Ayo Saat Teduh/08/04: Perbedaan antara revisi
(baru) |
k (Leo memindahkan halaman Saat teduh/08/04 ke Ayo Saat Teduh/08/04) |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 14 Juli 2018 03.13
Ayo Saat Teduh | |
---|---|
Tanggal | Minggu, 4 Ags 2024 |
Kemarin | Sabtu, 03 Ags 2024 |
Besok | Senin, 05 Ags 2024 |
Kita dapat memiliki keyakinan yang teguh mengenai bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya, karena kasih karunia dan iman adalah dasar dari kepastian kita. “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham.” Kasih karunia adalah sumber daya Sorgawi dibalik setiap janji-janji Allah. Iman adalah cara yang sederhana sebagai jalan masuk kepada kasih karunia tersebut. Kebenaran ini membuat janji-janji Allah menjadi sebuah kepastian bagi mereka yang percaya, baik orang Yahudi (“bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat”) maupun orang bukan Yahudi (“tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham”). Dengan cara inilah Abraham menanggapi janji-janji Allah. Itulah sebabnya ia menjadi bapa rohani bagi semua orang yang mengikuti teladannya: “Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya.”
Allah yang benar dan yang hidup, Allah yang Abraham percayai, membuat dua pernyataan yang memperkuat keyakinan kita kepada janji-janji-Nya. Pertama, Ia adalah “Allah yang menghidupkan orang mati.” Renungkanlah apa dampak dari kebenaran ini terhadap keyakinan kita kepada janji-janji-Nya. Sering kali, janji-janji Allah harus mengatasi kematian (atau situasi yang “mati”) agar janji tersebut dapat dipenuhi. Janji bahwa Lazarus akan hidup kembali diberikan ketika mayat Lazarus sudah terbaring di dalam kubur. “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). Sering kali, matinya situasi kita seolah-olah menantang janji-janji Tuhan. Namun, Tuhan yang sudah membuat begitu banyak janji kepada kita adalah “Allah yang menghidupkan orang mati.”
Kedua, Allah kita adalah Allah “yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.” Secara apa adanya, kita memang belum sepenuhnya benar. Namun Tuhan memanggil kita sebagai orang benar (yaitu orang yang dibenarkan, dinyatakan benar di dalam Kristus). “Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya” (Roma 8:30a). Kita memang belum mengalami pemuliaan. Namun, Tuhan menyatakan pemuliaan kita sudah terjadi. “Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30b). Betapa besar sukacita saat kita mengetahui bahwa Allah dari segala janji akan memenuhi semua yang sudah Ia janjikan.
Doa
Tuhan, hatiku menjadi tenang dan imanku diteguhkan oleh kepastian janji-janji-Mu yang tak terbantahkan. Kematian tidak dapat menghalangi Engkau untuk memenuhi janji-janji-Mu. Sesuatu yang belum ada tidak dapat menghalangi Engkau untuk menjadikannya nyata sesuai dengan janji-janji-Mu. Betapa luar biasa keyakinan yang tersedia lewat janji-janji-Mu, karena kasih karunia melalui iman! Amin.Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. (Roma 4:16-17) Kita dapat memiliki keyakinan yang teguh mengenai bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya, karena kasih karunia dan iman adalah dasar dari kepastian kita.