Kasih karunia agar dapat berkenan melayani Tuhan

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 12
Revisi sejak 17 Juli 2018 20.35 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. (Ibrani 12:28)

Kita yang mengikut Yesus, tinggal di dalam sebuah kerajaan yang tidak ada bandingannya, yaitu kerajaan Allah. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga” (Filipi 3:20). Untuk dapat melayani Tuhan dengan berkenan, kita harus belajar untuk melayani dengan cara yang ilahi – yaitu dengan kasih karunia.

Kita semua berasal dari kerajaan yang berbeda dengan kerajaan Allah. Kita semua berada di bawah pengaruh kuasa kegelapan. Kita tinggal di alam yang tidak memiliki kasih yang sejati. Lalu Allah kita yang besar menolong kita, membawa kita masuk ke dalam kerajaan terang dan kasih: “Mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam “Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kolose 1:12-13). Lebih dari itu, di dalam kerajaan yang lama, kita senantiasa ada dalam ancaman berbagai jenis goncangan. Hidup kita dibangun di atas pasir ketidakpastian dan kelemahan cara manusia. Sekarang, kita ada di dalam “kerajaan yang tidak tergoncangkan.” Kita memasuki kerajaan yang didasarkan kepada batu karang pemeliharaan kasih karunia, dan kita berdiri di atas kasih karunia yang sama hingga sekarang: “Oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma” (Roma 3:24). “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia” (Roma 5:2). Ketika situasi dan kondisi di sekitar kita berubah, kita tidak perlu tergoncang. Raja kita dan kasih karunia-Nya senantiasa menyertai kita. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).

Ketika kita menerima Yesus sang Raja sebagai Tuhan dan Juruselamat, segala berkat rohani dari kerajaan-Nya menjadi bagian kita untuk selamanya. “Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (Efesus 1:3). Di lain pihak, kita sedang menerima kerajaan-Nya. “Kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan.” Proses menerima ini adalah melalui iman. Berkat rohani kasih karunia ini adalah untuk pelayanan strategis, karena dengan cara inilah kita dapat melayani Tuhan dengan cara yang berkenan. “Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.” Kita dipanggil untuk melayani Raja kita. Kita tidak dapat melayani hanya dengan berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut serupa dengan menjalankan hukum Taurat dengan kekuatan sendiri. “Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kisah Para Rasul 4:33). Saat kita rindu melayani dengan kasih karunia, membuat pelayanan kita mengalir sebagai ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan: “dengan hormat dan takut.”

Doa

Tuhan Yesus, Raja-ku, aku memuji Engkau karena Engkau telah memanggil aku masuk ke dalam kerajaan-Mu yang tak tergoncangkan. Aku ingin melayani Engkau dengan cara yang berkenan. Dengan segala kerendahan hati aku memandang kepada Engkau untuk mencurahkan hidupku dengan kasih karunia-Mu, di dalam nama-Mu, Amin.

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. (Ibrani 12:28) Kita yang mengikut Yesus, tinggal di dalam sebuah kerajaan yang tidak ada bandingannya, yaitu kerajaan Allah. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga” (Filipi 3:20). Untuk dapat melayani Tuhan dengan berkenan, kita harus belajar untuk melayani dengan cara yang ilahi – yaitu dengan kasih karunia. Kita semua berasal dari kerajaan yang berbeda dengan kerajaan Allah.