Gaya hidup orang percaya (Pdt Hengky So, MTh)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 September 2022 21.47 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "== Video == {{ videoclip" menjadi "{{ videoclip | title=Video | headingno=2")
Lompat ke: navigasi, cari

Saya yakin bahwa, orang percaya harus memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang dunia. Hari ini kita akan belajar dari salah satu perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Shalom Jemaat GBI Danau Bogor Raya yang saya kasihi dalam Tuhan Yesus. Hari ini saya akan berkhotbah dengan judul "Gaya Hidup Orang Percaya".

Saya yakin bahwa, orang percaya harus memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang dunia. Hari ini kita akan belajar dari salah satu perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Matius 13:33,

Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.

Tujuan wanita ini mencampurkan ragi ke dalam adonan tepung adalah untuk membuat roti sehingga dapat dimakan oleh banyak orang. Apa kebenaran yang mau disampaikan Tuhan Yesus lewat perumpamaan ini? Mari kita perhatikan baik-baik. Perumpamaan ini mengajarkan tentang Kerajaan Sorga. Saya percaya yang Yesus maksudkan bukan hanya pemerintahan Kerajaan Sorga tetapi juga warga Kerajaan Sorga, yaitu kita semuanya. Jadi warga Kerajaan Sorga gaya hidupnya itu seumpama ragi.

Bagaimana gaya hidup warga Kerajaan Sorga yang seumpama ragi itu?

#1 Gaya hidup berdampak

Saudara, perhatikan baik-baik, ragi itu berdampak kepada adonan tepung. Ketika adonan tepung dicampurkan dengan ragi, maka adonan tepung menjadi khamir, dan mengembang sehingga dapat dipanggang menjadi roti. Ternyata ragi itu membuat rotinya menjadi lembut. Demikian juga harusnya kehidupan kita orang percaya. Kita harus membawa dampak di manapun kita berada. Berdampak itu artinya hidup kita harus membawa pengaruh yang positif, memberkati, berguna, bermanfaat bagi banyak orang. Saudara- Saudara yang kekasih, berdampak itu artinya dia bukan seorang pembuat onar tapi dia adalah pembawa damai. Bukanlah trouble maker tapi problem solver. Bukan pembuat teror tapi kita pembawa ketenangan.

Matius 5:13,

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. “

Saudara-Saudara, kita ini harus menggarami lingkungan di mana kita berada, artinya kita membawa pengaruh yang positif kepada lingkungan kita. Lingkungan kita mungkin punya kebiasaan yang buruk, dengan kehadiran kita mereka sekarang menjadi baik. Tadinya tidak mengenal Tuhan, dengan kehadiran kita mereka dapat menjadi orang percaya. Itu artinya kita menjadi garam dunia.

Matius 5:14,

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Yesus mau supaya kita menerangi tempat di mana Tuhan tempatkan kita. Saudara-Saudaraku, bagaimana supaya hidup kita dapat berdampak, menjadi ragi dalam dunia ini?

Mempraktekkan kebaikan

Filipi 4:5,

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

Supaya kebaikan hati kita diketahui oleh semua orang, kita harus mempraktekkan kebaikan itu. Jika kita tidak pernah melakukan kebaikan orang tidak tahu kalau kita memiliki hati yang baik dan memang orang jika hatinya baik, apa yang di hati itu terlihat melalui perbuatan. Jadi praktekkanlah kebaikan dalam hidupmu supaya engkau dapat menjadi ragi bagi lingkunganmu.

Saat ini kita sedang hidup di tengah-tengah pandemi dan ini adalah kesempatan bagi kita untuk dapat mempraktekan kebaikan. Saat ini ada banyak orang yang sedang membutuhkan uluran tangan kita. Saudara-Saudara, bulan yang lalu ketika COVID sedang tinggi-tingginya, banyak sekali orang yang membutuhkan tabung oksigen. Mafia tabung oksigen bermain, sehingga harganya melonjak tinggi. Mafia tabung oksigen, saya pastikan ini bukan orang yang hidupnya membawa dampak yang positif. Jika Saudara memiliki tabung oksigen maukah Saudara meminjamkannya kepada orang lain. Apa yang kita miliki ketika orang membutuhkannya, rela tidak kita memberikannya. Jika kita mau mempraktekkan kebaikan mari kita lakukan kebaikan sekarang juga.

Saya membaca berita ada seorang anak usia 9 tahun harus isoman sendiri. Papa-mamanya meninggal karena COVID-19. Tetangga-tetangganya mengulurkan tangan menolong tangan anak berusia 9 tahun ini. Kira-kira jika Saudara menjadi salah satu tetangganya, mau tidak Saudara juga memberikan perhatian, mengulurkan tangan?

Saya juga membaca sebuah berita tentang ada seorang dokter yang dirawat di ICU karena terpapar COVID bersama dengan seorang pasien lain yang juga terpapar COVID, dan dua-duanya membutuhkan ventilator. Masalahnya, di rumah sakit itu tinggal satu ventilator. Keluarga dokter akhirnya memutuskan ventilator itu diberikan saja kepada pasien. Dokter ini sebelum masuk ruang ICU pernah menyampaikan pesan kepada isterinya, kalau sampai nanti harus memakai ventilator, maka ingat baik-baik ventilator itu harus diberikan kepada pasien yang harapan hidupnya lebih besar kentimbang yang harapan hidupnya lebih kecil. Harapan hidup dokter itu lebih kecil dibandingkan harapan hidup pasien itu. Memang konsekuensinya akhirnya dokter itu meninggal terpapar COVID. Dia berbuat kebaikan dan konsekuensinya dia harus berkorban untuk itu.

Saudara-Saudaraku, memang ketika kita melakukan kebaikan ada harga yang harus kita bayar. Seperti Yesus. Dia mempraktekkan kebaikan, sepanjang hidup dan pelayanan-Nya. Dia memberi makan kepada orang yang lapar, menguatkan orang yang lemah, memberikan penghiburan kepada orang yang susah, memberikan pengharapan kepada orang yang putus asa, menyembuhkan orang yang sakit, membuat orang yang timpang berjalan kembali, menghardik setan yang merasuk orang. Jadi Dia selalu menebarkan kebaikan di manapun Dia berada. Kemudian Dia mati, kematiannya juga telah menjadi berkat, karena waktu darah-Nya tercurah di kayu salib, maka darah-Nya itu menghapus dosa kita semuanya. Kita harus belajar seperti Yesus, hidup kita harus berdampak, melakukan kebaikan.

Melayani sesama

1 Petrus 4:10,

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

Tuhan memberikan karunia kepada kita supaya kita dapat melayani orang lain bukan untuk melayani diri kita sendiri. Ada banyak orang dia diberikan karunia untuk melayani diri sendiri, supaya dia lebih terkenal, dia lebih hebat, jadwal pelayanannya lebih padat, dia diundang ke mana-mana. Tuhan kasih karunia kepada kita untuk kita melayani orang lain, sehingga kita berdampak dan menjadi ragi untuk dunia ini.

#2 Gaya hidup rendah hati

Saudara-Saudara, ragi itu kerjanya diam-diam, setelah ragi itu dicampurkan ke dalam adonan tepung, lalu dibiarkan. Diam-diam ragi mulai bekerja, dia mengikat karbohidrat yang ada di dalam adonan tepung, mengubahnya menjadi karbon dioksida. Sehingga adonan tepung itu mengembang. Ragi itu tidak gembar-gembor, dia diam-diam tapi berkarya nyata. Begitulah tandanya kerendahan hati.

Ayam betina jika ia bertelur ia akan berkotek-kotek, sehingga satu kampung dengar, padahal telurnya haya satu. Penyu jika mau bertelur dia diam-diam pergi ke pantai, cari tempat yang sepi. Dia gali lobang, bertelur di situ, setelah dia bertelur dia kembai lagi ke laut berenang. Diam-diam tidak heboh, padahal telurnya ratusan. Kira-kira Saudara orang Kristen model apa?

Mari kita jadi orang Kristen yang rendah hati, walaupun kita punya karya hebat, hasilnya nyata tapi tidak usah kita heboh. Saat sekarang ini banyak orang suka heboh di media sosial, hati-hati dengan media sosial, kadang-kadang kita sedang mengumbar kesombongan kita lewat media sosial. Setiap kali kita mau posting karya kita, tanya dulu diri kita apakah untuk kemuliaan Tuhan atau kemuliaan diriku?

Efesus 4:2,

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Ciri-ciri orang rendah hati:

  1. Tidak suka menyombongkan diri karena karyanya
  2. Tidak menuntut pengakuan orang
  3. Rela menjadi orang nomor dua

Yohanes Pembaptis adalah contoh yang baik belajar rendah hati menjadi orang nomor dua. Yohanes Pembaptis lebih dahulu melayani, Yesus baru menyusul kemudian, tapi waktu Yesus muncul, Yohanes mundur dan menempatkan diri sebagai orang nomor dua. Satu hari Yohanes berada di sungai Yordan bersama dengan murid-murid-Nya. Yohanes menunjuk kepada Yesus “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia ini.” Yohanes tidak merasa Yesus sebagai saingan, Yohanes menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah, dia meninggikan Yesus dan mundur pelan-pelan. Yohanes berkata, “Dia harus makin besar dan aku harus makin kecil.”

#3 Gaya hidup tidak memandang status

Saudara, ragi itu sangat kecil, hanya dapat dilihat lewat mikroskop karena dia adalah microorganism. Di pasaran itu adalah ragi yang sudah dipadatkan. Walaupun ragi sangat kecil dia tidak minder dan berdampak luar biasa. Dia dapat mengkhamirkan adonan tepung yang 30 kg. Mungkin hari ini statusmu masih kecil, mungkin hari ini Saudara masih karyawan biasa, posisimu belum tinggi, jabatanmu belum ada. Orang percaya tidak akan minder karena statusnya masih kecil, ketika Saudara belajar seperti ragi yang kecil dan terus berkarya maka nanti satu hari Saudara akan dipilih dan diangkat oleh Tuhan.

1 Korintus 1:27-28,

Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.

Kata kuncinya adalah dipilih Allah. Kalau favor Allah ada pada kita, maka kita yang tadinya statusnya di bawah akan diangkat oleh Tuhan. Kuatkan hatimu. Saya percaya setiap orang yang dipilih oleh Tuhan pasti Tuhan akan berikan kemampuan, talenta. Kita yang sudah dipilih mari kita menggalinya untuk kemuliaan nama Tuhan.

Mungkin hari ini jika Saudara statusnya sudah tinggi, jangan Saudara pandang enteng dan melecehkan orang yang statusnya rendah, karena kita tidak tahu status mereka yang rendah ketika Tuhan pilih mereka, lima tahun atau sepuluh tahun lagi mereka akan lebih hebat dari kita. Di Jerman ada seorang guru SD yang setiap kali masuk kelas sebelum mengajar selalu hormat kepada murid-muridnya, dia berkata karena saya tidak tahu murid-murid saya ini nanti akan jadi apa. Ternyata salah satu muridnya adalah Martin Luther, tokoh reformasi gereja.

Penutup

Hari ini kita harus belajar bahwa kita harus seumpama ragi: berdampak, rendah hati, dan tidak memandang status. Tuhan tolong kita dan berkati kita. (MGT)

Video