Ho Lukas Senduk: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (upd)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 36: Baris 36:
===Mendirikan GBI===
===Mendirikan GBI===


Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, ia bersama beberapa temannya mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia) karena tidak dapat bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya. Ia menjadi ketuanya pada Sidang Sinode II, di Jakarta, tahun 1972. Tugas ini, ia kerjakan sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta. Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua BPR, Badan Pembina Rohani GBI.
Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, [[Gereja Bethel Indonesia/Pendiri GBI|ia bersama hamba-hamba Tuhan lainnya]] mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia). Ia menjadi ketuanya pada Sidang Sinode II, di Jakarta, tahun 1972. Tugas ini, ia kerjakan sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta. Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua BPR, Badan Pembina Rohani GBI.


STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972; buku-buku pelajaran ditulisnya sendiri. Ia sempat merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda selama tahun 1975-1977; sekarang dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian Koppens dan Ir Steve H Senduk. Tahun 1981, ATB mulai menyelenggarakan program Strata Satu dan merubah nama menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun 1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. SB pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan) yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di Americus, Georgia, Amerika. la dipilih menjadi anggota Badan Pengurus COG selama 1989-1992; untuk itu ia harus berada di Cleveland selama sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka Nusantara.
STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972; buku-buku pelajaran ditulisnya sendiri. Ia sempat merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda selama tahun 1975-1977; sekarang dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian Koppens dan Ir Steve H Senduk. Tahun 1981, ATB mulai menyelenggarakan program Strata Satu dan merubah nama menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun 1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. SB pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan) yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di Americus, Georgia, Amerika. la dipilih menjadi anggota Badan Pengurus COG selama 1989-1992; untuk itu ia harus berada di Cleveland selama sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka Nusantara.

Revisi terkini sejak 10 Oktober 2024 13.34

HL Senduk.jpg

Pdt Prof Dr Ho Lukas Senduk

Pdt Prof Dr Ho Lukas Senduk, lebih dikenal dengan sebutan HL Senduk atau Om Ho, terlahir Ho Liong Seng (lahir di Ternate, 4 Agustus 1917-meninggal di Jakarta, 26 Februari 2008 dalam usia 90 tahun) adalah seorang hamba Tuhan dan pendiri Gereja Bethel Indonesia.

Sejarah

Latar belakang

HL Senduk muda.jpg

Pdt HL Senduk adalah anak pertama dari lima bersaudara, tiga pria dan dua wanita yaitu: Ho Goat Go, Ho Goat Song (wafat tahun 1947), Ho Liong Hoat, dan Ho Liong Goan (wafat tahun 1989). la mengikuti pendidikan sekolah dasar di HIS (Hollands Inlandsche School) dan sekolah lanjutan tingkat pertama di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Manado.

Ayah Pdt HL Senduk, Ho Koei Sioe (wafat tahun 1965), adalah seorang pedagang berwarga negara Singapura, yang memulai usahanya di Ternate, dan kemudian pindah ke Manado, pada awal abad ke-20. Ayahnya menganut kepercayaan Kong Hu Cu. la menjadi Kristen saat menjelang ajalnya. Ayahnya pernah menjadi "kapitan", yaitu pemimpin para pedagang keturunan Cina di Manado. Ibunya, Tjan Oen Nio (Oemi, wafat tahun 1972), seorang keturunan Tionghoa yang memiliki hubungan dengan kerajaan Ternate, juga seorang pemeluk Kong Hu Cu. Pada masa tuanya ia menjadi pengikut Yesus. Keadaan ekonomi mereka cukup baik; termasuk keluarga pertama yang memiliki mobil di Manado.

Pada umur 16 tahun, Ho merantau ke Ambon. Di sana ia bekerja di perusahaan minyak BPM (Batavsche Petroleum Maatschappij). Di sini, ia menjadi pengikut Yesus. Ia menerima baptisan Yesus pada tanggal 19 April 1935. Baptisan Roh Kudus dialaminya seminggu kemudian, 26 April 1935. Ia menjadi anggota Gereja Pantekosta (De Pinkster Gemeente in Nederlandsche Indie).

Pendidikan dan pekerjaan

Pada tahun 1936, ia memutuskan untuk belajar di Surabaya, di sekolah Alkitab Netherlands Indies Bible Institute (NIBI). Di sana ia tinggal di rumah gurunya, Pdt Frans Gerald van Gessel. Setamat dari pendidikan, tahun 1939, ia memutuskan untuk merintis jemaat di Banda Neira, Maluku. Waktu itu, tahun 1937, Gereja Pantekosta berubah nama menjadi "De Pinkster Kerk in Nederlandsch Indie". Setahun kemudian, tahun 1940, ia kembali ke Surabaya. Sambil melayani, ia kembali bekerja di perusahaan ekspor-impor "Borsumij". Tanggal 26 September 1940, ia menikah dengan Helen Theska (The Koan Nio, wafat tahun 1992). Pada tahun itu juga perusahaannya memindahkan ia ke Jakarta.

Di Jakarta, ia bekerja di Borsumij sampai tahun 1942, dan berhenti bersamaan dengan masuknya penjajah Jepang. melanjutkan mata pencahariannya dengan menjadi pedagang kecil, yaitu menjual kacang, limun, dan telur. Sementara itu, ia terlibat dalam pelayanan di jemaat, dalam bidang anak dan pemuda. Pada masa pendudukan Jepang, Gereja Pantekosta berubah nama menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Ia menjadi sekretaris pimpinan pusat (Badan Pengurus Umum) GPdI ketika itu. Pada tahun 1945-1946, ia ditugaskan menggembalakan jemaat Pantekosta di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kembali ke Jakarta ia tetap dalam layanan jemaat. Dan di tahun 1950, ia ditugaskan menggembalakan jemaat GPDI di Petamburan, Jakarta. Ia dan istri dikaruniakan tiga anak: Hanna Hosiany Senduk (1944), Steve Hosea Senduk (1947), dan Inge Hosiany Senduk (1954). Mereka juga mengangkat Hadi Satyagraha dan Yosia Satyagraha sebagai anak mereka.

Mendirikan Gereja

Karena merasa tidak cocok dengan rekan kerja lainnya, pada 9-10 Agustus 1952, di Surabaya, Ho dan beberapa rekannya, mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Ia menjadi ketuanya (Ketua Badan Penghubung) sejak tahun 1955.

Pada masa kepemimpinannya GBIS menjadi anggota DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, sekarang PGI). Bersamaan dengan itu (1952), ia membentuk Yayasan Bethel yang bertugas sebagai pendukung kegiatan gereja dalam pelayanan penginjilan, pendidikan teologi, pendidikan umum, kesehatan, dan sosial lainnya.

Kursus Sekolah Penginjil Bethel (SPB) diselenggarakan sejak tanggal 7 April 1956. Sekolah Pendidikan Guru Agama (Kristen) Protestan dimulai pada tahun 1968, yang sempat berubah nama menjadi Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK) dan kini bernama Sekolah Menengah Theologia Bethel (SMTB). Pada tahun 1968 juga dimulai Akademi Theologia Bethel (ATB). SP, PGA, dan ATB dikenal sebagai Seminari Bethel (SB).

Ia juga aktif di LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) sebagai anggota Badan Pengurus selama tahun 1966-1980. Ia merintis dan pembangun kerja sama dengan salah satu Gereja Pantekosta terbesar di Amerika mulai tahun 1967, yaitu COG (Church of God) yang berpusat di Cleveland, Tennessee, Amerika Serikat. Pendidikan sekolah lanjutan atas diteruskannya melalui pendidikan jarak jauh, dan berhasil tamat dari HBS/LOI (Hogere Buger School/Leid se Onderwijs Instelling) negeri Belanda. Ia mengikuti kursus tertulis jurnalistik dan publisistik dari Leiden dan Rotterdam negeri Belanda untuk mendukung program penerbitan majalah Penyuluh. Setelah itu ia meneruskan pendidikan perguruan tingginya melalui studi jarak jauh di sekolah teologi "Americas Bible College" dan "American Divinity School" Chicago, Amerika, dan dianugerahi gelar D.D. (Doctor of Divinity) pada tahun 1968. Di tahun 1960-an ia mengubah nama menjadi Ho Lukas Senduk.

Jemaat "Eben Haezer" di Jl. Wahid Hasyim 67 Jakarta didirikan pada tahun 1958, dulu disebut Jemaat "Asem Lama". Beberapa Jemaat yang didirikannya lagi yaitu antara lain: Karang Anyar, Rangkasbitung, dan Sukabumi.

Mendirikan GBI

Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, ia bersama hamba-hamba Tuhan lainnya mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia). Ia menjadi ketuanya pada Sidang Sinode II, di Jakarta, tahun 1972. Tugas ini, ia kerjakan sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta. Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua BPR, Badan Pembina Rohani GBI.

STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972; buku-buku pelajaran ditulisnya sendiri. Ia sempat merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda selama tahun 1975-1977; sekarang dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian Koppens dan Ir Steve H Senduk. Tahun 1981, ATB mulai menyelenggarakan program Strata Satu dan merubah nama menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun 1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. SB pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan) yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di Americus, Georgia, Amerika. la dipilih menjadi anggota Badan Pengurus COG selama 1989-1992; untuk itu ia harus berada di Cleveland selama sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka Nusantara.

Pada masa kepemimpinannya, GBI menjadi anggota Dewan Pantekosta Indonesia (DPI), mendirikan Persekutuan Injili Indonesia (PII), dan masuk anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Akhir hayat

Pdt HL Senduk berpulang pada 26 Februari 2008, setelah lebih dahulu ditinggal istrinya tercinta, dan meninggalkan visi 10000 gereja GBI bagi generasi berikutnya.

Referensi