Strong family (Pdt Ishak Tulus)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 14 Oktober 2021 08.38 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom Bapak dan Ibu, hari ini saya akan khotbah dengan tema "strong family". Saya memilih tema ini karena situasi yang sedang kita lewati tidak hanya membutuhkan pribadi yang kuat tapi kita butuh keluarga kita juga kuat, supaya dapat melewati situasi yang sedang terjadi dan keluar sebagai pemenang. Seperti apa keluarga yang kuat? Mari kita lihat.

Shalom Bapak dan Ibu, hari ini saya akan khotbah dengan tema "strong family". Saya memilih tema ini karena situasi yang sedang kita lewati tidak hanya membutuhkan pribadi yang kuat tapi kita butuh keluarga kita juga kuat, supaya dapat melewati situasi yang sedang terjadi dan keluar sebagai pemenang. Seperti apa keluarga yang kuat? Mari kita lihat.

Mazmur 128:1-6,

Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu!
Damai sejahtera atas Israel!

Bapak dan Ibu, Mazmur 128:1-6 ini adalah gambaran dari pada keluarga yang bahagia, keluarga yang diberkati, sekaligus keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat tandanya mampu menghadapi situasi apa pun, yang sedang terjadi seperti apa pun keluarga itu tetap berdiri tegak dan menghadapinya dengan baik, serta keluar sebagai pemenang. Dari ayat-ayat tadi saya mau sampaikan 3 pilar untuk membangun keluarga yang kuat.

Pilar pertama: Hubungan kita dengan Tuhan

Pilar pertama yang harus ada untuk membangun keluarga yang kuat adalah hubungan kita dengan Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan tidak hanya sebatas doa kita atau ibadah kita. Intinya hubungan kita dengan Tuhan harus benar. Hubungan yang benar adalah hubungan yang selalu terkoneksi dengan Tuhan, satu hari 24 jam kita di bawah kontrol dan pandangan Tuhan. Setiap saat, setiap waktu kita dipandang dan dilihat oleh Tuhan. Saya mau ajak kita semua usahakan ibadah kita yang live streaming harus membuat kita berjumpa dengan Tuhan, ketemu dengan Tuhan, terkoneksi dengan Tuhan. Orang yang hubungannya terkoneksi dengan Tuhan tandanya ada 4:

#1 Mengalami sukacita

Orang yang terkoneksi dengan Tuhan akan mengalami sukacita. Ketika dalam ibadah ini Anda ketemu Tuhan maka mengalami sukacita. Setelah selesai ibadah, kita masih tetap dikuasai oleh sukacita itu. Besok kita berangkat bekerja, kita berangkat dengan sukacita, dan kalau kita bekerja dengan hati yang sukacita, maka hasil kerja kita pasti bagus. Ingat hati yang gembira adalah obat yang manjur (Amsal 17:22).

#2 Mengalami kebenaran

Saya khotbah kira-kira 20 menit, walaupun hanya 20 menit tidak seluruh isi khotbah itu dapat kita tangkap, tapi paling tidak ada satu kalimat, satu kata, sampai masuk ke dalam pikiran bawah sadar Anda, itu namanya pengalaman kebenaran.

Anda mengalami kebenaran itu, dan kebenaran itu yang akan menguatkan Anda apabila Anda sedang lemah. Kebenaran itu juga yang akan meluruskan Anda ketika Anda menyimpang ke kanan dan ke kiri, kebenaran itu juga yang akan membangkitkan Anda ketika Anda jatuh. Kebenaran itu juga yang akan membetulkan Anda ketika Anda salah.

#3 Mengalami damai sejahtera

Jika sukacita adalah ekspresi dari dalam, tapi damai sejahtera Alkitab mencatat begini: “biarlah kiranya damai sejahtera Allah, yang melampaui akal manusia, memerintah hatimu dan pikiranmu” (Filipi 4:7).

Memerintah artinya berdaulat, menguasai, mengontrol, kalau pikiran dan hati kita dikuasai, diperintah, dikendalikan oleh damai sejahtera, maka pikiran dan hati kita tidak akan pernah dikuasai oleh ketakutan, kekhawatiran, cemas, tapi hatimu dipenuhi dengan damai sejahtera. Damai sejahtera itu juga yang memberi kekuatan kita untuk menghadapi persoalan seberat apa pun.

#4 Mengalami kuasa

Kuasa ini yang menjadikan semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bagi kuasa Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Saya Bapak dan Ibu, bulan April lalu termasuk salah satu orang yang kena COVID-19. Teman-teman telepon untuk menguatkan, saya telepon dokter, saya diminta untuk tidak takut, cemas, dan stres. Jika setiap dokter katakan seperti itu setiap ketemu pasien maka sebelum diobati 50% sudah sembuh, makanya ayo kita jaga perkataan kita untuk menguatkan orang lain. Intinya saya lewati COVID itu bersama dengan teman-teman, menguatkan saya, dan kuasa Tuhan menyembuhkan.

Bapak dan Ibu, pilar pertama keluarga kita adalah hubungan kita dengan Tuhan harus benar. Kepala rumah tangga ingat baik-baik, Anda paling bertanggung jawab menghubungkan keluarga kita dengan Tuhan, dan hubungan kita dengan Tuhan itu sangat penting, karena ini adalah sulung dari semua hubungan, karena Tuhan itu sumber berkat, sumber kekuatan, sumber dari semua yang kita butuhkan. Terkoneksi dengan Tuhan adalah sampai masuk kepada level takut akan Tuhan dan berjalan menurut jalan yang ditunjukkannya.

Pilar kedua: Hubungan suami istri

Pilar kedua keluarga yang kuat adalah hubungan suami istri, ini adalah poros dari semua hubungan. Kalau hubunganmu suami istri benar, maka untuk memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan itu jauh lebih mudah. Hubungan suami istri yang benar itu adalah hubungan yang terkoneksi, banyak hubungan suami istri yang putus tapi terasa tidak putus. Kita perlu cek hubungan suami istri, dengan melihat

  1. Masih dapat mendengar ketika pasangan berbicara sampai tuntas dan dengan empati.
  2. Apakah Anda masih dapat berbicara baik-baik dengan pasangan. Kolose mengatakan biarlah setiap perkataan kita mendatangkan kasih karunia bagi yang mendengarkannya.
  3. Jika ada konflik masih dapat menyelesaikan.

Bapak dan Ibu, hubungan suami istri digambarkan seperti anggur. Nanti Bapak dan Ibu beli buah anggur yang benar-benar matang dan bagus, lalu Anda peras dan digiling, air anggur yang murni itu diminum pelan-pelan, lalu dikecap. Maka di dalam air anggur yang murni itu terdapat 3 kandungan rasa: ada rasa manis, asam, dan pahit. Tapi tiga-tiganya harus dilewati oleh suami istri agar terbentuk suami istri yang semakin dewasa.

Sekali waktu saya berada di Medan berbicara dengan kira-kira 35 pasang suami istri. Tiba-tiba seorang suami berdiri dan berkata “Pak Ishak, puji Tuhan hubungan saya suami istri selalu manis, saya selalu menikmati, saya tidak pernah stres.” Lalu saya katakan begini, “biasanya Pak, jika ada suami yang selalu enjoy, bahagia, tidak pernah stres dan tertekan, itu biasanya yang sering stres itu istrinya.” Tiba-tiba istrinya katakan, “Betul!”

Oleh karena itu kita tidak dapat mengecek sendiri, suami istri harus dievaluasi apakah hubungannya masih terkoneksi, dua-duanya merasakan sukacita, kebahagiaan, seperti anggur. Kitab Kidung Agung menggambarkan cinta seperti anggur. Hubungan suami istri itu hanya diikat oleh yang namanya cinta, tetap hubungan terkadang ada rasa manis, asam, dan pahit, tapi kita harus melewati ketiganya dengan rela, kemudian kita akan bertumbuh menjadi dewasa dan lebih kuat.

Pilar ketiga: Hubungan orang tua dan anak

Posisi Anda sekarang seperti apa. Jika Anda masih memiliki orang tua berarti Anda masih harus melakukan hubungan anak dan orang tua. Apa yang harus dilakukan? Firman Tuhan berkata “Hormatilah ayah dan ibumu, supaya kamu panjang umur, diberkati, bahagia.” Jadi satu-satunya perintah yang disertai dengan janji adalah menghormati orang tua.

Kemudian hubungan orang tua dan anak, sekarang supaya anak-anak kita menjadi generasi yang lebih hebat dan kuat dari kita, kita harus mendidik anak-anak kita dengan prinsip lembut tapi tegas. Kalau lembut saja akan melahirkan anak-anak manja. Orang tua yang memanjakan anak sama dengan membunuh potensi dan karakter dari anak itu sendiri. Stop hanya lembut saja. Anak yang dididik dengan lembut tapi tegas akan mendidik anak-anak yang berkarakter Ilahi. Kalau tegas saja akan menghasilkan anak-anak yang pemberontak, karena semakin keras, semakin berontak, semakin nakal. Yang tidak boleh adalah tidak lembut dan tidak tegas atau tidak punya ekspresi sama sekali, anak-anaknya akan menjadi anak-anak gampangan, tidak jelas tujuan hidupnya.

Penutup

Mari kita periksa keluarga kita ada tiga pilar yang harus kita jaga dan bangun yaitu hubungan kita dengan Tuhan, hubungan suami istri sebagai hubungan poros, dan hubungan orang tua dan anak-anak. Jadi jika hendak memperbaiki maka perbaiki hubungan suami istri maka akan berpengaruh kepada hubungan yang lain. (MGT)