Ayo Saat Teduh/01/28: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Leo (bicara | kontrib)
baru
 
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title="
 
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=saatteduh
{{unified info | templatetype=saatteduh
   | image=
   | image=
   | judul = Bertumbuh di dalam kasih karunia Allah
   | title= Bertumbuh di dalam kasih karunia Allah
   | bulan = 01
   | bulan = 01
   | hari = 28
   | hari = 28

Revisi terkini sejak 2 Mei 2023 03.09

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (1 Petrus 3:18)

Sering kali orang berpikir bahwa jika semuanya karena kasih karunia Allah maka manusia akan menjadi tidak bertanggungjawab. Kita menjadi khawatir manusia akan menjadi malas, tidak bergairah untuk melayani, bahkan bebas melakukan dosa. Firman Tuhan menjamin bahwa hal itu bukanlah akibat ataupun tujuan dari kasih karunia Allah. Hal tersebut dihasilkan dari sifat kedagingan manusia yaitu sifat hawa nafsu dan sifat legalistik.

Hawa nafsu manusia melihat kasih karunia sebagai kesempatan untuk bisa tetap melakukan dosa. “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka” (Yudas 1:4).

Sedangkan sifat legalistik manusia cenderung menambahkan usaha manusia terhadap kasih karunia, sehingga menarik bagi mereka yang ingin merasa benar berdasarkan apa yang mereka lakukan. “Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Galatia 3:2-3).

Ketika seseorang sungguh-sungguh hidup dalam kasih karunia Allah maka kebenaran akan muncul, bukan kejahatan. Ketika seseorang setiap hari hidup bergantung kepada kasih karunia Allah, maka orang tersebut akan semakin seperti Kristus, bukan semakin seperti dunia. Ketika kasih karunia semakin hari semakin menjadi sumber kekuatan seseorang, dosa akan semakin hilang, bukan semakin bertambah. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia” (Roma 6:14).

Akan selalu ada godaan untuk bergantung kepada kemampuan kita sendiri atau memenuhi tuntutan hukum Taurat untuk menghasilkan hidup yang berkenan kepada Allah. Ingat hukum Taurat menuntut kita untuk menjadi kudus, mengasihi dan sempurna, tetapi “hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan” (Ibrani 7:19). Hanya kasih karunia yang dapat memberikan kepada kita “pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah” (Ibrani 7: 19). Tuhan sudah memanggil kita untuk hidup dalam kasih karunia-Nya. Ia ingin menganugerahkan kepada kita" Kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:16) sepanjang hidup kita. Inilah “Jalan yang baru dan yang hidup” (Ibrani 10:20).

Doa

Ya Allah yang penuh kasih. Betapa melimpahnya berkat yang Engkau sediakan bagiku agar aku bisa bertumbuh menjadi dewasa. Aku bertobat dari pemikiran bahwa aku bisa menambahkan sesuatu terhadap kasih karunia-Mu yang luar biasa. Tuhan Yesus, aku rindu untuk menjadi seperti Engkau. Ajar dan ingatkan aku bahwa kasih karunia-Mu lebih dari cukup bagiku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku.

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (1 Petrus 3:18) Sering kali orang berpikir bahwa jika semuanya karena kasih karunia Allah maka manusia akan menjadi tidak bertanggungjawab. Kita menjadi khawatir manusia akan menjadi malas, tidak bergairah untuk melayani, bahkan bebas melakukan dosa. Firman Tuhan menjamin bahwa hal itu bukanlah akibat ataupun tujuan dari kasih karunia Allah. Hal tersebut dihasilkan dari sifat kedagingan manusia yaitu sifat hawa nafsu dan sifat legalistik.