Penderitaan yang mempersiapkan kita untuk menerima kasih karunia

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 11
Revisi sejak 16 Juli 2018 20.48 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. (1 Petrus 5:10)

Dalam renungan kita sebelumnya, kita melihat bahwa “Allah sumber segala kasih karunia” ingin membangun kehidupan rohani kita. Ia ingin menggunakan kelimpahan kasih karunia-Nya untuk "melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” kita. Sekarang, kita akan melihat sisi penderitaan yang walaupun tidak disukai, tetapi berguna agar kita dapat menerima karya kasih karunia-Nya.

Penderitaan seringkali menjadi penghubung antara karya yang Allah ingin kerjakan di dalam kita, dan kelimpahan kasih karunia yang Ia gunakan untuk mengerjakan karya tersebut: “sesudah kamu menderita seketika lamanya." Sebagai Anak Allah yang sempurna dan tidak berdosa, Yesus belajar melalui penderitaan. “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibrani 5:8). Ia mengalami penderitaan yang terjadi karena taat kepada Tuhan di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dan berdosa. Ia adalah teladan yang baik dari kesalehan dan kita diciptakan untuk mengikuti Dia. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21). Jika kita mau berjalan dalam kesalehan, kita akan mengalami penderitaan. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Timotius 3:12). Ujian dan penderitaan tersebut adalah hal yang wajar dan ada tujuannya. “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu” (1 Petrus 4:12). Ujian yang menyakitkan sepertinya sesuatu yang mengherankan, tetapi akan datang untuk menguji dan melatih iman kita.

Tuhan mengasihi orang yang rendah hati. Ujian dan penderitaan akan membuat kita rendah hati dan mendorong kita untuk berseru kepada Tuhan agar melimpahkan kasih karunia-Nya. Hubungan langsung antara penderitaan dan kasih karunia dapat kita lihat dalam ujian yang dialami oleh Rasul Paulus. “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku” (2 Korintus 12:7-8). Penderitaan yang Paulus alami membuat ia dengan segenap hati berseru kepada Tuhan agar turun tangan. Tuhan menjawab dengan kasih karunia-Nya. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9). Paulus tidak menerima kesembuhan yang ia minta. Tetapi, Ia mendapatkan kasih karunia Tuhan yang memelihara dia dalam masa penderitaan-Nya. Melalui kasih karunia-Nya, Tuhan mengubah hati Paulus, bukan mengubah kondisinya.

Doa

Tuhan sumber segala kasih karunia, jadikan aku rela untuk mengalami penderitaan yang diperlukan untuk mempersiapkan hatiku bagi karya transformasi kasih karunia-Mu. Pada saat aku mengalami ujian dan penderitaan, ingatkan aku akan karya yang sedang Engkau kerjakan di dalam aku. Amin.

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. (1 Petrus 5:10) Dalam renungan kita sebelumnya, kita melihat bahwa “Allah sumber segala kasih karunia” ingin membangun kehidupan rohani kita. Ia ingin menggunakan kelimpahan kasih karunia-Nya untuk "melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” kita. Sekarang, kita akan melihat sisi penderitaan yang walaupun tidak disukai, tetapi berguna agar kita dapat menerima karya kasih karunia-Nya.