Khotbah: 20220925-0900/JNN: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (upd)
k (Penggantian teks - "| video1caption= YouTube" menjadi "| video1caption= {{youtube}} YouTube")
 
Baris 23: Baris 23:
  | video1date= 2022-09-25
  | video1date= 2022-09-25
  | video1group= Ibadah Raya
  | video1group= Ibadah Raya
  | video1caption= YouTube
  | video1caption= {{youtube}} YouTube
  | video1shortcaption=
  | video1shortcaption=
  | video1host=
  | video1host=

Revisi terkini sejak 21 November 2024 03.22

Saya yakin dan percaya bahwa hari-hari ini Tuhan mau menyembuhkan kita semua. Kisah tentang Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta pasti pernah Saudara dengar.

Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.

Lukas 5:12-13

Saya yakin dan percaya bahwa hari-hari ini Tuhan mau menyembuhkan kita semua. Kisah tentang Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta pasti pernah Saudara dengar. Saya yakin ketika Saudara dengar sakit kusta, Saudara menganggapnya suatu hal yang biasa saja. Hari ini, jaman sekarang sakit kusta dianggap hanyalah penyakit biasa yang dapat menular. Namun berbeda dengan jaman Yesus hidup saat itu di Bangsa Yahudi. Bagi orang Yahudi, orang yang sakit kusta adalah orang yang dianggap najis. Sakit kusta itu sendiri sudah menjadi masalah bagi yang mengalaminya, kulitnya menjadi kering, kaku, bahkan bagian tubuh seperti jari dapat terkelupas atau seperti terpotong dengan sendirinya. Tetapi yang menjadi tekanan bagi semua orang yang sakit kusta pada jaman itu adalah bukan kustanya sendiri, kondisi di mana tidak ada seorang pun boleh mendekat. Kemanapun dia pergi dia tidak boleh dekat dengan siapapun, jika ada yang mau lewat di depan dia, dia harus teriakkan “Najis, Najis”.

Saudara masih ingat awal-awal COVID-19 di bulan Maret sampai Juni 2020. Bagaimana perlakuan orang terhadap yang sakit COVID awal-awal, itu bagaikan aib. Ada anak buah saya, tetangganya sampai mau usir dia dari kompleks. Bahkan barang yang disentuh dengan orang yang sakit COVID awal-awal tidak seorang pun berani sentuh barang itu. COVID sendiri sudah menjadi masalah yang mengalaminya. Tetapi yang lebih menjadi tekanan dan penderitaan adalah perlakuan orang yang menjauhi dan menganggap aib.

Alkitab tidak menginformasikan berapa usia dan berapa lama orang sakit kusta ini. Tetapi satu hal yang pasti adalah kondisi di mana dia dilabeli sebagai orang yang najis. Kondisi di mana orang-orang yang paling dia sayang tidak bisa lagi mendekat dan menyentuh dia. Bahasa saya ini kondisi kesepian.

Saya pernah berbincang dengan beberapa orang mantan narapidana, salah satu jemaat saya juga ada yang mantan narapidana, saya tanya bagaimana kehidupannya di penjara. Mereka mengatakan yang paling menakutkan bagi orang di penjara bukan mengalami kondisi di mana dia hidup di kerangkeng. Tapi yang paling menakutkan adalah jika mereka ditaruh di ruang isolasi, sendirian. Lalu kenapa mereka rata-rata kembali ke penjara lagi? Menurut studi di Amerika Serikat, dari tahun 2005 sampai tahun ini ada 401.288 orang yang pernah dipenjara, dan dalam kurun waktu 9 tahun 83% kembali ke penjara. Mereka merasa di penjara mereka punya kawan, ketika mereka keluar dari penjara ada label narapidana, cari kerja dan cari kawan susah. Akhirnya mereka kembali ke penjara karena merasa diterima.

Frederick II adalah seorang Kaisar Romawi yang pernah melakukan eksperimen mengerikan namanya nature languange. Dia ingin tahu, jika bayi tidak diajarkan bahasa apapun kira-kira bayi itu akan berbahasa apa. Eksperimen luar biasa ini dibantu oleh seorang biarawan asal Itali yang benci terhadap manusia. Melibatkan 2 orang bayi masing-masing ditempatkan di laboratorium, dirawat, tapi satu bayi disayang-sayang, bayi yang satunya tidak pernah di ajak berbicara. Dirawat dua-duanya, akhirnya apa yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan bayi yang nomor 2 meninggal. Padahal diberi makan, dirawat, tapi ternyata kasih sayang itu dibutuhkan. Sentuhan dibutuhkan oleh manusia.

Hari-hari ini saya banyak bicara tentang healing. Anak milenial rata-rata butuh healing. Salah satu yang menjadi expert di dunia hari-hari ini adalah Dr Gabor Maté. Seorang yang ahli di bidang kecanduan, sakit mental, dan penyakit yang dialami karena stres. Jika Saudara punya asam urat dan asam lambung karena ada trauma.

Istri saya lagi mengandung anak yang ketiga, lalu dia coba cari yoga hamil. Awal-awal gurunya bilang, sebelum kita lakuan ini saya ingin konseling via zoom dan suaminya harus ikut. Yang menarik, guru yoga ini adalah seorang perawat dan peneliti. Dia pernah peneliti para begal di Sumatera, kejadian atau kondisi di mana mereka punya karakter demikian berawal dari sejak di dalam kandungan. Jadi yang diwawancarai bukan begalnya tapi ibu-ibu mereka. Apa hasil wawancaranya, rata-rata yang anaknya begal adalah waktu ibu mengandung suaminya selingkuh, waktu ibu mengandung suaminya mengeluarkan kekerasan secara fisik dan verbal, waktu bersalin dan mau melahirkan rata-rata suaminya tidak mendampingi. Jadi ternyata stres ibu, tertransfer ke si janin, lalu mereka tumbuh besar bertemu dengan kehidupan kanan kirinya, entah itu bullying, dibiarkan, dicuekin, berapa banyak orang Indonesia di acara seperti ini paling malas duduk di depan, karena takut ditanya.

Dulu waktu kecil kita semua enerjik. Kita semua berani awalnya, tidak ada yang introvert. Kita semua antusias, sampai satu titik kira-kira kelas 3-4 SD kita jawab dan salah lalu teman-teman menertawakan, dari situ mulai yang namanya trauma. Berapa banyak Saudara waktu sekolah guru bertanya, Saudara tahu jawabannya tapi Saudara diam saja? Lalu ada teman Saudara yang jawab dan jawabannya benar lalu dalam hati Saudara mengatakan, “Tadi saya mau jawab itu.”

Kita mungkin tidak lagi sakit kusta, tapi kita mungkin ada di dalam kondisi merasa di jauhi, didiskriminasi, kita merasa tidak punya teman yang dapat kita cerita tentang kondisi kita tanpa dihakimi dan tanpa dianggap rendah. Mungkin Saudara dijauhi karena karena status ekonomi Saudara, warna kulit Saudara. Tahukah Saudara, menurut Dr Gabor Maté, penelitian di Amerika Serikat bahwa yang paling banyak sakit asma adalah perempuan kulit hitam. Karena kulit hitam sendiri satu persoalan, ditambah lagi dia wanita, gender issue. Mungkin karena siapa orang tuamu dan lain sebagainya. Berapa banyak di antara Saudara merasa tertekan, menjaga rahasia Saudara sendirian, namun di depan banyak orang Instagram Saudara bagaikan keluarga yang bahagia. Ada hal-hal yang Saudara ingin cerita, tapi bingung cerita ke mana.

Menurut Dr Gabor Maté, trauma yang terjadi karena pemerkosaan bukan karena kejadiannya, tetapi mau cerita ke mana. Kalau orang tahu apa yang saya alami, apa label yang ada pada saya. Bagaimana orang akan anggap saya, mana mungkin saya dapat share. Bahkan Saudara dari kecil, selagi kita dapat ulangan matematika jelek, berapa banyak yang menyembunyikan hasil ujian itu dari orang tua. Semua perlakuan dan kondisi ini jika dibiarkan, tanpa disadari akan menimbulkan kecanduan-kecanduan. Kecanduan adalah jalan keluar yang ditempuh oleh manusia untuk merasa sejenak keluar dari penderitaannya.

Ketika orang kusta ini mendengar tentang Yesus, ia seperti menemukan bahwa sosok Yesuslah yang ia bisa ceritakan tentang dirinya, terbuka tentang dirinya. Ketika ia memberanikan diri berjumpa dengan Yesus dia mengatakan, “Jika Tuhan mau, Tuhan dapat.” Dalam hidup ini seringkali pertanyaannya bukan bisa atau tidak tapi mau atau tidak. Berapa banyak Saudara mengalami yang bisa tolong Saudara itu sebenarnya ada, tapi masalahnya bukan bisa atau tidak tapi mau atau tidak. Saya bersyukur, akan reaksi Tuhan Yesus. Reaksi Tuhan Yesus yang pertama, Dia ulurkan tangan-Nya, Dia jamah. Berapa tahun orang ini tidak mengalami yang namanya jamahan.

Beberapa bulan yang lalu anak saya yang pertama sakit COVID-19, dia isoman, hari-hari awal dia demam, sakit, menggigil sendirian. Saya sebagai ayah tidak tega, saya masuk ke kamar, saya peluk anak saya. Saya orang tua yang mungkin tidak mati bagi anak saya di atas kayu salib. Tapi saya rela, seolah-olah tertular pun tidak apa-apa. Asal anak saya tidak sendirian. Apalagi Yesus, Dia akan peluk Saudara, dan berkata Saudara tidak sendirian. Ada Tuhan Yesus yang saya Saudara. Di atas kayu salib, Dia sakit buat Saudara. Di atas kayu salib Dia curahkan darah buat Saudara. Supaya Saudara yang sakit hari ini, oleh bilur-bilur-Nya Saudara jadi sembuh. Amin!

Saya bersyukur Yesus bukan hanya peluk Saudara untuk ambil sakit Saudara, tapi Dia juga ambil dosa kita. Dia ambil sakit hati kita, kekecewaan kita, segala penderitaan Saudara dan saya, Dia tanggung di atas kayu salib dan Dia berkata sudah selesai. Dia berkata pagi hari ini, “Aku mau supaya kamu sembuh, aku mau supaya kamu pulih, aku mau supaya kamu bangkit dari kegagalan, Aku mau supaya kamu bebas dari sakit hati, Aku mau sama-sama tanggung beban yang ada padamu.” Namun jika pagi ini Tuhan bertanya pada Saudara, maukah Saudara sembuh, maukah Saudara terbuka di hadapan Tuhan dan menerima pemulihan dari Tuhan?

Saya dengar tema dari Gembala Pembina adalah Pey Gimel, berbicara tentang ucapan. Menurut saya mengapa pemulihan penting, karena orang yang sakit yang keluar dari mulutnya adalah penyakit. Tapi jika Saudara disembuhkan, yang keluar dari ucapan Saudara adalah sukacita, pemulihan, kesembuhan. Saya berdoa pagi hari ini jadilah sembuh!

Menurut Dr Gabor Maté, di mana Saudara dapat pemulihan adalah waktu Saudara memiliki komunitas yang tepat. Saudara yang belum terhisap dalam COOL, ikut COOL. Komunitas orang beriman akan menularkan iman. Komunitas para pemenang, jika ada satu yang kalah maka yang kalah akan jadi pemenang semuanya.

Saya berdoa kita di sini tidak ada yang penggosip rohani. Saya pernah ikut doa Saudara, lalu pemimpinnya bilang kita mau berdoa buat seorang ibu yang suaminya baru selingkuh, jadi kita dukung dalam doa ya. Itu penggosip rohani, kita tadinya tidak ada yang tahu jika suaminya selingkuh tapi judulnya “bawa dalam doa.”

Saudara, hari-hari ini kita tidak dapat jalan sendirian. Yesus kita tidak dapat lihat secara fisik, tapi Dia ada di persekutuan orang-orang beriman. Firman Tuhan katakan, “dua atau tiga orang berkumpul Yesus hadir di tengah-tengah mereka.” Bahkan jika ada orang beriman satu pun Yesus hadir. Tiga tahun yang lalu saya masih menjadi konsultan. Saya memberikan satu konsultasi di sebuah perusahaan, rata-rata ada CEO-nya, ada manajernya, rata-rata laki-laki. Tapi satu perempuan pakai jilbab. Itu hari Jumat siang, lalu CEO-nya mengatakan pada saya izin untuk sembahyang. Nanti Pak Jun ditemani sama yang perempuan tadi. Lalu perempuan itu mengambilkan saya makan siang, kita makan dan ada staf saya menemani. Ketika makan dia mengatakan hal ini pada saya, “Pak, boleh tidak saya tanya satu hal.” Lalu dia utarakan pertanyaan tentang komunikasi, “Pak, bagaimana supaya saya dapat komunikasi yang efektif?” Dia cerita, lalu Roh Kudus bicara pada saya. Apa yang Roh Kudus sampaikan saya bingung, “Saya sampaikan atau tidak ya?" Tapi saya sampaikan saja lalu saya katakan kepada dia, “Masalah yang kamu hadapi sebenarnya mulanya adalah waktu kamu kecil, papa kamu pernah marahin kamu di depan umum, kamu malu, batinmu luka, sehingga hari ini kamu jadi pemalu dan penakut.” Perempuan itu tiba-tiba nangis, dia katakan, “Bapak tahu dari mana?” Saya katakan, “Di agama saya ada yang namanya Roh Kudus, Roh Kudus itu yang beri tahu saya. Kamu harus ampuni papa kamu.” Jadi dari sesi konsultasi jadi sesi konseling, saya katakan, “Papa kamu tidak layak diampuni, tapi kamu layak dibebasin dari penjara kepahitan.” Orang yang kepahitan sama saja seperti orang yang minum racun dan berharap orang lain yang mati.

Roh Kudus dapat beri tahu yang orang lain tidak tahu. Saya percaya Saudara tidak sendirian, ada Roh Kudus yang akan tuntun Saudara di jalan yang Saudara tidak tahu, keputusan mana yang Saudara harus ambil, di situ Roh Kudus akan jamah Saudara. Di situ Roh Kudus bersama-sama Saudara, sehingga Dia bilang kepada orang sakit kusta, “Aku mau. Jadilah engkau sembuh.” Seketika itu juga sembuhlah. Ada ayat Tuhan Yesus suruh, “Perlihatkan dirimu kepada imam.” Karena imam yang ditugaskan Tuhan melalui hukum Taurat bahwa orang kusta harus diberikan label najis. Dengan dia datang ke imam, seolah-olah imam cabut label itu. Tidak lagi najis, tapi jadi sembuh, tidak lagi dijauhi tapi didekati, tidak lagi terbuang, tetapi disayang. Sebab itu keluar dari tempat ini Saudara punya label. Saudara adalah anak-anak kesayangan Tuhan, Saudara adalah para pemenang bahkan lebih dari pemenang.

Saya tutup dengan satu ilustrasi, mengapa Firman Tuhan katakan di Roma 8 bahwa Saudara lebih dari pemenang. Itu bagaikana saya tanding tinju. Ronde satu dan dua digebukin, tapi karena mujizat Tuhan, ronde 12 saya dapat pukul KO lawan saya. Hidung saya berdarah, rusuk saya patah. Walaupun saya menang bawa piala dan uang banyak, saya pergi ke rumah sakit. Tapi isteri saya menjenguk saya di rumah sakit dengan tangan kanan tenteng Hermes, tangan kiri tenteng Louis Vuitton, lalu dia katakan, “Papa bagaimana kabarnya?” Saya berjuang mendapatkan kemenangan, tapi isteri saya menikmati kemenangan. Saya pemenang, istri saya lebih dari pemenang. Yesus berdarah-darah di atas kayu salib, Yesus berjuang dan berkorban di atas kayu salib. Tapi Saudara menikmati perjuangan Tuhan, Saudara lebih dari pemenang! Amin.

Video