Api Roh Kudus dari Pentakosta Ketiga sedang turun (Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 11.32 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - ".jpg↵ | illustration1x1 =" menjadi ".jpg | illustrationA5= | illustration1x1=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Hari-hari ini kita sedang memasuki era Pentakosta Ketiga. Pencurahan api Roh Kudus dari Pentakosta Ketiga yang dahsyat sudah dimulai.

  • Apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir?
  • Apa yang harus kita lakukan untuk membangkitkan Generasi Yeremia yaitu generasi anak-anak muda yang dipenuhi dengan Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa dan akan bergerak memenangkan jiwa?
  • Apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan Amanat Agung?

Salah satu yang harus kita lakukan adalah berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam.

Seperti yang terjadi pada waktu Pentakosta yang pertama di kamar loteng Yerusalem, maka sebelum Roh Kudus dicurahkan, mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Artinya mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam. Ini adalah prinsip Restorasi Pondok Daud. Ini adalah prinsip Menara Doa.

Selama 10 hari mereka melakukan itu. Dan pada hari raya Pentakosta, terdengarlah seperti tiupan angin keras dan tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap kepada mereka masing-masing. Mereka dipenuhi dengan Roh Kudus dengan tanda awal mereka berbahasa roh. Setelah itu mereka dipakai Tuhan untuk menyelesaikan Amanat Agung. Haleluya!

Demikian pula pada waktu Pentakosta yang Kedua yang terjadi di Azusa Street pada tahun 1906. William Seymour dan teman-temannya mempersiapkan pencurahan Roh Kudus melalui doa, pujian dan penyembahan bersama-sama dalam unity siang dan malam.

Koran Apostolic Faith, Volume 1 No. 1 tahun 1906 yang meliput tentang Azusa, mengatakan bahwa cikal bakal Azusa dimulai dengan Menara Doa (Prayer Tower) dan mempelajari Firman Tuhan.

Saya baru pulang dari Amerika Serikat untuk menghadiri acara Pentecost Again Celebration di Azusa Street Prayer Tower (APT) di Gedung Arani Theatre. Seperti kita ketahui APT adalah tempat berdoa atau menara doa dari Pentakosta yang Ketiga untuk Amerika dan dunia. Letaknya di sebuah gedung yang paling dekat dengan tempat yang digunakan oleh William Seymour tahun 1906, di mana terjadi Pentakosta yang kedua. Jaraknya hanya sekitar 15-20 meter.

Pentecost Again Celebration diadakan pada hari Sabtu, 16 Juli 2022. Sehari sebelumnya, yaitu pada hari Jumat, saya bersama rombongan kecil datang ke APT untuk berdoa. Ini pertama kalinya saya berdoa di tempat itu. Pagi harinya sebelum berangkat, Tuhan menyuruh saya untuk membacakan 2 Tawarikh 7:12-16 di APT. Sebelum membacakan ayat itu, ketika kita masuk ke tempat itu, kami semua dilawat Tuhan secara luar biasa. Saya hampir tidak kuat berdiri dan berpegangan pada tembok. Saya belum pernah merasakan lawatan Tuhan seperti itu meskipun di Yerusalem. Setelah itu, saya mulai membaca 2 Tawarikh 7:12-16,

“Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: "Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan. Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini. Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.”

Saudara, inilah Third Pentecost Azusa Street Prayer Tower, Rumah Persembahan.

Saya ingat, hal seperti ini juga terjadi saat pentahbisan Menara Doa SICC Lantai 12, di mana pada waktu itu Pak Kim Seng, salah seorang pendoa syafaat di tempat kita, mendapat penglihatan tentang telinga yang besar dan ayat yang Tuhan berikan adalah 2 Tawarikh 7:15-16.

“Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini. Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.”

Saudara, Tuhan sudah berikan untuk yang lebih besar lagi, yaitu Third Pentecost Azusa Street Prayer Tower, suatu Menara Doa untuk Amerika dan dunia.

Pada acara Pentecost Again Celebration, kami bertiga yaitu saya, Tim Hill sebagai Ketua Umum Church of God, dan Billy Wilson sebagai Co-chair Global Empowered21 sekaligus Presiden Oral Robert University dan Pentecostal World Fellowship; mengurapi APT. Dan setelah itu kami bertiga saling mengurapi. Tindakan profetik ini perlu dilakukan, karena APT ini harus mendapatkan suatu naungan yaitu gereja; dalam hal ini Sinode Church of God. Tetapi kalau hanya Church of God saja, ini tidak cukup luas, karena harus menjangkau dari denominasi-denominasi yang lain. Karena itu ada Empowered21 di mana yang akan menemukan jaringan yang akan menyatukan seluruh denominasi yang ada dan itu penting kita lakukan. Dan ini sudah kita lakukan, Haleluya!

Apa yang harus dilakukan sebelum api Tuhan turun?

Pada zaman Elia, orang Israel bertobat karena mereka melihat api Tuhan turun setelah Elia berdoa. Sebelum berdoa, ada 3 hal yang dilakukan oleh Elia:

  1. Elia membuat mezbah yang disusun dari 12 batu yang melambangkan 12 suku Israel.
  2. Ini berbicara tentang unity sesuai dengan Yohanes 17 yang merupakan doa Tuhan Yesus. Dikatakan unity adalah faktor utama untuk terjadinya penuaian jiwa.
  3. Elia mempersembahkan lembu yang dipotong-potong yang diletakkan di atas kayu bakar, di atas mezbah itu.
  4. Ini berbicara tentang mempersembahkan korban. Sesuai Roma 12:1 dikatakan bahwa:
    “persembahkanlah tubuhmu sebagai korban persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
  5. Elia menyuruh mengambil 4 buyung yang diisi air sampai penuh.
  6. Kemudian disiramkan ke atas korban persembahan tadi dan diulangi sebanyak 3 kali. Jadi artinya sebanyak 12 buyung air. Air berbicara tentang sesuatu yang mahal harganya. Mungkin lebih mahal dari emas karena saat itu bangsa Israel sedang mengalami musim kering selama 3 ½ tahun. Ini berarti Tuhan mengajarkan kepada kita harus mempersembahkan sesuatu yang mahal harganya bagi kita. Itu bisa berupa uang, waktu, hobi, harga diri, pengampunan dan lain-lain.

Setelah melakukan 3 hal tadi, Elia berdoa dan berkata kepada Tuhan:

... "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." (1 Raja-raja 18:36-37)

Apa yang terjadi setelah Elia berdoa? Lalu turunlah api TUHAN membakar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit habis dijilatnya. Setelah seluruh rakyat melihat hal itu, sujudlah mereka serta berkata: “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”

Jadi kalau kita mau melihat api Roh Kudus dari Pentakosta Ketiga yang dahsyat dicurahkan, maka kita harus berdoa seperti Elia berdoa. Di mana kita harus berdoa dengan unity, gereja-gereja harus unity. Kita harus mempersembahkan tubuh ini sebagai korban persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kita juga harus mempersembahkan persembahan yang mahal kepada Tuhan, apakah itu uang, waktu, hobi, harga diri, pengampunan dan lain-lain.

Kebangunan rohani, penuaian jiwa dimulai dengan pemurnian

“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.” (Maleakhi 3:1-4)

Supaya terjadi kebangunan rohani, maka Tuhan sendiri, yang pada ayat ini disebut sebagai Malaikat Perjanjian akan datang. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Tuhan akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak. Tuhan akan menyucikan orang-orang Lewi, yang dapat diartikan gereja Tuhan, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan. Persembahan mereka akan menyenangkan hati Tuhan seperti yang dulu pernah terjadi.

Kalau kita ingat, awal dari gereja kita GBI Jalan Jendral Gatot Subroto ini pada awal tahun 90-an, pada saat itu terjadi kebangunan rohani yang dahsyat. Praise dan worship di Karsa Pemuda membuat banyak orang bertobat, mereka menjadi murid dan dipakai Tuhan secara luar biasa. Tetapi dengan berjalannya waktu, keadaan yang seperti itu mulai memudar. Hari-hari ini kita di era Pentakosta Ketiga, Tuhan mencurahkan api yang memurnikan gereja-Nya supaya hidup mereka benar di hadapan Tuhan. Doa, pujian dan penyembahan mereka akan menyenangkan hati Tuhan seperti yang terjadi pada waktu itu.

Kebangunan rohani, Penuaian jiwa; itu dimulai dengan pemurnian! Memang ini menyakitkan, tetapi hasilnya akan luar biasa. Api Roh Kudus Pentakosta Ketiga sedang turun untuk memurnikan kita, gereja-Nya.

Ketika Paulus dalam perjalanan ke Roma sebagai orang hukuman, kapal yang ia tumpangi dihantam badai yang menyebabkan kapal itu rusak, tetapi 276 penumpangnya selamat karena Paulus. Mereka semua berenang ke pantai dan ternyata itu pulau Malta. Penduduk pulau itu sangat ramah. Mereka menyalakan api besar dan mengajak semua orang ke situ karena mulai hujan dan hawanya dingin. Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya ke atas api, maka keluarlah ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. Ketika orang melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Orang ini pasti seorang pembunuh, karena meskipun dia luput dari laut, dia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.” Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan dia sama sekali tidak menderita sesuatu. Mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak, mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat bahwa Paulus seorang dewa. Setelah itu terjadi kebangunan rohani. Dimulai dengan ayah dari Gubernur (bernama Publisius) yang sakit demam dan disentri disembuhkan, kemudian orang-orang yang sakit di pulau itu (Kisah Para Rasul 28:1-9).

Apa yang hendak Tuhan katakan kepada kita melalui kisah ini? Bahwa dengan adanya api yang besar, ular keluar menampakkan diri. Ular mencoba menggigit tetapi justru dikebaskan oleh Paulus ke dalam api sehingga ularnya mati. Ular tadi mencoba menggigit Paulus supaya Paulus mati, tetapi yang terjadi sebaliknya justru Paulus hidup dan ular mati. Dan orang-orang justru menganggap Paulus adalah dewa.

Api yang besar ini berbicara tentang api Roh Kudus yang besar dari Pentakosta Ketiga sedang turun, ini akan membuat ular/Iblis akan menampakkan diri karena tidak tahan dengan panasnya api. Artinya pekerjaannya akan ditelanjangi dan iblis masih mencoba untuk menggigit atau merusak pekerjaan Tuhan, tetapi tidak akan berhasil selama gereja berkarakter seperti Tuhan Yesus. Bahkan pekerjaan Iblis yang merusak akan dihancurkan. Haleluya!

Selama ini mungkin kita bertanya-tanya apa sebenarnya yang menghambat perkembangan dari pekerjaan Tuhan? Tetapi setelah api Roh Kudus yang besar dari Pentakosta Ketiga sedang turun semuanya akan menjadi jelas. Pekerjaan Iblis akan ditelanjangi dan kita akan tahu dengan jelas apa sebenarnya penyebab dari penghambat pekerjaan Tuhan selama ini.

Jangan main-main dengan Tuhan

Selain hal-hal di atas, Tuhan juga mengingatkan kita untuk melakukan seperti yang dituliskan oleh Daud dalam Mazmur 18:21-27,

"TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku, sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku; aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan. Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.”

Saya mau berpesan kepada Saudara: Jangan main-main dengan Tuhan. Kalau sampai kita dibelat beliti Tuhan karena kita berlaku bengkok, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Karena itu, mari, saya akan mengajak Saudara berkata bersama saya: "Tuhan, aku mau berlaku setia! Tuhan, aku mau berlaku tidak bercela! Tuhan, aku mau berlaku suci kepada Tuhan!" Ingat Tuhan Yesus datang segera. Maranatha!

Video