oleh satu sama lain dalam pernikahan kelak. Pacaran duniawi mengutamakan keintiman fisik. Tetapi pacaran yang benar mengutamakan keintiman rohani dan emosi.
- Pacaran duniawi berorientasi masa kini (sekarang). Itu sebabnya sering terjadi luka yang dalam ketika terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung-jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan. Mereka membatasi segala bentuk keintiman jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belumlah mengikat. Ada kemungkinan untuk berpisah tanpa harus terluka.[1]
A. Dampak hubungan seksual di luar pernikahan
Hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah secara psikologis akan mengakibatkan beberapa dampak negatif, antara lain:
- Perasaan bersalah dan menyesal
- Ketergantungan secara emosional dan seksual terhadap pasangan
- Berpotensi terjadinya kekerasan dalam berpacaran
- Sangat berpotensi terjadi perselingkuhan saat sudah menikah
- Beresiko untuk terkena penyakit kelamin/organ reproduksi
- Resiko kehamilan di usia muda
- Mengalami Depresi
Akan muncul perasaan bersalah atau guilty feeling karena merasa tertuduh telah melakukan sesuatu yang baik secara agama maupun norma sosial dilarang. Merasa menyesal dan bersalah karena dalam hati nuraninya, tahu bahwa apa yang dilakukan itu salah dan terlarang.
Hal ini umumnya terjadi pada pasangan yang baru-baru melakukan hubungan/aktivitas seksual. Ketergantungan emosional ini bentuknya seperti perasaan cemburu yang berlebihan terhadap pasangannya. Adapun ketergantungan seksual disini ialah karena hubungan seksual itu adalah eksklusif, subyektif, dimana orang lain tidak boleh tahu, maka melakukan hubungan tersebut akan selalu tergantung kepada pasangannya.
Hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah dapat memicu terjadinya kekerasan dalam pacaran. Sebagai contoh, jika pasangannya menjadi lebih tergantung secara emosi maka akan timbul perasaan cemburu yang lebih besar sehingga akan memicu pertengkaran. Selain itu, kekerasan dalam pacaran ini juga bisa terjadi bukan hanya secara psikis namun juga bisa secara seksual. Misalnya saat pasangannya menolak untuk berhubungan seksual sementara yang satunya sangat menginginkan maka bisa terjadi pemaksaan yang memicu pada kekerasan. Hubungan seksual yang dilakukan tanpa pemahaman soal kesehatan reproduksi juga bisa mengakibatkan kehamilan yang tidak direncanakan, dan itu bisa memicu masalah lain yang lebih kompleks. Apalagi jika mereka belum siap untuk berumah tangga dan memiliki anak.
Saat sudah menikah, pasangan yang sebelumnya sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah berpotensi dan memiliki kecenderungan untuk selingkuh. Karena ada keberanian yang lebih lagi dari sebelumnya. Tadinya sembunyi-sembunyi karena belum menikah, tapi setelah menikah, adrenalinnya juga semakin bertambah untuk ingin merasakan tantangan yang berbeda.
Kecerobohan dan minimnya pengetahuan tentang kesehatan organ vital dapat mengakibatkan hal-hal yang sangat buruk terjadi, seperti penularan sakit penyakit dan sebagainya.
Jika tidak dilakukan dengan menggunakan pengaman, seks bebas bisa menyebabkan kehamilan di usia muda. Kehamilan di usia muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, anemia, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan mengalami depresi pasca persalinan.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang Psikolog, Martha Waller, mengungkapkan bahwa remaja yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas, memakai narkoba dan minum alkohol, adalah kelompok usia yang paling mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.
B. Penyebab kejatuhan dalam dosa seksual di luar pernikahan
Setiap orang, khususnya setiap generasi muda harus sadar bahwa tidak ada jalan lain selain datang kepada Tuhan dan mempersembahkan seluruh kehidupan dan masa depannya kepada Tuhan, agar dapat menjalani setiap fase pertumbuhan dan kedewasaan baik secara fisik maupun rohani untuk dapat hidup memuliakan Tuhan. [2]
Untuk melakukannya kita perlu mengidentifikasi beberapa penyebab mengapa anak-anak muda banyak yang jatuh dalam dosa seksual bahkan terikat dalam hawa nafsu yang menghancurkan itu:
- Hati yang bebal
- Pergaulan yang salah
- Kerohanian yang belum dewasa dan kuat "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” (Mazmur 119:9)
- Tidak mendapat kasih sayang orangtua
- Orangtua yang tidak melakukan perannya dengan maksimal
- Perkembangan teknologi informasi
- Perkembangan human rights yang melewati batas
Alkitab mengajarkan bahwa awal segala kejahatan itu berasal dari Hati manusia itu sendiri. Markus 7:20-23 menyatakan itu dengan gamblang. Segala hal yang najis dalam diri manusia semuanya di mulai dari hati, itulah sebabnya firman Tuhan mengajarkan untuk selalu berusaha menjaga hati dan pikiran kita. Miliki hati yang mau selalu bertobat dan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan[3] .
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33)
"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20)
Setelah bertobat maka setiap anak muda harus memperhatikan dengan siapa dia bergaul karib. Pergaulan terjadi di segala aspek kehidupan; di tempat pekerjaan dimana terjadi pertukaran pengalaman dan filosofi hidup, di tempat institusi pendidikan dimana anak-anak muda terpapar oleh berbagai pandangan yang sekuler, termasuk mengenai manusia dan seksualitas. Sekularisme adalah paham yang sangat menjunjung tinggi independensi manusia-manusia terpisah dari tujuan dan fungsi hakiki yang hanya bisa diberikan oleh sang pencipta. Paham sekularisme dimulai dengan materialisme dan menuju ke paham evolusi biologis, sama sekali menghilangkan keistimewaan manusia sebagai makhluk yang memiliki status di atas binatang. Semua fungsi-fungsi biologis yang dilakukan oleh binatang memiliki padanannya di manusia. Binatang bernafas manusia bernafas. Binatang makan manusia pun makan, namun terlihat perbedaan disini manusia adalah satu-satunya makhluk yang memasak makanannya sebagai tanda keunikan gambar dan rupa Allah. Dia harus membersihkan makanannya dan memilah-milah mana yang bisa dicerna mana yang tidak bisa. Binatang membuang hasil cernaan perutnya dalam bentuk kotoran, demikian pula manusia. Namun manusia memiliki tata cara untuk menyingkirkan kotorannya. Binatang memiliki naluri untuk berkembang biak demikian pula manusia. Inilah yang disebut naluri seksual. Karena manusia adalah makhluk tertinggi yang memiliki gambar dan rupa Allah maka naluri seksual pun harus disalurkan dengan mekanisme dan institusi yang ditetapkan oleh Tuhan. Pergaulan akan sangat membawa pengaruh bagi kehidupan anak-anak muda yang notabene sedang mencari identitas diri. Entah pergaulan yang membawa pengaruh positif atau pengaruh yang negatif.
Banyak anak muda Kristen yang jatuh ke dalam pergaulan sex bebas, pornografi, narkoba dan sebagainya, salah satu faktor utamanya adalah karena tidak memiliki kehidupan kerohanian yang dewasa. Kedewasaan hanya akan terjadi jika kita memperhatikan perintah-perintah Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Baca, renungkan, dan lakukan firman Tuhan jika ingin kuat dan dewasa.
Tidak sedikit orangtua yang berpendapat bila mereka telah mencukupi semua keperluan fisik dan pendidikan anak mereka, maka tanggung jawab sebagai orangtua telah selesai. Tetapi ada kebutuhan anak yang lain yakni kebutuhan rohani dan emosi. Bila tidak ada kekuatan rohani dan ikatan emosi yang dekat antara anak dengan orangtua, maka anak akan mencari komunitas dimana mereka dapat menemukannya. Hal inilah yang sering mengakibatkan kejatuhan banyak generasi muda.
Dalam survei yang dilakukan oleh BP2N terhadap calon-calon pasangan yang akan menikah ternyata 99% tidak pernah mendapat informasi atau pembelajaran tentang seksual dari orangtua mereka. Kebanyakan mereka mendapat dari teman, sekolah dan media. Karena orangtua tidak mendidik, maka dunialah yang mendidik anak.
Teknologi informasi saat ini dapat mengakses semua peristiwa di berbagai belahan bumi. Bisnis pornografi yang dapat mengeruk keuntungan besar membuat pelaku bisnis semakin banyak terjun dalam bisnis ini. Media pornografi saat ini sangat mudah di akses, sehingga memancing generasi muda maupun yang lebih tua.
Human rights yang melewati batas ialah hak seseorang yang boleh melakukan apa saja, asal tidak mengganggu orang lain, tanpa memperhatikan God’s Right. Bila seorang pria dan wanita melakukan hubungan intim itu adalah hak mereka. Bahkan lebih parah lagi bila seorang pria ingin melakukan hubungan intim dengan sesama jenis, atau seorang wanita juga dengan sejenis, itu adalah wewenang mereka yang tidak boleh dipersalahkan. Sikap seperti ini telah mendunia karena juga telah mendapat approval dari UNO. Hal ini juga telah menjadi sikap WCC, yang juga tentunya berdampak kepada ICC.
“Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.” (Roma 1:23-25)
Semua yang diciptakan Tuhan adalah baik, produktif, dan memiliki “hidup” artinya bisa berkembang biak, di dalam hal ini manusia memiliki dimensi yang tertinggi di atas segala binatang. Di dalam pemberontakan manusia, Tuhan sama sekali dihilangkan peranan-Nya sehingga semua hal-hal yang baik, produktif dan memiliki hidup tersebut menjadi “tuhan”/tujuan utama, jika ini terjadi maka tidak akan pernah tercapai kepuasan yang terdalam.
Bila kebebasan seksual terus dilakukan sehingga hal itu menjadi kebiasaan, maka Allah akan menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka (Roma 1:24). Kejadian seperti ini akan membawa kepada penghukuman Allah dan membawa kepada kebinasaan.
Namun tentu di dalam Tuhan selalu ada pertolongan dan pemulihan, siapapun dan sedalam apapun dosa yang telah dilakukan, bila datang kepada Tuhan, mengakui dosa-dosanya dan bertobat, maka firman Tuhan dalam Yesaya 1:18; 1 Yohanes 1:9 menyatakan bahwa ada pengampunan dan pemulihan yang Tuhan sanggup berikan bagi orang yang sungguh-sungguh bertobat dan meninggalkan kehidupan lama yang tidak berkenan di hadapan-Nya.
II. Prinsip Firman Allah tentang seks
- Seks adalah ciptaan Allah yang indah
- Seks hanya dapat dinikmati dalam pernikahan
- Seks dalam pernikahan bukan hanya untuk prokreasi tetapi juga untuk rekreasi
- Seks bukan akibat dari dosa
- Seks diberikan dalam pernikahan untuk menghindari percabulan
- Seks diberikan untuk dinikmati secara bersama
- Seks harus dipersembahkan untuk kemuliaan Allah
Allah menciptakan manusia terdiri laki-laki dan perempuan, Kejadian 1:27. Perbedaan jenis kelamin merupakan kehendak dan rancangan Allah. Karena itu seks adalah sesuatu yang sakral dan kudus di hadapan Allah. Namun iblis selalu memanipulasi dengan menggunakan seks untuk kenikmatan duniawi saja.
Hubungan seksual dalam pernikahan merupakan anugerah Allah yang indah untuk dinikmati oleh sepasang suami isteri yang sah. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya DAN BERSATU DENGAN ISTERINYA, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Bandingkan dengan 1 Korintus 7:1-5.
“Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. Patutkah mata airmu meluap keluar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan? Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain. Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, dan kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya” (Amsal 5:15-19).
“Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman. Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tidak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar buka bakung. Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang.” (Kidung Agung 7:1-3)
Allah telah merancang dan menetapkan keluarga sebelum manusia memberontak kepada Allah. Kejadian 1:27-28. Perintah untuk beranak cucu diberikan kepada manusia jauh sebelum mereka berbuat dosa. Dalam perintah ini berarti terkandung hubungan seksual antara suami dan isteri. Karena itu seks bukanlah sebagai akibat dosa, tetapi ciptaan Allah sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dapat dinikmati dalam rumah tangga nikah (Kejadian 2:24-25).
“Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya” (1 Korintus 7:2-4). Pernikahan adalah satu-satunya lembaga yang direstui oleh Allah untuk dapat menyalurkan dan menikmati hubungan seksual.
Allah tidak memberikan seks kepada Adam secara pribadi untuk dinikmati juga secara pribadi. “Allah memberkati mereka...” (Kejadian 1:28). Ketika Allah memberkati dan memerintahkan untuk beranak cucu kepada Adam dan Hawa, berarti hubungan seks diberikan Allah untuk dinikmati secara bersama. Setiap imajinasi yang menjurus kepada tindakan kepuasan seks yang bersifat pribadi adalah merupakan esensi dari dosa onani dan masturbasi.
Karena perintah untuk beranak cucu dalam Kejadian 1:28 merupakan mandat Allah, maka seks juga harus dipersembahkan untuk kemuliaan Allah. Seks bukan hanya sekedar untuk kepuasan fisik antara pria dan wanita, tetapi seks juga memberikan pengertian hubungan yang mendalam antara suami dan isteri, yakni hubungan kesatuan, karena hubungan suami isteri adalah gambaran hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. Bandingkan dengan Efesus 5:32; Kolose 3:17, 23.
III. Kesimpulan
Seksual adalah sesuatu yang kudus dan sakral di hadapan Allah. Namun hal ini dianugerahkan Allah hanya bagi mereka yang telah masuk dalam pernikahan. Orangtua harus memiliki ikatan emosi yang kuat dengan anak melalui pembelajaran rohani dan pendidikan seksual yang benar. Bila orangtua tidak mendidik anak, maka dunialah yang mendidik mereka, sehingga mereka menuju kebinasaan. Generasi muda juga perlu menjaga hidup kudus melalui komunitas yang sehat dan membangun. Ada berkat dan pemakaian Tuhan yang luar biasa akan terjadi kepada setiap anak muda yang menjaga kekudusannya di hadapan Tuhan.
“Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama di pakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” (2 Timotius 2:20-22)
(MK/JS)