HOPE: Hear, Option, Pray, and Eyes of tears in intimacy (Pdt Dr Immanuel Setopo, MMin)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 24 Juli 2013 14.44 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd unified info)
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom, hari ini saya akan berbicara tentang pengharapan. Katakan pada sekelilingmu, "Kamu lihat aku, kalau tidak percaya, buktikan saja, hari esok pasti lebih baik dari hari ini, bersama Yesus!" Setiap orang yang hidup pasti punya pengharapan. Walau kadang omongan kita buruk, tapi kita pasti mengharapkan sesuatu yang baik. Tidak ada orang yang mengharapkan yang jelek, tapi kalau lagi marah, kadang justru yang jelek-jelek yang keluar dari mulut kita, betul tidak? Pengharapan itu harus kita taruh yang positif. Firman Tuhan katakan, pikirkan apa yang baik, yang mulia, yang kudus, yang sedap didengar, pikirkan itu semua. Apa yang kita pikirkan akan menciptakan suatu iman yang akan terjadi dalam hidup kita.

Shalom, hari ini saya akan berbicara tentang pengharapan. Katakan pada sekelilingmu, "Kamu lihat aku, kalau tidak percaya, buktikan saja, hari esok pasti lebih baik dari hari ini, bersama Yesus!" Setiap orang yang hidup pasti punya pengharapan. Walau kadang omongan kita buruk, tapi kita pasti mengharapkan sesuatu yang baik. Tidak ada orang yang mengharapkan yang jelek, tapi kalau lagi marah, kadang justru yang jelek-jelek yang keluar dari mulut kita, betul tidak?

Pengharapan itu harus kita taruh yang positif. Firman Tuhan katakan, pikirkan apa yang baik, yang mulia, yang kudus, yang sedap didengar, pikirkan itu semua. Apa yang kita pikirkan akan menciptakan suatu iman yang akan terjadi dalam hidup kita.

HOPE

Pengharapan dalam bahasa Inggrisnya adalah hope. Ada beberapa poin dalam pengharapan yang ingin saya bagikan hari ini, dari HOPE:

  1. Hear (Dengar)
    Manusia pertama, Adam dan Hawa, jatuh dalam dosa, panca indera mana yang jatuh pertama kali? Penglihatan, penciuman, pendengaran, atau perasaan? Pendengaran! Bukan mata. Sebelum dia lihat, Iblis ngomong dulu. Pendengaran ini menjadi poin yang pertama, hati2 dengan apa yang kita dengar. Makanya di Kitab Wahyu dikatakan barangsiapa punya telinga hendaklah dia mendengar apa yang dikatakan roh.
  2. Option (Tanggapan)
    Option itu artinya pilihan. Hidup itu pilihan. Setelah dengar, kita harus memilih. Saudara bisa dengar yang buruk dan yang baik, tapi pilihan ada di tangan kita sendiri.
    Kalau kita memilih yang tepat, kita berbahagia, milih yang kurang tepat, mengucap syukurlah.
  3. Pray (Doa)
    Kalau kita sudah dengar dan memilih, ada yang ketiga. Baik dan buruk pilihan itu, kita harus pray atau berdoa! Doalah yang akan menguatkan dan meneguhkan kita.
  4. Eyes of tears in intimacy (Air mata keintiman)
    Lebih lanjut, pasti ada doa-doa kita yang juga belum dijawab, dan itu membawa kita kepada air mata di dalam keintiman dalam Tuhan. Roma 8:24, Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?

Pengharapan itu mengharapkan sesuatu. Dan kalau sesuatu itu sudah ada, itu sudah bukan pengharapan lagi. Untuk mencapai apa yang kita harapkan, inilah 4 dasarnya: Hear, Option, Pray, dan Eye of tears in intimacy.

Hear

Mendengar tentu dengan telinga, tapi bukan hanya sekedar dengan telinga, Saudara juga harus mendengarkan dengan hati. Sebuah lagu katakan bahwa hati adalah cermin tempat dosa dan berhala bertaruh. Kalau Saudara mau mendengarkan, itu harus dengan hati. Kalau dengar cuma dengan telinga, maka bisa masuk telinga kanan keluar kiri. Kalau dengar dengan hati, maka akan ada introspeksi diri.

Yakobus 1:19, Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Tuhan ciptakan kita dengan 2 telinga dan 1 mulut. Artinya kita perlu mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Kalau orang banyak mulut, pasti telinganya kecil, tidak sesuai dengan ciptaan Tuhan. Banyak komsel atau COOL bubar karena ada yang "ember". Saya adalah orang daerah dan dulu saya tidak mengerti kalau ada yang bilang "mulutnya ember". Ember itu lebih besar mulutnya daripada dasarnya.

Menurut survei, seorang wanita harus bicara 150 kata per menit. Kalau tidak dia bisa stres. Tapi seorang pria, hanya 75 kata. Supaya tidak usah terlalu banyak lagi mengeluarkan kata-kata, pagi-pagi kalau Saudara baca Firman Tuhan itu harus diperkatakan. Memang Firman Tuhan katakan "jika engkau memperkatakan firman ini ...".

Jadi kita harus mendengar dengan telinga, dan lebih lagi mendengarkan dengan hati. Mazmur 119:105, Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Dalam sebuah survei di Gereja, rupanya ada 5 cara orang mendengar:

  1. Mendengar secara kosong
    Fisik kita di sini, pikiran kita melayang ke mana-mana. Yang begini seperti seni. Harusnya dikirim jadi tentara Burka, yang bisa tidur sambil melek. Tapi pengalaman saya sebelum jadi anak, dulu saya susah tidur, tapi setelah lahir baru, saya bisa tidur di mana-mana. Itulah dahsyatnya percaya Tuhan Yesus..
  2. Pura-pura mendengar
    Ada orang yang pura-pura mendengarkan. Manggut-manggut, tapi hatinya menolak Firman Tuhan.
  3. Mendengar secara selektif
    Orang seperti ini cuma mau Firman Firman yang enak-enak saja, tapi dia tidak mau ditegor.
  4. Mendengar dengan perhatian
    Artinya bisa mengambil intinya, penuh perhatian. Dia mau tahu apa rahasia Tuhan hari ini.
  5. Mendengarkan dengan penuh simpati dan empati
    Ini yang Tuhan inginkan, hati yang terbuka. Hati adalah kumpulan pikiran dan perasaan, setelah itu kita melakukan Firman Tuhan. Orang seperti ini bisa berkata, "Tuhan, Engkau selidiki aku, silakan ubah yang tidak sesuai dengan Engkau." Orang-orang begini akan pulang dengan sukacita.

Pada waktu kita mulai mendengarkan, apa yang terjadi? Bukan berapa kuat kedudukanmu, bukan berapa kuat, tapi kekuatan orang percaya itu dari sumber pertama yaitu dengar-dengaran Firman Tuhan. Kekuatanku, kekuatanmu, kekuatan kita, itu seberapa banyak Firman Tuhan yang kita dengarkan.

Ada gereja yang tidak maju-maju, padahal doanya kuat sekali. Tapi sebaliknya, ada yang tidak doa pun gerejanya penuh. Saya percaya rahasianya adalah mendengarkan. Saya percaya Pak Niko itu mendengarkan, makanya ada visi-visi Tuhan yang diberikan. Semakin kita berdoa, maka itu semakin membuat kita peka untuk mendengar Tuhan. Saudara diberkati atau tidak, sebetulnya karena menuruti Firman, bukan karena seberapa banyak kita doa. Bukan seberapa banyak kali engkau ke gereja, bukan berapa banyak firman yang engkau baca, tapi berapa banyak dari firman itu engkau terapkan dalam hidupmu. Itu yang Tuhan mau.

Option

Hidup kita ini adalah pilihan. Saudara tidak bisa bilang ke orang lain, "Kalau mau berteman sama gua mesti ngomong yang bagus-bagus aja." Saudara tidak bisa untuk mengatakan kepada orang lain, "Kamu jangan menilai saya." Kita punya mata untuk melihat. Di komputer, misalnya, Saudara mau lihat yang polos, yang mulus, yang bugil, semua bisa dilihat. Komputernya tidak salah, tapi pilihan di tangan kita. Pilihan Saudara mau buka yang benar atau yang salah! Kita bisa memilih. Hari ini Saudara memilih mau datang kebaktian pertama atau kedua, itu juga pilihan.

Saya teringat dengan Yunus. Yunus sudah mendengar Firman Tuhan? Bahkan dia dengar langsung dari Tuhan untuk pergi ke Niniwe. Tapi Yunus kira-kira bilang begini, "Ngapain ke Niniwe? Enakan juga mancing ke Tarsis." Saudara, saya mau katakan, hobi mancing itu tidak bisa menangkal stres, untuk menangkal stres itu hanya duduk di bawah kaki Tuhan. Yunus tidak taat. Dia dengar Firman Tuhan, perintah Tuhan, tapi tidak mendengarkan . Apa yang terjadi? Saudara harus ingat, walau kita membuang diri di tempat yang salah, Tuhan tidak akan membuang Saudara, sekalipun dunia sudah melempar Saudara, Tuhan tidak pernah hilang akal atau habis akal. Tuhan kirim ikan yang besar kepada Yunus. Orang suka bilang ikan paus, tapi Alkitab tidak pernah bilang begitu, Alkitab katakan ikan yang besar.

Waktu salah memilih, harus menanggung akibatnya. Walaupun kasih Tuhan tidak berubah, tapi akibatnya harus ditanggung. Satu kali orang Israel berbuat dosa dengan membuat allah emas dan Musa meminta agar Tuhan mengampuni mereka. Tuhan menjawab, siapa yang bersalah, dialah yang harus menanggung.

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego juga harus memilih. Mereka mendapatkan tantangan dapur api yang dipanaskan 7 kali lipat. Mereka harus memilih, dan mereka katakan "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18)

Pada waktu Saudara nekad untuk memilih bergantung kepada Tuhan, Tuhan pasti lebih nekad lagi menolong Saudara. Saya telah membuktikan dalam hidup saya. Saya pernah salah di jalan tol. Saya masuk bahu jalan karena buru-buru mau ke Jakarta dari Sentul. Polisinya berkata, "Bapak mau pilih mana? Damai atau tilang?" Biasanya orang salah yang pertama, kalau tidak bertobat buru-buru, akan mengakibatkan salah berikutnya dan berikutnya lagi. Pada waktu itu Tuhan tegor, "Kamu sudah salah pertama, bayangkan kalau yang menangkap itu jemaat kamu. Bagaimana bisa kamu berdiri di mimbar?" Saya pendeta, tapi saya salah seperti Yunus. Seperti Pak Niko ingatkan, kalau tidak tobat bisa-bisa keluar dari dubur.

Sejak itu saya belajar, mau macet atau tidak, Tuhan yang tentukan itu semua, saya tidak ambil lagi bahu jalan. Kadang lihat orang lewat bahu jalan enak banget bisa cepat lewatnya. Memang maling itu kadang rasanya lebih enak daripada orang benar. Tapi jangan lakukan, hidup itu pilihan. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego memilih. Dan semua orang yang dipakai Tuhan itu memilih yang benar.!

Yosua juga memilih. Dia berkata, "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15)

Hidup adalah pilihan, saya tidak tahu pilihan Saudara benar atau salah, tapi Tuhan Yesus tetap mencintai Saudara.

Pray

Tanggapan kita menentukan kehidupanku. Seorang istri memergoki suaminya selingkuh. Mana yang harus dipilih? Mau ribut atau mau mengampuni? Saudara, paling seru hidup ini jadi Gembala. Saya sering konseling orang, dan jadi Gembala itu "Masalah orang jadi masalahku. Masalahku lapornya sama Tuhan. Kalau masalahku ketahuan orang, lebih bermasalah lagi." Memilih yang untuk ribut saling menyalahkan atau pun untuk mengampuni, persoalan tetap ada. Tidak ada keluarga yang sempurna!

Kenapa kita harus berdoa? Supaya ada jalan keluar. Bumi bukan sorga, ini adalah tempat penderitaan, untuk mengasah kita supaya karakter kita semakin seperti Kristus. Di dunia ini kita diasah bukan untuk jadi kaya, itu bonus. Mana pilihan kita? Bisa saja kita mau saling menyalahkan. Tapi pilihan kita yang benar, di dalam tinggal tenang, di sana letak kekuatanku. Ada yang bertanya, "Pak Pendeta, kapan selesainya? Sampai kapan saya harus berdoa?" Di Alkitab tidak ada katakan berapa lama, tapi kita harus berdoa sampai Tuhan jawab.

Kita belajar dari Yakub, Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." (Kejadian 32:26) Kita juga harus berkata demikian, "Aku tidak akan melepaskan pengharapan dalam doaku sampai Engkau menjawab!"

Doa itu yang paling penting bukan sikap doa kita, dan bukan berapa banyak kita doa, tapi yang penting adalah Yesus hadir, itu yang paling penting!

Ada teman saya, sekolah Alkitab juga, kalau doa, dia taruh kursi supaya dia bisa membayangkan Yesus ada di situ berbicara sama dia, di kamarnya sendiri. Itu cara dia. Tapi saya mau katakan pada Saudara, sebetulnya ada kursi atau tidak, kita harus bisa ngomong sama Tuhan. Ayo kita mulai doa. Tindakan dari orang berharap, adalah berdoa. Doa membuat kita bergaul dengan Tuhan, jadi kita tahu apa maunya Tuhan, lalu kita lakukan, baru kita mendapatkan hasil. Jadi bukan doanya, tapi apa yang kita lakukan.

Nuh pada zamannya, adalah orang yang hidup bergaul dan berkenan pada Tuhan. Kalau Saudara bergaul dengan Tuhan, maka doa adalah sarana untuk kita bergaul dengan Tuhan. Kalau kita bergaul dengan Tuhan, Tuhan akan kasih terperinci rencananya.

Ada seorang teman saya, orangnya sederhana, dia bekerja di sebuah Sawmill. Pada waktu kerusuhan 1997, dia katakan, "Pak Immanuel, kamu tunggu, 1998, Tuhan bilang ada kerusuhan. Kalau kamu punya duit rupiah, cepat-cepat Pak Immanuel ambil dari deposito, belikan dolar semua." Dia belikan semua rupiahnya jadi dolar. Saking taatnya, pergi ke restoran juga dia sampai bawa dolar. Kasir restorannya sampai bingung. Tuhan kasih dia terperinci, nanti tanggal berapa dolar itu harus dilepas, dan benar-benar dia lepas semua pada waktu dolar itu jadi Rp17.000. Lalu Tuhan bilang, selesai ini Aku akan utus kamu untuk jadi misionaris ke luar negeri. Ini namanya mendengarkan. Jadi doa itu harus sampai ketemu Tuhan. Doa itu bukan laporan, "Tuhan aku mau ke Bogor pagi-pagi, tolong lindungi!" Memangnya Tuhan itu Satpam? Kita harus menempatkan Tuhan pada tempatnya. Kalau bergaul dengan Tuhan, kita harus dapat petunjuk Tuhan yang jelas.

Saya tidak mau dibilang orang Nabi Palsu dan saya tidak menyebarkan pada orang lain, tapi saya bilang pada keluarga saya, "Tuhan bilang tanggal 26 nanti Gunung Bromo akan meletus." Ayo Saudara, karena kita punya potensi yang lebih besar, Dia akan memberitahu kita.

Kalau kita berdoa, pertama kita dapat petunjuk. Kedua, kita dapat kasih karunia. Kenapa? Waktu Tuhan mau memusnahkan Sodom dan Gomora, Tuhan bilang dulu pada Abraham karena dia adalah Sahabat Allah. Seorang sahabat itu tidak ada rahasianya. Jangan cuma jadi orang Kristen biasa, tapi jadilah sahabat Tuhan! Maka ada impartasi kuasa Allah mengalir melalui hidup kita.

Roh Kudus membuat segala sesuatu yang tidak mungkin jadi mungkin, tapi untuk mewujudkannya di bumi, dia percayakan pada Saudara dan saya.

Eyes of tears in intimacy

Kalau kita bergaul dengan Tuhan, walau belum dapat, miliki air mata keintiman dengan Tuhan.

Hana, istri Elkana, membutuhkan seorang anak. Dia dimadu oleh suaminya dengan istri barunya, Penina. Tapi Hana mengadu pada Tuhan, sampai Imam tidak mengerti dan menghakimi dia. Hana mengerti, pertolongan dan penghiburannya bukan dari manusia. Dia datang kepada Tuhan dengan linangan air mata (1 Samuel 1:1-10)

Saudara, sebagai Imam kita harus banyak bergaul dengan Tuhan, kalau tidak, kita ke rumah sakit mau mendoakan orang, yang jadi malah penghakiman.

Satu kali ada seorang Ibu yang mengatakan dirinya sakit. Ibu ini dari GKI dan sudah lama tidak pernah ke gereja lagi. Anaknya ibadah di tempat kami dan datang mengajak Ibunya untuk minta didoakan. Waktu ketemu saya, saya bilang ke ibu itu, "Ibu mau didoakan?" Jawabnya, "Ya, saya mau didoakan." Lalu dia otomatis merem. Tapi dia ketemu pendeta antik. Saya bilang, "Saya tidak akan mendoakan Ibu!" Dia kaget. "Yang sakit itu bukan badan Ibu, tapi hati Ibu! Lepaskan itu dulu baru Ibu sembuh." Dia lalu menangis dan ternyata di situ diketahui kalau dia kecewa dengan anak dan mantunya, yang diberkati Tuhan dengan mobil baru tapi kok lupa sama mertua.

Mazmur 121:2 katakan, Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Mazmur 56:9, Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?

Jadi ada kirbatnya. Saudara, katakanlah gelas adalah penampung air mata, kalau gelasnya belum penuh, penuhi cepat-cepat dengan air mata!

Yesaya 38:1-3, Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN. Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.

Raja Hizkia mendengar langsung dari nabi Yesaya bahwa dia akan mati. Yesaya dengan berani menyampaikan pesan yang seperti itu, mungkin kalau kita disuruh menyampaikan kepada Raja seperti itu, kita bisa-bisa mundur gemetaran.

Tapi rupanya Raja Hizkia itu bertobat. Dia berbalik dan berdoa kepada Tuhan, "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu."

Setia di sini artinya dengar-dengaran. Bukan hanya dengar, tapi dengar-dengaran akan Firman Tuhan. Dengan tulus hati artinya "memilih dengan kebebasanku, dengan hati nuraniku aku memilih Engkau". Dan kenapa Hizkia tahu telah melakukan apa yang baik? Karena dia punya kehidupan doa. Dan ternyata air mata Hizkia itu berpengaruh terhadap nasibnya. Yesaya 38:5, "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi. Kita belajar di sini, Tuhan ternyata bisa menunda kecelakaan menjadi satu mujizat yang luar biasa dalam hidup kita!

Amin.