OSP: 20200802: Perbedaan antara revisi
k (upd) |
k (Penggantian teks - " :" menjadi ":") |
||
(5 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 3: | Baris 3: | ||
| pagename= 20200802 | | pagename= 20200802 | ||
| title= Dimotivasi oleh Roh Kudus | | title= Dimotivasi oleh Roh Kudus | ||
| | | date= 2020-08-02 | ||
| | | name= Johannes Rajagukguk | ||
| | | completename= Pdt Dr Johannes SP Rajagukguk, ST, CBC | ||
| namainitial= JR | | namainitial= JR | ||
| | | name2= | ||
| | | completename2= | ||
| namainital2= | | namainital2= | ||
Baris 36: | Baris 36: | ||
Dalam masa Perjanjian Baru ini, pengalaman dengan Allah, merujuk pada Allah Tritunggal, dan yang lebih berperan di masa ini adalah pribadi ke tiga, yaitu Roh Kudus. Sebagai seorang insan Pentakosta, yang hidup dengan kesadaran bahwa Tuhan, dalam hal ini Roh Kudus, ada dalam hidupnya, maka pengalaman berinteraksi dengan Roh Kudus seharusnya menjadi harta yang mahal dan berharga. Seorang Kristen yang tahu banyak ayat tentang Roh Kudus itu baik. Tetapi akan jauh lebih baik, dan sangat berbeda kualitasnya, dibandingkan dengan seorang Kristen yang mengalami peran Roh Kudus itu yang disebutkan oleh ayat-ayat itu. | Dalam masa Perjanjian Baru ini, pengalaman dengan Allah, merujuk pada Allah Tritunggal, dan yang lebih berperan di masa ini adalah pribadi ke tiga, yaitu Roh Kudus. Sebagai seorang insan Pentakosta, yang hidup dengan kesadaran bahwa Tuhan, dalam hal ini Roh Kudus, ada dalam hidupnya, maka pengalaman berinteraksi dengan Roh Kudus seharusnya menjadi harta yang mahal dan berharga. Seorang Kristen yang tahu banyak ayat tentang Roh Kudus itu baik. Tetapi akan jauh lebih baik, dan sangat berbeda kualitasnya, dibandingkan dengan seorang Kristen yang mengalami peran Roh Kudus itu yang disebutkan oleh ayat-ayat itu. | ||
Dalam KOM 100 diajarkan, bahwa Roh Kudus memiliki peran dalam hidup pribadi seseorang:<ref>''KOM 100 : The Seeker,'' (Jakarta : Divisi Pengajaran GBI Jalan Gatot Subroto Senayan, 2016). 100</ref> | Dalam KOM 100 diajarkan, bahwa Roh Kudus memiliki peran dalam hidup pribadi seseorang:<ref>''KOM 100: The Seeker,'' (Jakarta: Divisi Pengajaran GBI Jalan Gatot Subroto Senayan, 2016). 100</ref> | ||
<ol style="list-style-type: lower-alpha;"> | <ol style="list-style-type: lower-alpha;"> | ||
Baris 65: | Baris 65: | ||
== III. Pengalaman akan mengumpulkan Pengenalan == | == III. Pengalaman akan mengumpulkan Pengenalan == | ||
Bila hubungan Tuhan dan orang Kristen diumpamakan dalam Alkitab seperti hubungan raja dan umat, hubungan bapa dan anak, hubungan sahabat dan sahabatnya, bahkan hubungan sepasang kekasih dan juga calon mempelai<ref>Donald Guthrie, ''Teologi Perjanjian Baru 3: Ekklesia, Eskatologi, Etika. ''(Jakarta : BPK GM), 71-73</ref>, maka tidaklah aneh apabila dalam hubungan itu, Tuhan dan orang Kristen memiliki pengalaman berinteraksi bersama. | Bila hubungan Tuhan dan orang Kristen diumpamakan dalam Alkitab seperti hubungan raja dan umat, hubungan bapa dan anak, hubungan sahabat dan sahabatnya, bahkan hubungan sepasang kekasih dan juga calon mempelai<ref>Donald Guthrie, ''Teologi Perjanjian Baru 3: Ekklesia, Eskatologi, Etika. ''(Jakarta: BPK GM), 71-73</ref>, maka tidaklah aneh apabila dalam hubungan itu, Tuhan dan orang Kristen memiliki pengalaman berinteraksi bersama. | ||
Serupa dengan hubungan komunikasi antar manusia, yang dapat dibedakan dari level kedekatan dan keterbukaannya, hubungan dengan orang Kristen dengan Tuhan juga demikian. Dalam hubungan sesama manusia, pembicaraan normatif adalah lumrah bagi yang baru mengenal. Ketika hubungan bertumbuh, opini dan diskusi mulai mewarnai. Dalam level keintiman, berbagi perasaan, cerita, dan rahasia sudah lebih terbuka lagi. Bagaimana hubungan Tuhan dengan orang Kristen? | Serupa dengan hubungan komunikasi antar manusia, yang dapat dibedakan dari level kedekatan dan keterbukaannya, hubungan dengan orang Kristen dengan Tuhan juga demikian. Dalam hubungan sesama manusia, pembicaraan normatif adalah lumrah bagi yang baru mengenal. Ketika hubungan bertumbuh, opini dan diskusi mulai mewarnai. Dalam level keintiman, berbagi perasaan, cerita, dan rahasia sudah lebih terbuka lagi. Bagaimana hubungan Tuhan dengan orang Kristen? |
Revisi terkini sejak 22 November 2022 06.54
Sikap teologis GBI Jalan Gatot Subroto | |
---|---|
Tanggal | 02 Agustus 2020 |
Penulis | Pdt Dr Johannes SP Rajagukguk, ST, CBC |
Video | Voice of Pentecost 12 ( Bryan Colin Njotorahardjo ) |
Unduh | Unduh OSP |
“Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” (Daniel 11:32)
I. Ketika Dimensi Baru datang
Sebelum COVID-19 merebak, Gereja beroperasi seperti semua kejadian normal yang kita ketahui. Gereja dapat melaksanakan fungsinya untuk memuridkan dan mengajarkan apa yang Tuhan ajarkan kepada jemaat. Konseling tatap muka yang berkualitas, kunjungan pada jemaat yang menyentuh, berdoa bersama dalam rumah doa dan bertemu hadirat Tuhan bersama sama di dalam ruang ibadah. Semua itu menemani pertumbuhan, pergumulan, dan kemenangan semua orang percaya.
Maret 2020, menjadi awal perubahan yang tiba-tiba bagi gereja. Perubahan yang memaksa semua orang tinggal di rumah, tidak bisa ibadah di lokasi biasanya, dan dibatasi pergerakannya. Gereja tidak bisa maksimal seperti sebelumnya untuk menemani jemaat dalam pergumulannya. Semua dibatasi pada penguasaan teknologi untuk melakukan komunikasi. Kuota internet seolah tiba-tiba menjadi kebutuhan pokok, dan banyak yang tertatih-tatih menyesuaikan diri. Seolah-olah, keadaan ini memaksa jemaat untuk lebih mandiri dan mengandalkan pengalaman dan pengetahuan rohani yang mereka miliki.
Peran pendeta, leader komsel dan pengerja dibatasi dan tidak semudah masa sebelumnya dijangkau jemaat.
Mungkinkah Tuhan memang mengizinkan hal ini terjadi, salah satunya agar setiap orang mulai memperhatikan kemandirian pertumbuhan rohani masing-masing? Mungkinkah ini saatnya agar setiap orang mulai memperhatikan lebih lagi pergaulannya dengan Roh Kudus? Mungkinkah ini Kairos Tuhan bagi percepatan terbangunnya pengalaman orang Kristen dengan Tuhannya?
II. Pengetahuan vs pengalaman
Dalam masa Perjanjian Baru ini, pengalaman dengan Allah, merujuk pada Allah Tritunggal, dan yang lebih berperan di masa ini adalah pribadi ke tiga, yaitu Roh Kudus. Sebagai seorang insan Pentakosta, yang hidup dengan kesadaran bahwa Tuhan, dalam hal ini Roh Kudus, ada dalam hidupnya, maka pengalaman berinteraksi dengan Roh Kudus seharusnya menjadi harta yang mahal dan berharga. Seorang Kristen yang tahu banyak ayat tentang Roh Kudus itu baik. Tetapi akan jauh lebih baik, dan sangat berbeda kualitasnya, dibandingkan dengan seorang Kristen yang mengalami peran Roh Kudus itu yang disebutkan oleh ayat-ayat itu.
Dalam KOM 100 diajarkan, bahwa Roh Kudus memiliki peran dalam hidup pribadi seseorang:[1]
- Sebagai Penolong (Yohanes 14:16, 17)
- Sebagai Roh Kebenaran (Yohanes 16:13)
- Sebagai Penghibur (Yohanes 16:7; Roma 5:5)
- Sebagai Sumber Kuasa (Kisah Para Rasul 1:8; 8:20-25; 13: 9-11)
- Memilih dan menentukan peran dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2)
- Mengurapi (Kisah Para Rasul 1:8; 10:38)
- Memberi perintah (Kisah Para Rasul 11:12)
- Memimpin (Kisah Para Rasul 16: 6-7)
Roh Kudus disebut juga sebagai Allos Parakletos (Yun.), yaitu penolong yang menggantikan Tuhan Yesus yang naik ke surga. Apakah pernah minta tolong Roh Kudus? Apakah pernah menyadari pertolongan-Nya?
Roh Kudus memimpin orang yang dipenuhi Roh Kudus untuk memahami seluruh kebenaran Firman Allah. Tidak jarang Roh Kudus memakai kejadian sehari-hari dalam pengalaman hidup untuk memahami Firman-Nya. Roh Kudus mengajarkan hal-hal baru yang benar dan menginsafkan dari kesalahan-kesalahan akibat nilai-nilai yang lama. Apakah pernah menyadari waktu berada di dalam “kelas kehidupan” yang diajar oleh Roh Kudus?
Roh Kudus memberikan dan memulihkan rasa aman dan rasa nyaman, bahkan dalam situasi yang tidak memungkinkan menurut akal manusia. Ia memberikan penghiburan sejati yang tak terbantahkan. Penghiburan dalam kesepian dan kesendirian, penghiburan dalam tekanan, penghiburan dalam keputusasaan, penghiburan dalam perjuangan, dan berbagai pengalaman lainnya. Sudah pernah mengalami?
Yang memastikan perbedaan orang yang dipenuhi Roh Kudus dan yang tidak dipenuhi, seharusnya adalah kuasa Roh Kudus itu sendiri, dengan segala karunia dan potensinya. Baik mujizat yang mengubah keadaan di sekitar orang itu, maupun mujizat yang mengubah di dalam diri orang itu, baik tubuh maupun jiwa. Ada hal-hal yang dapat segera dialami saat penuh Roh Kudus, namun jauh lebih banyak lagi hal-hal yang memerlukan waktu untuk mengalaminya.
Roh Kudus juga memilih orang Kristen untuk pekerjaan Kerajaan Allah. Roh Kudus bukan hanya memakai, tapi juga menentukan posisi, lokasi dan peran seseorang. Pengalaman untuk belajar setuju dengan pilihan Tuhan, pengalaman menguji panggilan itu, pengalaman menjalani panggilan, dan pengalaman membangun pelayanan yang dipercayakan, semuanya itu amatlah berharga.
Sebagai insan Pentakosta, pengurapan amat diperlukan untuk hidup dalam Tuhan dan menjalani panggilan pelayanan dari Tuhan. Pengurapan itu akan mengajar orang Kristen dalam tiap pemikiran, keputusan dan langkah yang diambil (1 Yohanes 2:27). Dari waktu ke waktu, proses untuk memperoleh dan menjaga pengurapan seseorang, akan menjadi pengalaman yang membentuk dan mewarnai kehidupan orang Kristen yang penuh Roh Kudus.
Memahami masalah dan mengetahui jalan keluarnya dengan kemampuan pribadi adalah kemampuan yang istimewa yang dapat dimiliki dan dilatih setiap orang. Namun untuk memahami masalah seperti Tuhan memahaminya dan menyelesaikannya dengan cara Tuhan, hanya dimiliki oleh mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus memberi rhema atau firman-firman yang diurapi-Nya, yang seharusnya diterima sebagai perintah yang harus dilaksanakan. Pengetahuan dan kemampuan manusia dibatasi oleh informasi, waktu, analisa dan banyak hal lain. Roh Kudus, sebagai pribadi ke tiga dari Tritunggal, yaitu Tuhan sendiri, tidak memiliki batasan dalam kemampuan-Nya. Itulah sebabnya perintah-perintah yang Roh Kudus berikan selalu mengagumkan hasilnya bila dipercaya dan ditaati. Orang Kristen yang mengalami tuntunan perintah Roh Kudus dalam keseharian dan hidupnya, adalah manusia yang diberkati dengan kekayaan rohani yang tak dapat tergantikan.
Bila rhema yang didapat setiap hari, dapat mengarahkan seseorang dalam jangan waktu tertentu, Roh Kudus juga dapat memberikan rhema dalam bentuk tuntunan jangka panjang. Setiap keputusan dari orang Kristen yang dipenuhi oleh Roh Kudus, untuk memberi diri dipimpin oleh kehendak Roh Kudus, pikiran Roh Kudus, selera Roh Kudus, meletakkan hidup orang Kristen berada di dalam pimpinan penuh dari Roh Kudus. Keputusan yang dilatih dan diulang ini, akan menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi gaya hidup. Dalam jangka panjang, pimpinan Roh Kudus pada orang Kristen itu, akan menciptakan manusia Allah yang tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Kristus.
III. Pengalaman akan mengumpulkan Pengenalan
Bila hubungan Tuhan dan orang Kristen diumpamakan dalam Alkitab seperti hubungan raja dan umat, hubungan bapa dan anak, hubungan sahabat dan sahabatnya, bahkan hubungan sepasang kekasih dan juga calon mempelai[2], maka tidaklah aneh apabila dalam hubungan itu, Tuhan dan orang Kristen memiliki pengalaman berinteraksi bersama.
Serupa dengan hubungan komunikasi antar manusia, yang dapat dibedakan dari level kedekatan dan keterbukaannya, hubungan dengan orang Kristen dengan Tuhan juga demikian. Dalam hubungan sesama manusia, pembicaraan normatif adalah lumrah bagi yang baru mengenal. Ketika hubungan bertumbuh, opini dan diskusi mulai mewarnai. Dalam level keintiman, berbagi perasaan, cerita, dan rahasia sudah lebih terbuka lagi. Bagaimana hubungan Tuhan dengan orang Kristen?
Yakobus 4:8 mengatakan, “Mendekatlah kepada Allah, maka Ia akan mendekat kepadamu…”.
Inisiatif Allah untuk mendekati manusia tidak perlu diragukan. Ia yang menciptakan manusia untuk sebuah keluarga rohani, Ia yang memisahkan Abraham hingga Israel untuk menjadi milik kepunyaan-Nya, Ia yang berulang-ulang menyelamatkan Israel, mendidik Yehuda dan memelihara umat-Nya dalam pembuangan hingga kembali. Allah juga yang berinisiatif mengirim Tuhan Yesus untuk selamatkan manusia, karena begitu besar kasih-Nya pada manusia. Allah Bapa merencanakan, Yesus mengutus Roh Kudus dan Roh Kudus memenuhi semua orang percaya. Usaha dan kehendak-Nya konsisten untuk mendekati dan membangun hubungan dengan manusia, terlebih lagi mereka yang sudah meresponi-Nya, orang Kristen. Respon orang Kristenlah yang beragam dan dari sanalah dapat dikenali perbedaan kualitas hubungan tiap orang.
Sebuah hubungan dapat bertumbuh lewat frekuensi pertemuan dan kualitas pertemuan.
Keduanya menjadi pengalaman bersama yang akan berkembang dan disebut makin erat atau intim. Di dalam hubungan itu akan hadir berbagai interaksi, namun interaksi tidak pernah menjadi tujuan sebuah hubungan. Interaksi hanya alat untuk mengisi pengalaman sebuah hubungan. Interaksi momen bersama, interaksi memberi menerima, interaksi berbicara mendengar, dan lain sebagainya. Dalam konteks hubungan orang Kristen dengan Tuhan, interaksi bisa berupa komunikasi doa pribadi dan Tuhan mendengar, pujian penyembahan diangkat dan Tuhan bertakhta, penyerahan diangkat dan Tuhan mengurapi, saat orang Kristen bertanya dan Tuhan menjawab, meminta pertolongan dan Tuhan datang membela, saat sedih tertekan dalam kesendirian dan Tuhan datang menemani dengan hadirat-Nya, dan berbagai momen pengalaman interaksi lainnya. Ujung dari berbagai pengalaman saling berinteraksi ini adalah saling mengenal. Dan karena Tuhan yang menciptakan manusia itu sudah lebih dahulu mengenal orang Kristen itu, maka ujung dari pengalamannya dengan Tuhan adalah pengenalan orang Kristen itu akan Tuhannya.
- Mazmur 60:12 ITB (60-14), “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita”
- Apakah sudah pernah mengalami perbuatan-perbuatan gagah perkasa bersama Tuhan? Bukankah ayat ini tidak menyatakan bahwa perbuatan gagah perkasa itu melulu hanya Tuhan yang melakukannya? Kata “Dengan Allah” menunjukkan pengalaman bersama antara orang Kristen dan Allah melakukan perbuatan gagah perkasa. Orang Kristen itu melibatkan Allah melalui Roh Kudus, mungkin meminta nasihat, ataupun meminta bantuan, atau penyertaan, atau bahkan pimpinan Roh Kudus.
- Filipi 4:13 ITB, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
- Suatu perkara datang dalam kehidupan orang Kristen, dihadapi oleh manusia Kristen itu di keluarganya, atau kantornya, atau sekolahnya. Ia belum tentu kuat menghadapinya. Tapi dalam pengalaman tertentu, Tuhan turun tangan memberi kekuatan lewat Roh Kudus. Mungkin Tuhan menambah-nambahkan kesabarannya, atau membawa imannya melompat tinggi untuk kuat menghadapi masalah, atau secara harafiah, memberi kekuatan pada tubuh yang lemah untuk menjadi kuat dalam menjalani tantangan. Pengalaman interaksi yang berharga dengan Roh Kudus.
Lewat pengalaman bersama yang menjadi harta yang berharga itu, orang Kristen akan makin mengenali pikiran Tuhan, perasaan-Nya dan kehendak-Nya. Pengenalan akan pikiran Tuhan, bukan hanya isi pikiran bahkan juga dengan pola pikirnya. Pengenalan perasaan dan selera-Nya, belas kasih-Nya, kelembutan-Nya dan lain sebagainya. Bahkan kehendak, rencana-Nya atas dunia dan atas orang Kristen itu sendiri dapat dinyatakan lewat pengalaman bersama Tuhan. Walau pengenalan itu tidak sempurna, seiring waktu dan pengalaman rohaninya, pengenalan itu akan makin lengkap. Seperti puzzle yang makin lama makin lengkap, atau seperti cermin buram yang makin lama akan makin jernih melihat (I Korintus 13:12).
IV. Pengenalan akan Tuhan mendorong kekuatan dan tindakan
Keputusan dan tindakan pribadi yang benar dapat lahir dari pengenalan yang benar tentang Allah. Roh Kudus sebagai Roh yang berasal dari Allah, amat mengerti tentang Allah. Pergaulan yang intens, hubungan yang terus menerus dan pengalaman yang konsisten dengan Roh Kudus, akan memperkenalkan Allah lebih dalam. Ia bisa langsung berbicara, dapat menggunakan ayat firman atau khotbah, memakai keadaan untuk berkomunikasi, epifani, atau pengalaman rohani lainnya. Orang Kristen yang memiliki pengenalan akan Allah, artinya sudah memiliki pengalaman dengan Roh Kudus. Itulah sebabnya mereka akan tetap kuat dan bertindak.
Keputusan dan tindakan pribadi yang salah dapat lahir juga dari kurangnya pengenalan akan Tuhan. Walaupun, pengalaman dengan Roh Kudus juga mencakup kegagalan orang Kristen untuk mengenal Tuhan dengan benar dan belajar kembali memperbaikinya. Bila bertobat, Roh Kudus dapat memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Seperti seorang yang belajar naik sepeda, jatuh bangunnya akan memperkaya keahliannya untuk dapat naik sepeda. Tentu saja bila orang itu mengambil keputusan untuk belajar memperbaiki dirinya.
Ada beberapa contoh di mana keputusan dan tindakan pribadi menggambarkan kualitas yang buruk atas pengenalan seseorang pada Tuhan:
- Adam dan Hawa mengambil buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat kemudian memakannya. Mereka tidak memahami ketetapan dan rencana Allah secara lengkap dan baik.
- Esau memutuskan untuk menyerahkan hak kesulungan demi semangkuk masakan yang merah-merah. Esau tidak mengenal cara kerja Tuhan hingga memandang ringan hak kesulungannya.
- Yunus memilih kabur ke Tarsis. Yunus tahu pola pikir Allah, yang akan memberikan kesempatan bahkan pada orang yang jahat bila bertobat. Yunus tidak kenal hati Allah yang ingin agar semua orang selamat.
Mereka yang memiliki pengenalan akan Tuhan yang lebih baik, mengambil keputusan dengan lebih baik. contohnya:
- Rut memilih mengikut Naomi, dengan sebuah komitmen Allahmu adalah Allahku. Mungkinkah apa yang diceritakan Naomi tentang Allah membuat Rut bertindak demikian?
- Yesaya merespon panggilan Tuhan. Tidak mungkin terjadi tanpa pengenalan akan Allah yang baik.
- Daniel menetapkan diri tidak makan makanan raja dalam jangka waktu tertentu. Apa yang Daniel tahu tentang ketetapan Allah telah menguatkannya.
- Paulus memilih pergi ke Macedonia yang berbeda budayanya, daripada ke Asia yang budayanya serumpun dan lebih dikenali, karena dituntun lewat mimpi.
- Murid-murid berdiaspora keluar Jerusalem, ketika dikejar-kejar dan tidak memaksakan diri berlebihan tinggal di sana.
Pengalaman dengan Roh Kudus akan membangun kebiasaan dan akhirnya gaya hidup, yang dengan sadar memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Pimpinan Roh Kudus bila biasa ditaati, bahkan mengubah karakter orang Kristen itu menjadi seperti Kristus.
Grudem dalam Christian Ethic mengatakan:[3]
- “But is direct guidance from the Holy Spirit part of the life of all Christians, or was it unique to Paul and the other apostles in the book of Acts? I am convinced that the New Testament teaches that direct guidance from the Holy Spirit is a normal component of the life of Christians generally, and it is one of the factors we should take into account in seeking to know God’s will.”
Tuntunan langsung dari Roh Kudus adalah komponen normal dari hidup seorang Kristen secara umum, dan ini adalah salah satu faktor yang diperhitungkan dalam mengejar pengetahuan akan kehendak Allah.
Bila hubungan dengan Roh Kudus itu adalah hal normal dalam hidup seorang Kristen, maka hubungan dengan Roh Kudus juga seharusnya menjadi pengalaman normal yang dimiliki orang Kristen setiap hari. Orang Kristen, khususnya Pentakosta, perlu pengalaman rohani dengan Roh Kudus untuk membangun Pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Allah tidak akan pernah ada habisnya, dan itulah sebabnya usaha mengenal-Nya lewat pergaulan dengan Roh Kudus menjadi keterikatan permanen hingga hari Tuhan itu tiba. (JR)
Catatan kaki
- ^ KOM 100: The Seeker, (Jakarta: Divisi Pengajaran GBI Jalan Gatot Subroto Senayan, 2016). 100
- ^ Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Ekklesia, Eskatologi, Etika. (Jakarta: BPK GM), 71-73
- ^ Wayne Grudem, Christian Ethics: An Introduction to Biblical Moral Reasoning. (Illinois: Crossway, 2018), 169