3 makna salib (Pdt Ir Sutadi Rusli)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 6 September 2024 14.09 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| name= Sutadi Rusli↵" menjadi "| name= Sutadi Rusli | type= pesangembala ")
Lompat ke: navigasi, cari

Kita bukan hanya sekedar memakai kalung salib dan memasang lambang salib itu di rumah kita, tapi ada makna yang jauh lebih penting dari salib itu.

Pertama, salib berbicara mengenai kesetiaan, biarlah mengingatkan bahwa walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia, dan kita harus tetap setia pada pasangan hidup kita.

Kedua, salib berbicara mengenai darah, yaitu kesembuhan yang Tuhan berikan untuk kita, ada pertolongan yang Tuhan berikan untuk kita.

Ketiga, salib juga berbicara mengenai korban atau pengorbanan, artinya kita diingatkan bahwa pada akhir dari akhir zaman, saat kita menantikan Yesus datang, Tuhan mau keselamatan itu bukan hanya untuk pribadi kita, tapi biarlah belas kasihan ini juga untuk orang-orang di sekitar kita. Kita mulai melangkah ke luar tanpa pamrih, mengorbankan perasaan, waktu, uang, dan tenaga kita.

Shalom dan selamat pagi, saya percaya Saudara tetap berbahagia dan tetap diberkati oleh Tuhan.

Sebentar lagi kita akan memperingati Jumat Agung yaitu peringatan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, dan juga memperingati Paskah. Ada pesan Tuhan yang saya sampaikan mengenai lambang salib. Jika kita memasuki sebuah rumah, kemudian melihat ada lambang salib di rumah tersebut, maka kita langsung mengetahui bahwa pemilik rumah tersebut adalah umat Tuhan, orang Kristen.

Beberapa tahun lalu saya pernah melayani sebuah keluarga yang sangat kaya secara materi. Sang isteri menceritakan bahwa suaminya punya "ayam negeri" (wanita idaman lain-red). Saat saya memasuki rumah mewah tersebut, saya melihat bahwa setiap orang yang bertamu ke rumah tersebut akan disambut dengan sebuah lukisan yang besar yang tidak alkitabiah, yaitu lukisan wanita tanpa busana. Demikian juga di dalam rumah tersebut saya melihat ada banyak pernik-pernik yang tidak menunjukkan moral Kristen. Saudara, kalau kita memasuki rumah seseorang, kita akan segera dapat mengenali siapa orang tersebut dari apa yang ada di rumahnya.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah sebagai orang Kristen, umat Tuhan yang kudus, Saudara masih memiliki barang-barang apapun di rumah Saudara yang tidak mencerminkan moral Kristen? Mari periksa hidup kita, agar kita semakin hidup dalam kebenaran firman Tuhan.

Pagi hari ini untuk menjadi pesan bagi kita untuk sepanjang bulan Maret 2010, di dalam kehidupan orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, ada 2 lambang, yaitu salib dan kuk.

Matius 10:38,

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

Matius 11:29,

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Kalau kita lihat sebuah lambang salib, kita ingat ada beberapa hal yang tersirat dari lambang salib ini:

  • Salib berbicara mengenai kesetiaan
  • Salib berbicara mengenai darah
  • Salib berbicara mengenai korban atau pengorbanan

Salib berbicara mengenai kesetiaan

Kita diberikan contoh oleh Tuhan Yesus sendiri yang setia sampai mati. Dia dikirim oleh Allah Bapa untuk menebus kita semua, Dia mengalami penderitaan yang luar biasa, dan sampai disalib sebagai korban bagi kita semua sampai titik darah penghabisan. Dia menyerahkan nyawa-Nya karena dia setia kepada kita. Kita bersyukur, karena Dia adalah Allah yang setia, sehingga kita boleh diselamatkan. Ini adalah satu contoh yang dahsyat, Tuhan menjadi panutan kesetiaan bagi kita.

Hari-hari ini kita diingatkan mengenai kehidupan kesetiaan kita dalam keluarga kita. Wahyu 2:10 berkata setia sampai mati. Bagaimana mungkin kita berkata bahwa kita adalah orang yang setia kepada Tuhan yang tidak kelihatan secara jasmani, jika kita sendiri tidak dapat menunjukkan kesetiaan kepada keluarga kita secara jasmani, terutama kepada pasangan hidup yang telah Tuhan berikan kepada kita masing-masing. Tuhan ingin kita setia sampai mati, bukan hanya kepada-Nya, tetapi juga ditunjukkan dengan kesatuan kita kepada pasangan hidup kita masing-masing.

Efesus 5:32, perikopnya Kasih Kristus adalah dasar suami istri,

Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

Ayat 22-31 berbicara mengenai hubungan suami istri dan akhirnya ditutup dengan kata-kata rahasia ini besar. Rahasia apa? Rahasia yang besar itu adalah hubungan mempelai pria dan wanita, hubungan Yesus Kristus dan gereja-Nya, dan hubungan suami-istri dalam rumah tangga.

Saya sering mengingatkan kepada pasangan yang diberkati dalam pernikahan, bahwa hidup kalian menjadi contoh dalam kehidupan kita berikutnya dengan Kristus. Bagaimana kita mengelola apakah kita tetap bisa setia, akan menjadi contoh apakah kita tetap setia pada Yesus Kristus.

Bagaimana mungkin kita bisa berkata setia pada Tuhan Yesus tapi keluarga kita berantakan. Kita harus tetap setia sampai Tuhan sendiri yang memisahkan kita sebagai suami-istri, sampai Tuhan sendiri menjemput gereja Tuhan. Mari kita tetap setia sebagai suami-istri!

Hari-hari ini Tuhan banyak ingatkan kepada kita mengenai keluarga. Kita diingatkan hari-hari ini mengenai hidup perkawinan seorang hamba Tuhan yang besar yang dipakai Tuhan bukan hanya di Amerika Serikat tapi juga mendunia, saat ini sedang diambang perceraian. Kalau itu bisa menimpa hamba Tuhan yang begitu dahsyat dipakai Tuhan, bukankah itu juga bisa menimpa kita sebagai keluarga?

Oleh sebab itu, mari kita perhatikan sungguh-sungguh keluarga kita masing-masing. Tuhan menghendaki agar keluarga Saudara tetap utuh dan harmonis sampai Dia datang kembali. Dan untuk mempertahankan keutuhan serta keharmonisan rumah tangga, maka adalah bagian Saudara untuk mengusahakannya dengan sungguh-sungguh sambil meminta pertolongan kasih karunia Tuhan.

Ada beberapa tips sederhana untuk menjaga keutuhan rumah tangga kita:

  1. Bangun jalur komunikasi yang baik
    Jangan sampai Saudara memiliki komunikasi yang buruk, dimulai dari cara Saudara memanggil pasangan hidup Saudara. Saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana suami istri saling memanggil "di sono-di sini", sehingga jika mereka berkomunikasi seperti ini: "di sono sudah makan belum? Kalau belum di sini mau nyiapin makanan". Jangan memanggil pasangan kita seperti itu, itu tidak alkitabiah, bahkan melukai satu sama lain.
    Mari bangun komunikasi yang baik. Kadang ada orang yang ketakutan kalau handphone-nya dilihat oleh pasangannya untuk sms. Saya dan istri saling terbuka satu sama lain, kapan saja boleh saling melihat handphone, e-mail, ataupun sms masing-masing. Bukankah firman Tuhan berkata bahwa kamu akan telanjang? Itu berbicara mengenai keterbukaan satu sama lain.
  2. Bawa pernak-pernik keluarga ke manapun
    Mungkin di kantor bisa dipasang frame yang ada foto istri dan anak-anak Saudara, di dompet ada foto pasangan hidup, agar Saudara senantiasa diingatkan kepada keluarga Saudara.
    Juga yang penting adalah cincin kawin, jangan lupa dipasang. Kalau di Amerika, pria-pria yang sudah menikah mereka copot dulu cincin kawinnya, supaya begitu masuk night club jadi bujangan dulu dan setelah selesai baru mereka pakai lagi cincin kawinnya.
    Pasang cincin kawin Saudara! Setia dengan perkara yang kecil, maka Tuhan percayakan perkara yang besar. Setiap kali saya dalam sebuah pemberkatan pernikahan, saya akan berkata kepada pasangan yang menikah demikian: "di tangan saya ada sebuah cincin berbentuk bulat terbuat dari emas. Arti dari bulat adalah tidak terputus. Terbuat dari emas yang tidak bisa berkarat. Ini adalah lambang cinta kasih Tuhan Yesus kepada Saudara berdua, dan menjadi lambang cinta kasih Saudara kepada pasangan Saudara yang tidak pernah putus dan tidak akan pernah pudar."
    Saya katakan pada Saudara, jangan sampai cincin kawin ini dijual, karena ada nilai historisnya. Mungkin secara ekonomi nilainya tidak besar, tapi memiliki nilai historisnya sangat besar.
    Saudara, pertahankan apa yang sudah Tuhan berikan sekian puluh tahun, bahwa Saudara sudah diberikan Tuhan Yesus Kristus sebagai pasangan.
  3. Arahkan ketertarikan kepada pasangan hidup kita
    Ada pepatah berkata rumput tetangga lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. Maksudnya, pasangan orang lain itu terlihat lebih ganteng atau cantik dari pasangan sendiri. Coba Saudara renungkan, mungkin memang seperti itu.
    Saya juga seorang laki-laki, dan kalau ada wanita cantik lewat di depan saya, saya sebagai laki-laki normal pasti ada ketertarikan. Kalau tidak, kita abnormal. Begitu juga sebaliknya. Tapi saya punya tips, supaya ketertarikan saya itu tidak terus menerus dan membuahkan sesuatu yang tidak baik. Saya mencari-cari kekurangan wanita cantik itu, sehingga akhirnya saya lebih tertarik kepada istri saya dan bukan kepada orang lain.
    Saudara juga pasti memiliki cara tersendiri untuk mengarahkan ketertarikan Saudara hanya kepada pasangan hidup Saudara.
  4. Kencani pasangan kita
    Mungkin ada yang berkata, "Saya mah sudah kakek-nenek." Ayo, tetap pergi makan berdua, tanpa ditemani anak-anak dan cucu-cucu.
    Saya kurang setuju ada orang bilang, kita sudah menikah lama, jadi sudah seperti teman saja. Teman itu berbeda dengan suami-istri. Teman itu ya teman. Tuhan sudah menetapkan seorang suami sebagai suami dan seorang istri sebagai istri, bukan teman. Secara alkitabiah adalah sangat berbeda antara teman dengan suami-istri. Kita adalah suami-istri yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.
  5. Jangan pernah diskusikan masalah keluarga Saudara dengan lawan jenis
    Kalau ada masalah dalam keluarga, jangan buka pintu untuk berdiskusi atau curhat dengan lawan jenis! Jangan datang pada lawan jenis, karena bisa jadi jatuh hati satu sama lain, hal tersebut adalah celah yang sangat berbahaya yang dapat dipakai iblis untuk menghancurkan rumah tangga Saudara. Suami atau istri kita adalah orang yang sudah dipersatukan dengan kita oleh Tuhan Yesus Kristus!

Jadi, itulah salah satu makna dari lambang salib, yaitu kesetiaan. Bukan hanya pada Tuhan, tapi juga kepada suami/istri.

Salib berbicara mengenai darah

Pada 2 April 2010 nanti kita akan memperingati Jumat Agung, di mana 2000 tahun lalu Tuhan Yesus menyelamatkan kita, mengorbankan diri-Nya untuk mati bagi penebusan dosa-dosa Saudara dan saya.

Saya menghimbau agar Saudara jangan berpikir bahwa Kekristenan hanya bicara mengenai berkat dan berkat saja, tidaklah demikian. Jangan tidak datang ke ibadah Jumat Agung. Nanti kalau Saudara menghadiri ibadah Jumat Agung, maka Saudara akan mengerti bahwa Kekristenan tidak hanya bicara soal berkat semata, tetapi segala berkat yang kita terima itu karena pengorbanan Yesus untuk mati disalibkan bagi kita.

Kita sebagai orang percaya harus mengenang bahwa di dalam Yesus Kristus juga ada penderitaan. Dan kalau hari-hari ini Saudara mengalami masalah-masalah, ingat, 2000 tahun lalu sudah disembuhkan oleh bilur-bilur Tuhan Yesus, dan sampai hari ini bilur-bilur-Nya masih punya kuasa untuk menyembuhkan kita. Bilur-Nya sungguh punya kuasa. Dalam bilur Yesus ada kesembuhan!

Pada Malam Terobosan, saya diingatkan kembali hal yang terjadi 3400 tahun lalu, ketika orang Israel dipimpin Musa keluar dari Mesir. Ini berbicara mengenai Paskah. Waktu itu Tuhan berkata akan memberikan tulah kesepuluh, di mana seluruh anak sulung akan dibunuh. Orang Israel disuruh menyapukan pintu dengan darah anak domba agar terluput dari tulah itu. Setiap pintu yang tidak disapukan darah, yaitu di rumah-rumah orang Mesir, ada tangisan yang luar biasa. Ini mengingatkan, bahwa walaupun ada goncangan-goncangan untuk orang dunia, tapi justru orang-orang percaya tetap akan dipelihara, tetap akan ada perlindungan dan berkat-berkat bagi kita semua. Darah bicara mengenai hidup dalam kebenaran, pengampunan. Jangan pernah tunda untuk minta ampun pada Tuhan, dan jangan pernah tunda melepaskan pengampunan bagi sesama manusia. Biar hidup kita terus-menerus dicuci bersih oleh darah Yesus Kristus agar kita tetap kudus dan suci di hadapan Tuhan. Ingat, ketika kita melihat salib, di situ ada kesembuhan, keluputan, keselamatan, berkat, perlindungan, dan segala yang diberikan Tuhan untuk orang-orang percaya.

Ada orang-orang yang suka berpolemik, salib itu ada yang kosong dan ada salib yang ada patung Yesusnya. Jangan diperdebatkan! Baik melihat salib yang kosong maupun melihat salib dengan patung 3 dimensi dari Tuhan Yesus, kita bersyukur bahwa Tuhan telah mengingatkan kita akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus untuk menebus hidup kita.

Salib berbicara mengenai korban

Salib berbicara mengenai korban atau pengorbanan. Di salib ada 2 palang, ke atas dan mendatar. Mari seperti hukum yang terutama, kasihilah Tuhan Allahmu. Palang yang vertikal itu lebih panjang, berbicara mengenai mengasihi Tuhan melebihi segala-galanya. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Tapi juga ada bagian yang mendatar, artinya kasihi sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri. Tuhan mau agar kita mengasihi Dia lebih dari segala-galanya, tetapi tidak berhenti sampai di situ saja, Dia ingin agar kita juga mengasihi dan mempedulikan sesama kita.

Lukas 10:25-37,

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"
Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Haleluya! Ini mengingatkan, bukankah kita diselamatkan itu dasarnya adalah belas kasihan Tuhan, bukankah kita diluputkan dan disembuhkan karena belas kasihan Tuhan? Semua itu adalah anugerah dan belas kasih Tuhan.

Orang Samaria ini sebetulnya korban perasaan, karena orang Samaria pada masa itu dianggap oleh orang Yahudi sebagai warga kelas dua. Tuhan mau kita korbankan perasaan, untuk membantu orang-orang yang bukan saja sesama orang percaya, tapi juga orang-orang di sekitar kita. Orang Samaria ini juga korban tenaga, korbankan waktunya, korbankan uangnya demi menyelamatkan orang Yahudi yang membencinya. Demikian juga dengan kita, Tuhan mau pada kita ada belas kasihan pada orang di sekitar kita yang mengalami penderitaan. Ini adalah contoh bagaimana kita harus melakukan belas kasihan. Belas kasihan atau compassion adalah rasa simpati dengan tindakan yang nyata, berbicara mengenai bertindak, beranjak, dan bergerak untuk menolong. Mari melangkah, ikut ambil bagian. Tuhan mau justru pelayanan belas kasihan inilah dilakukan oleh umat-Nya di hari-hari terakhir ini.

Dalam Global Conference on Care, kita diperlengkapi oleh hamba-hamba Tuhan dalam dan luar negeri. Kita harus keluar untuk membantu. Bukankah Indonesia sedang dalam keterpurukan? Gereja Tuhan sedang dipakai sebagai saluran berkat untuk bangsa Indonesia yang Tuhan kasihi. Ini adalah hari-hari terakhir di mana bangsa ini harus mendengar dan mengenal Tuhan Yesus, karena Tuhan akan segera datang kembali.

Saudara yang dikasihi Tuhan, ini penting, karena ini adalah pelayanan yang Tuhan inginkan pada hari-hari terakhir. Pada hari-hari terakhir Tuhan akan memisahkan kambing dan domba (Matius 25:31-46). Hari-hari ini Tuhan mau kita hidup sebagai dombanya Tuhan, tulus hati dan mau dipakai Tuhan sebagai alat-Nya pada akhir zaman. Biarlah kita didapati Tuhan sebagai domba-domba-Nya.

Berkorban itu ada rasa sakit. Orang Samaria itu juga sakit, dia korban perasaan, korban uang, korban tenaga, dan korban waktu. Tapi justru itulah yang justru sangat menyenangkan hati Tuhan.

Penutup

Saya juga belajar dan masih banyak kekurangan, tapi seperti dalam Matius 25:31-46, pada hari-hari terakhir akan ada pemisahan kambing dan domba, di mana Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Mari bersama-sama kita mau menjadi domba Tuhan Yesus Kristus.

Tak terukur kasih-Mu Yesus
Kau t'lah mati gantikan diriku
Kaucurahkan darah-Mu
'tuk tebus dosaku

Layaklah Kau Tuhan
Dipuji dan disembah
Dengan segenap hatiku

Layaklah Kau Tuhan
Dipuji dan disembah
Dengan segenap jiwa dan ragaku

Ketika kita masuk dalam perjamuan kudus, kita mengingat-ingat kebaikan Tuhan, mari kita merenungkan sejenak akan firman Tuhan yang sudah kita dengar.

Kita bukan hanya sekedar memakai salib di tubuh dan memasang lambang salib itu di rumah kita, tapi ada makna yang jauh lebih penting dari salib itu:

  • Ada kesetiaan
Biarlah mengingatkan bahwa walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia, dan kita harus tetap setia pada pasangan hidup kita.
  • Ada darah
Ada kesembuhan yang Tuhan berikan untuk kita, ada pertolongan yang Tuhan berikan untuk kita
  • Ada korban atau pengorbanan
Kita diingatkan pada akhir dari akhir zaman, menantikan Yesus datang, Tuhan mau keselamatan itu bukan hanya untuk pribadi kita, tapi biarlah belas kasihan ini juga untuk orang-orang di sekitar kita. Kita mulai melangkah ke luar tanpa pamrih, mengorbankan perasaan, waktu, uang, dan tenaga kita.

Biar gereja Tuhan dipakai hari-hari ini, berbicaralah pada kami ya Tuhan dan meteraikan melalui perjamuan kudus.

Amin.