Gereja yang berkerajaan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9)

Di tengah-tengah pesan yang kuat hari-hari ini bahwa “Yesus datang segera”, maka dalam Doa Pelayan Jemaat bulan Juni yang lalu kembali Gembala Sidang kita menyampaikan pesan yang kuat pula mengenai Kisah Para Rasul 1:8, “Dan kamu akan menerima kuasa, apabila Roh Kudus turun ke atas kamu. Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Samaria, Yudea dan sampai ke ujung dunia.”

Tuhan segera datang, Ia rindu kerajaan-Nya ditegakkan di bumi ini. Tuhan punya panggilan atas Gereja-Nya agar Gereja-Nya berkuasa dan memerintah di bumi ini (Kejadian 1:28; Wahyu 5:9-10). Tuhan tidak menghendaki Gereja yang lemah. Ia menginginkan Gereja yang kuat, yang berjalan di dalam kuat kuasa Roh Kudus, melakukan pekerjaan seperti yang Ia lakukan. Ia menghendaki Gereja-Nya menjadi duta-duta yang menghadirkan kerajaan-Nya di muka bumi ini.

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah gereja/orang-orang kudus yang seperti apakah yang dapat menghadirkan kerajaan Allah di muka bumi ini?

Firman Tuhan berkata: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9). Kita adalah imamat yang rajani (imam-imam yang berkerajaan). Otoritas dan kuasa (dominion) untuk berkerajaan datang dari tempat yang maha tinggi. Otoritas dan kuasa tidak datang karena kemampuan kita, karena kehebatan kita atau kepandaian kita dan sebagainya. Otoritas dan kuasa untuk memerintah dan menghadirkan kerajaan Allah di bumi datang karena kita terlebih dulu melakukan pelayanan keimaman, yaitu datang mendekat/intim dengan Dia–-Sang Empunya otoritas dan kuasa tersebut.

Kata “imam” berasal dari bahasa Ibrani “cohen” yang artinya: orang yang dipanggil mendekat. Hanya orang-orang yang hidup intim dengan Tuhan yang akan menghadirkan kerajaan Allah dan mengubah komunitasnya. Itulah sebabnya oleh Bapak Gembala Sidang, kita diminta untuk banyak berada di dalam hadirat Tuhan. Kita diminta untuk melakukan pelayanan ke-imam-an terlebih dulu.

Keintiman dan kasih yang menyala-nyala kepada Tuhan akan menghasilkan otoritas dan kuasa di dalam hidup kita. Keintiman akan mengalahkan ketakutan; karena di dalam kasih tidak ada ketakutan. Keintiman yang kuat dengan Tuhan akan menjadi perlindungan yang kuat dalam hidup kita dan membuat kepala kita tegak mengatasi musuh di sekeliling kita (Mazmur 27:4-6).

Keintiman mendatangkan otoritas atas musuh-musuh kita. Firman-Nya berkata: “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari pada mu” (Yakobus 4:7). Tanpa keintiman kita tidak akan memiliki otoritas untuk memerintah atas musuh-musuh kita. Intim berarti kita mau hidup dan mengejar kekudusan. Intim berarti kita mau taat dan tunduk kepada Tuhan. Kalau kita berkata diri kita intim dengan Tuhan, tapi kita tidak hidup dalam kekudusan dan kita tidak tunduk kepada Tuhan/Firman-Nya maka keintiman kita patut dipertanyakan.

Yesus adalah Imam Besar tapi Ia juga seorang Raja. Ia adalah Anak Domba Allah tapi Ia juga Singa dari Yehuda. Marilah kita naik, datang mendekat kepada Tuhan dalam penyembahan dan turun memerintah dengan otoritas yang penuh daripada Nya. Marilah kita penuhi mandat yang Tuhan rancangkan atas kita untuk memerintah dan berkerajaan atas bumi ini. Kedatangan-Nya sudah sangat dekat. Hari sudah menjelang malam, di mana kita sudah tidak dapat bekerja lagi. Oleh karena itu selagi hari masih siang bekerjalah (Yohanes 9:4). TUHAN YESUS MEMBERKATI

Sumber